Pengawalan Moge Berlebihan, Buat Apa?

Ilustrasi: Postingan di media sosial tentang penghadangan motor gede oleh pesepeda.
Ilustrasi: Postingan di media sosial tentang penghadangan motor gede oleh pesepeda.

Aksi penghadangan polisi dan rombongan motor gede oleh pesepeda di Jogja itu membuat hati saya mongkok dan mesem seharian.

Bukan karena saya pesepeda juga. Wong saya nyepeda juga kalo ngantor saja dan kala-kala muter kota yang seupil ini.

Tapi, ini mewakili saya dan mungkin siapa saja yang kadang ketemu rombongan motor yang pecicilan dan sak karep-karepe dewe di jalan.

Nggak hanya motor gede sih, rombongan motor apapun yang sudah bikin jantung ini lap-lapan saat diselip di jalan.

Setidaknya ini sudah ada yang berani. Yang memulai dengan aksi. Ayo dukung dengan memulainya dari kesadaran tertib berlalu-lintas, dari diri sendiri. Bahwa hirarki di jalan raya itu pejalan kaki-pesepeda-baru kendaraan bermotor lainnya.

Udah gitu aja sih.

Eh, nambahi. Kalo yang dibilang pak Polisi pengawalan yang dilakukan itu sudah sesuai prosedur ya memang benar. Wong isi dari pasal yang menyatakan hal tersebut memang rentan untuk diengkak-engkuk tergantung kebutuhan. Ning lak yo pak Polisi mesti ngerti toh ya. Hari ini di jaman ini, masyarakat sudah pinter, pak. Mana yang benar-benar membutuhkan pengawalan, mana yang dibutuh-butuhkan pengawalannya.

Uwis ah. Udah. Gitu aja.

Leave a Comment