Oh, UN itu Begini?

Tahun ini pertama kali saya memperoleh kehormatan sebagai pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya menyebut kehormatan karena sejak bertugas sebagai guru PNS, baru tahun ini saya mendapatkan kesempatan. Keren sekali rasanya. Hi hi 😀

Jauh-jauh hari sebelum UN, saya melakukan survei kecil-kecilan ke teman-teman guru. Hasil surveinya sangat menarik dan membuat saya penasaran. Mereka bilang kalau nantinya pengawas itu akan jadi boneka di ruang ujian. Waktu saya tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka menjawab, “Ntar kamu tahu sendiri”. Nah looh..


Senin (14/4), saya tiba di sekolah tempat saya bertugas. Sekolah kecil yang ramai. Ada 2 lembaga pendidikan di sini, pendidikan menengah dan atas.

Pukul 7.00 WIB kami, para pengawas, memasuki ruang ujian. Anak-anak sudah berbaris rapi menunggu kami membuka pintu. Kami lalu mempersilahkan mereka masuk.

Hari pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) kami bagikan. Segera saja mereka larut mengerjakan soal-soal. Wajah-wajah berpikir, mulut komat-kamit membaca soal dan tangan yang sesekali mencoretkan pensil ke soal ujian untuk menemukan jawaban itu membuat saya dan teman pengawas saya –yang kebetulan juga baru pertama kali jadi pengawas UN—saling memandang, saling menukar senyum dan lega.

Ya, UN kali ini berbeda. UN tahun ini tidak akan membuat kami seperti boneka! Dengan 20 paket soal dan barcode itu, pasti akan memaksa anak-anak untuk belajar. Dengan anak-anak menuliskan kalimat “saya jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian” di LJUN itu, mudah-mudahan berhasil memberi sugesti untuk benar-benar berlaku jujur!

“Terima kasih atas hari ini ya. Terima kasih karena kalian sudah jujur, serius dan tertib dalam mengerjakan soal-soal ujian,” begitu kalimat spontan saya sebagai apresiasi untuk mereka saat bel tanda berakhirnya ujian berbunyi.

Hari pertama sukses!

Selasa (15/4). Jam pertama yang diujikan adalah Ekonomi. Anak-anak tenang dalam mengerjakan. Seperti kemarin:)

Dua puluh menit pertama, 2 orang panitia memasuki ruang ujian setelah sebelumnya meminta ijin kami untuk memberikan lembar kertas coret-coretan. Teman saya mempersilahkan mereka masuk. Saya hanya melihat mereka sekilas, lalu melanjutkan kembali melengkapi beberapa lembar administrasi UN.

Berikutnya, saya merasa ada yang aneh. Saya melihat mereka sewaktu memberikan kertas dengan mendatangi anak satu persatu, sambil membisikkan sesuatu.

Saya mencoba mencari tahu.

Tetapi teman pengawas saya bilang,

“Nggak ada apa-apa. Biasa…”

Well, saya kembali tenang karena saat itu Pengawas Satuan Pendidikan datang untuk menandatangani lembar Pakta Integeritas. Beliau jelas melihat apa yang dikerjakan 2 panitia tadi. Jadi, mungkin memang benar tidak ada apa-apa ya?

Belakangan, setelah ujian berakhir dan para pengawas menuju ke ruang pengawas, teman seruangan lain cerita kalau dia tahu dan melihat dengan jelas bahwa yang panitia edarkan tadi adalah kunci jawaban!

Goblok!

Saya merutuki diri saya sendiri. Kenapa sampai tidak ngeh? Kenapa mata saya tertipu waktu Pengawas Satuan Pendidikan masuk tadi?

Hancur hati saya. Saya merasa ditampar di depan anak-anak. Saya malu semalu-malunya!

Selanjutnya, ruang pengawas kedatangan tamu pengawas dari Dinas Dikpora Kabupaten. Beliau ngobrol dengan kepala sekolah, lalu berpesan kepada kami,

“Hari ini tidak ada kasus apa pun di sekolahan lho, ya? Tidak boleh ada cerita yang keluar dari sekolahan ini!”

Jam kedua dimulai. Bahasa Inggris kali ini. Saya melihat anak-anak tenang dalam mengerjakan. Jam kedua yang sangat lama karena saya terus meneteskan air mata. Saya memang bukan jenis orang yang bisa menahan apa-apa yang saya rasakan. Saya ingin ketemu kepala sekolah lagi. Saya ingin bicara.

Jam kedua berakhir.

Di ruang pengawas saya tidak menemukan Kepala Sekolah. Hanya ada 2 orang panitia yang tadi masuk ke ruang ujian. Mereka tersenyum dan menghampiri kami satu per satu. Dimulai dari teman saya yang duduk paling ujung sendiri.

“Ini buat ganti transport ke sini, Pak.”

Yang lalu direspon dengan ungkapan-ungkapan terima kasih. Demikian seterusnya hingga sampai di meja saya.

“Saya tidak usah, Pak. Terima kasih. Buat Bapak saja”, kata saya sambil meninggalkan ruang pengawas.

Saya mencari kepala sekolah dan akhirnya bertemu.

Kepala sekolah mohon maaf. Beliau sampaikan juga alasan kenapa sebelumnya tidak ada di tempat karena ada wartawan yang mewawancarainya.

Saya sampaikan kalau saya tidak dapat menerima kejadian tadi.

Saya tidak terima.

Hati saya sakit.

Saya bicara dalam keadaan marah sambil menangis lagi.

Kepala sekolah diam. Bengong. Lalu bicara.

“Ooh, tadi ada panitia masuk ya? Itu inisiatif panitia. Saya akan bicara ke mereka.”

Hari ke-3, Rabu (17/4).

Datang panitia sambil membawa kopi pagi.

“Ibu, nanti saya mau bicara,” begitu katanya.

Sambil mengawasi saya memantau anak-anak. Mereka tenang dan serius membaca soal-soal ujian.

Tidak dapat jawaban soal lagi. Itu jawaban mereka waktu saya tanya, apa mereka dapat kunci jawaban lagi?

“Ibu, saya mohon maafkan saya. Saya khilaf sudah memasukkan kunci jawaban ke ruangan-ruangan. Saya tidak tega dengan anak-anak. Saya cuma ingin membantu anak-anak. Saya mohon ibu tidak bicara ke siapa pun. Saya mohon amplopnya diterima..”

Tidak tega rasanya melihat ibu panitia yang satu ini. Beliau dikorbankan sebagai martir sekolah ini untuk mengakui bahwa yang mereka lakukan kemarin merupakan inisiatif dari beliau sendiri.

Sederhana saja saya menjawab.

“Karena ini kebenaran, saya tidak bisa berjanji tidak akan bicara. Karena kebenaran pasti akan terbuka pada waktunya.”

Saya merasa tidak ada beban, karena memang ini yang seharusnya dilakukan pengawas. Sesederhana itu.

“Pengawas itu tugasnya bukan untuk mengawasi. Tetapi membantu siswa. Membantu siswa untuk jujur!”

Pesan Kepala Sekolah tempat saya bekerja saat memberikan briefing pengawas UN, Kamis (11/4) lalu seperti menjadi mantera dan menjadi sumber kekuatan. Karena dari kalimat tersebut saya tahu bahwa beliau punya sikap yang sama. Jujur dalam UN!

Kamis (18/4) hari ke-4 Ujian Nasional! Last day!

Whispered conversation.

“Apa itu? Sini kasih ke ibu. Ibu lihat dari tadi tanganmu sibuk terus di bawah meja. Ibu lihat ada kertas yang kamu bawa. Sini lihat.”

“Nggak, Bu. Saya nggak bawa apa-apa.”

“Coba berdiri. Ibu Cuma pengen cek aja.”

“Tidak, Bu. Saya tidak bawa apa-apa,” jawabnya. Sambil menutup muka. Gemetar.

“Kertasnya bawa sini. Ibu mau lihat itu kertas apa. Kalau tidak mau, Ibu polisikan kamu!”

“Saya mau berikan, Bu. Tapi tolong nanti dikembalikan.”

“Baik. Ibu janji. Gurumu, Kepala Sekolahmu, tidak ada yang tahu kamu ngasih kertas itu ke Ibu.”

Deal.

Kunci Jawaban Geografi!

Dari ceritanya, anak tadi mendapat cetakan kunci jawaban dari luar. Bukan dari sekolah setempat.

Tiba saatnya pulang.

Sengaja saya pulang paling akhir agar saya dapat berbincang dengan Kepala Sekolah.

Sambil memberikan DVD Film Dokumenter tentang kecurangan UN “Temani Aku Bunda“, saya kembali menegaskan sikap saya bahwa saya menolak untuk berkompromi. Saya juga menyampaikan pesan kepada beliau untuk mengapresiasi anak-anak didiknya. Mereka telah berusaha dengan baik. Saya juga berharap pelaksanaan UN tahun depan lebih baik lagi.

Percakapan di mobil.

“Aku tahu arahmu, Nin. Kalau kamu nggak kuat melihat hal-hal seperti ini ya jangan jadi pengawas UN!”

Kalimat ini terus terang membuat hati saya sakit.

Teman senior ini bilang bahwa tahun ini pelaksanaan UN lebih baik karena tidak ada handphone yang terlihat di meja-meja.

Waktu saya tanya kenapa hp-hp itu tidak diambil, dijawabnya,

“Buat apa? Ini sama saja bunuh diri! Ini sudah sistemik. Tiap sekolah melakukan pembiaran seperti ini. Mungkin sekolah kita juga. Percuma dilawan!”

Bunuh diri. Pembiaran. Sistemik. Pesismisme.

Kata-kata tersebut di atas terpampang jelas.

Dengan hati-hati saya mohon agar dia buang pesismisnya jauh-jauh.

Yang perlu kita lakukan hanya bersikap. Cuma itu. Sangat sederhana. Kalau dia butuh teman, dia juga tahu sekarang siapa temannya.

Saya maklum dengan segala yang teman ini utarakan. Saya tahu bahwa teman-teman pengawas ketakutan. Mereka takut karena merasa sudah mendukung kejahatan. Sejak Rabu memang ada yang aneh di tiap kali saya berganti pasangan pengawas. Selalu ada cerita bahwa UN tahun ini lebih baik. Ada cerita bagaimana efeknya ke pimpinan juga sekolah tempat pelapor bekerja jika sampai ada laporan tentang hal yang tidak seharusnya selama ujian. Ada cerita jika justru pelapor yang akan mendapat sanksi.:)

Malam setelah kejadian itu saya mendapat sms dari seorang senior yang juga panitia inti Ujian Nasional di tempat saya bekerja, ada guru lain yang sudah memberitahu mereka bahwa saya menolak berkompromi dan guru ini ketakutan. Saya sempat merasa akan sendirian, tetapi sms selanjutnya sungguh menenangkan karena beliau bilang bahwa seluruh guru termasuk kepala sekolah tempat saya bekerja memberikan dukungan apapun langkah yang akan saya lakukan. Alhamdulillah..

Memang semuanya butuh proses ya. Dan jika tidak dimulai, kapan lagi? Miris melihat anak-anak didik kami ini.

Mereka bangkrut.

Mendapat ilmu yang cukup saja tidak.  Apalagi mendapat didikan moral. Tidak sama sekali.

Kemampuan akademik, sangat bisa dikejar dalam waktu 3-6 bulan intensif. Tetapi pembentukan moral akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Lebih dari 15 tahun dan mungkin saja 2-3 generasi.

Untuk berani kadang memang perlu ditemani ya. Teman seperjalanan. Teman yang sanggup menemani di jalan-jalan yang sunyi. Teman yang berani untuk menabahkan hati mendengar cibiran dan nyinyiran dari orang-orang yang mungkin sudah dikenal baik. Dan ini lebih menyakitkan.

Mau menemani kami?

cetakan kunci jawaban UN2013

cetakan kunci jawaban UN13

Cetakan kunci geografi UN13

799 Comments

  1. enggar says:

    wah, mbak, hampir mirip. Dan saya memutuskan mundur menjadi pengawas UN di hari kedua 🙂

    1. adityawarman says:

      kenapa mundur…?

      1. Annie says:

        kon tanya sih mas?

    2. supirhero says:

      ya emang kalau gak berani nolak ya sebaiknya mundur, itu wajar XD

  2. adichal says:

    Saya temani, Mbak.
    🙂

  3. anonim says:

    hati-hati mbak nanti kena undang-undang IT

    1. adityawarman says:

      kalo benar kenapa harus takut..

    2. Anonim says:

      kenapa harus kena UU IT? ga ada yg salah menurut saya mengenai blog diatas.

    3. ryrin says:

      menurut saya tidak ada yang perlu ditakutkan. postingan di atas tidak menyebutkan nama instansi/orang jadi tidak dapat dianggap menjelekkan suatu pihak tertentu…

    4. Strife says:

      kena undang2 IT? pasal berapa? perkaranya apa? jangan sembarang ngomong kalo ngga bisa ngejelasin argumennya.. kaya orang ngga sekolah aja cara ngomongnya..

    5. penjual kunci jawaban ya bro ?

    6. Gentong says:

      Ah dasar ketauan busuk lo!

    7. ian says:

      kalo yg saya liat sih si anonim ini malah pengen nyindir pemerintah soal UU IT juga. kok komennya pada kasar2 gitu sih. malah situ yang ga sekolah keliatannya.

    8. anonymous says:

      kenapa harus kena undang2 IT? kan penulis ini ga salah apa2. malah yg dilakukannya bener kok. masa iya dia kena hukuman karena melakukan hal yg jujur?

    9. nay says:

      nah yg yg kayak gini nih mustix dijaga,.. org dah mulai brani n benar eh malah nakut2in,.. IT apa? alien maksudx? hrsx juga ikutan buat mbangun moral bgsa dunk,.. klu moral gak ada, bgsa jg bobrok,.. klu soal pngetahuan mah sminggu atau smalam jg bisa,.. mental n moral yg baik yg musti dibangun dr awal BRO…!!!

      1. nay says:

        oh gity ya,.. maa dink,.. kbwa emosi sesaat,.. maap yak…

    10. ran says:

      ???undang2 it,undang2 ulang tahun kali bro

  4. hindinndin says:

    Setiap UN saya selalu gelisah. Karena setiap momen UN membuat saya harus siap perang.

  5. ria says:

    Alhamdulillah….16 thn jd guru blm ketemu hal2 spt itu..

    1. Harusnya anda malu..
      Entah mata anda yg tidak tercelik atau anda sengaja menutup mata.. Karena 16 tahun bukan waktu yg sebentar untuk mengenal lingkungan anda..
      Tapi anda bersyukur untuk ketidaktahuan anda.. Menurut saya itu kurang tepat

      Saya bukan mengecilkan arti guru secara umum.. bahkan saya sangat mengapresiasi jiwa penulis sebagai guru yg merasa sakit dengan tindakan oknum2 tertentu

      Maaf jika perkataan saya sedikit keras..
      Saya berharap Indonesia makin maju..
      Di awali dari ajaran dan didikan guru-guru seperti anda yg mendidik kami semua..
      Terimakasih

      1. satrio rachmad says:

        harusnya anda yang malu..
        anda menganggap diri anda mengetahui semua tentang semua guru.. indonesia ini bukan lingkungan kecil yang bisa anda sama ratakan hanya dari beberapa kasus. jika sdri ria bersyukur karna belum menemukan hal2 spt itu, memang sudah selayaknya ia bersyukur… bersyukur karna hal spt itu tidak ia temui di lingkungannya.. bukan karna “ketidaktahuannya” sebagaimana yang anda tuduhkan. lebih tidak tahu mana, ia yang hidup di lingkungan itu? atau anda?

        kita semua berharap indonesia makin maju. dan kita menyadari bahwa masih banyak hal jelek yang terjadi di indonesia. tapi banyaknya itu tidak berarti seluruhnya. jadi tidak sepantasnya anda menggeneralisir. dan menuduh “mata yg tidak tercelik” atau “sengaja menutup mata” pada guru yang kebetulan berada di lingkungan yang baik.

        apa anda menganggap diri anda mengetahui semua tentang semua guru hingga dengan gagah mengeluarkan pernyataan seperti itu?

        maaf jika perkataan saya sedikit keras.
        tapi harusnya anda malu..

        terimakasih

      2. Anonim says:

        Jangan dianggap semua sekolah melakukan kecurangan. tidak! Dan benar jika bersyukur kalau tidak menemukan, karena memang tidak ada kecurangan. Apakah anda tahu banyak sekolah unggulan (tersebar di berbagai universitas lulusannya) yang nilai nim UN nya rendah dibandingkan sekolah biasa bahkan tidak dikenal? Masih banyak sekolah yang mendidik moral. Bahkan tahukah anda ada sekolah yg mengajarkan dan berwasiat kepada muridnya “lebih baik tidak lulus daripada bohong”
        Memang kenyataannya banyak kecurangan terjadi, tapi tidak semuanya demikian.

        Jujur saya selalu shock kalau mengetahui peristiwa ini, karena zaman saya SMA dan mengikuti UN, tidak pernah melihat kejadian ini di sekolah saya. Bahkan saya kehilangan hp saat UN karena semua hp dan tas ditaro di luar kelas (dan dimaling kuli bangunan yg sedang merenovasi kantin). tidak ada laci, tidak ada tempat pensil. hanya membawa pensil, pulpen, rautan dan penghapus saja. Bahkan tempat pensil pun tidak dibawa masuk kelas. Makanya saya berani jamin, tidak semua sekolah melakukan kecurangan.

      3. Info Math says:

        Bisa disimpulkan, yang banyak menyalahkan karena yang diketahui cuma sebagian
        Saya yakin masih banyak sekolah yang tidak bertindak curang, banyak guru yang berusaha membenahi dilapangan.

        Karena hukum yang mandul tidak membuat fungsi jera yang efektif, orang yang gak jujur terus berlenggang menjual kunci jawaban yang sudah lama kita ketahui.

      4. @Satrio Rachmad: Di dalam sekolah ada 3 tipe orang yg saya klasifikasikan..
        1. berwawasan luas (mengenal lingkungan lain)
        2. berwawasan sedang (mengenal lingkungannya)
        3. berwawasan sempit (hanya mengenal lingkungan diri sendiri dan orang terdekatnya)
        lingkungan baik mana yg anda maksud?
        Kalau anda di lingkungan sempit, mulai lah terbuka mata anda melihat lingkungan anda secara lebih luas
        16 tahun bukan waktu yg singkat bung.. Anda bisa membuka internet, banyak berita yg bisa anda telusuri kebenarannya di lingkungan anda.. Dan jelas menurut saya, orang yg comment disini pasti tau internet.. searching lah di g*ogle
        banyak kok.. kalau tidak ada internet pun bukan alasan seseorang berhenti menambah wawasan.. ada televeisi, radio, koran, bahkan mulut

        Dan saya dengan jelas menulis tidak mengecilkan arti guru secara umum.. bahkan saya mengapresiasi penulis.. (baca comment saya)
        artinya apa sih? saya tidak menggenalisir..
        Anda semua disini yg menggenalisir

        @Anonim: Pernahkah saya bilang semua sekolah melakukan kecurangan?
        Coba baca baik-baik comment saya.. Hal mana yang saya tekankan..
        Buktikan kalo saya bicara seperti itu

        Sekali lagi yg saya tekankan adalah buka wawasan terhadap lingkungan kita.. Banyak kejahatan disekitar kita.. Kalau anda punya mata hati.. anda pasti tahu yg anda akan lakukan..
        Berdiam terhadap sesuatau yg salah adalah sikap menutup mata hati kita

      5. -_- says:

        bull shit man

      6. Mawar Biru says:

        klo saya baca dari postingan ria di atas, ria cenderung tipe org yg g mau keluar dari comfort zone ny, sedangkan mas abed cenderung tipe yg challenging.
        Tapi perlu diperhatikan juga mas abed, mempertahankan citra baik selama 16 tahun bukan perkara yang mudah.
        Mas abed tidak menggenalisir, tp anda me-leading ria untuk menjadi sifat yang “menuruti” ego anda.

      7. bacot says:

        oh.

      8. Nona says:

        Saya 7 tahun menjadi guru juga tidak pernah mengalami hal seperti ini, alhamdulillaah. Bahkan kami menghargai jerih payah anak2 yg nilainya meski tdk setinggi langit, tetapi murni hasil sendiri.

    2. Afletra says:

      jaman kapan tuh anda sekolah? tahun? saya berani jamin 5 tahun terakhir hampir 100% sekolah2 di Indonesia tercinta ini melakukan kecurangan dalam berbagai bentuk ketika UN! Jangan munafik dan kelewat naif, nanti malah jadi bego 🙂
      setuju sama ente bro @abednegomario!!! (Y)

      1. 14 says:

        Gak sampe 100% juga.. Sekolah saya buktinya tidak melakukan tindakan kecurangan seperti itu.. Beberapa sekolah memang memutuskan untuk tidak membiarkan kecurangan terjadi di sekolahnya..

      2. tami says:

        Wah maaf saja, saya baru lulus sma 4 tahun yang lalu dan saya jamin di sekolah saya tidak ada yang namanya tukar menukar jawaban atau jual beli jawaban atau bahkan dikasih kunci jawaban. Saya bersekolah di sekolah yang bahkan hingga saat ini membawa hp dilarang di sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan akan ditelpon pihak sekolah dan mencontek bisa dikeluarkan dari sekolah.

      3. ano says:

        ente punya jaminan apa kalo hampir 100% sekolah-sekolah di Indonesia melakukan kecurangan? kasih bukti jangan cuma omdo, bego.

      4. putridjaja says:

        saya lulus sma tahun 2012 dan saya berani jamin sekolah saya tidak melakukan kecurangan seperti itu. saya lulus dengan bersih meski dengan nilai yang tidak terlalu memuaskan. sekolah saya selalu mendrill murid-muridnya dengan soal-soal yang lebih susah sehingga kami dapat mengerjakan un dengan baik, dan sekolah kami selalu melarang mencontek, dan selama saya bersekolah di sana sejak tk, kejadian mencontek yang saya saksikan dapat dihitung jari. tidak semua sekolah melakukan kecurangan dalam un.

      5. Fawwa says:

        “5 tahun terakhir hampir 100%…” itu sudah menggeneralisir, Mas.
        Saya sudah tiga tahun jadi guru di sebuah sekolah swasta di Bekasi, selama bertahun-tahun, beberapa sekolah di rayon kami secara konsisten tidak mendukung tim sukses (tahun ini sudah “tidak ada lagi” tim suksesnya) termasuk sekolah saya sendiri.

      6. op says:

        saya melihat sikap agak pesimis dalam pernyataan ini. tidak semua sekolah di indonesia melakukan kecurangan UN. walaupun jumlah sekolah yang jujur itu tidak lbh banyak dari yang tidak jujur, apakah itu memperbolehkan kita bersikap pesimis?

        saya lulusan dari sekolah yang sangat jujur, dan sampai sekarang sekolah itu masih jujur. sekolah kami memang nilai rata2nya tidak begitu tinggi, tp ada kepuasan dan kebanggaan karena berhasil menyelesaikan UN dengan baik, tanpa kecurangan. kami tidak diajarkan untuk menghalalkan segala cara demi hasil akhir, tp lbh kepada proses mencapai hasil akhir itu.

        Saya lulusan lebih dari 9 tahun yang lalu, sekedar tambahan informasi untuk anda. dan kecurangan UN masih ada sejak saat itu.

      7. siapapun says:

        apa jaminan anda? beri saya data pastinya. Omongan anda g rasional tanpa bukti. Karena cuma pendapat semata.
        bukan masalah munafik atau naif. Ini soal kejujuran, kalo masalah jadi bego emang anda pikir g da orang pinter yang bersih dari kecurangan?
        orang2 pemerintahan pinter2 tapi moral nya g dibangun dengan bener sejak mereka sekolah, jadinya bakal turun temurun ngewarisin moral yang bobrok.
        gmna dengan Anda?
        Bersyukurlah bagi orang2 yang tidak dipertemukan dengan hal2 yg bisa menggoyah iman, dan kuatkanlah bagi mereka yang dipertemukan oleh hal2 seperti itu.
        amin

      8. ENU says:

        Tolong jangan anggap semua sekolah di Indonesia melakukan kecurangan. Dari saya SMP hingga SMA di Indonesia, tidak satu kalipun guru memberikan jawaban kepada muridnya ketika ujian!

        Tapi di lain pihak, saya sangat sedih membaca blog ini.
        Semoga terjadi perubahan yg signifikan dalam pendidikan Indonesia.

        Saya salut kepada penulis blog yg mencoba membuka kecurangan yang terjadi ini. Salut juga kepada sikapnya yang mencoba melawan kepada pihak sekolah!

      9. wawawa says:

        wah konyol…100% kata anda?
        bisa buktikan ga?
        maaf saja, UN bisa saja dijawab jika mau belajar jauh-jauh hari. Dengan mulai mempersiapkan diri dari awal naik kelas 3. Dan saya yakin sekolah saya tidak melakukan kecurangan

        Justru orang-orang seperti anda yang membuat pendidikan menjadi jatuh di mata masyarakat karena pesimisme anda

      10. DRkNz says:

        Generalisasi… kalau sekolah anda melakukan kecurangan jangan bawa2 sekolah orang oi.. masih banyak kok sekolah yang bermutu di negeri ini.. jgn bisanya generalisasi smua sekolah curanglah, apalah, manusia memang bisanya nyari kesalahan doang

      11. Joshua says:

        Jangan sembarangan ngomong dulu bro. Nyatanya banyak kan yg tidak setuju sama komen anda? Sekali lagi saya bilang, tidak semua sekolah di Indonesia berbuat curang. Contohnya sekolah-sekolah di daerah saya (DIY). Sekolah saya juga tidak membeli kunci jawaban (konkritnya di ruangan ujian saya). Kami lebih mementingkan kemampuan diri sendiri, kami percaya diri akan jawaban kami sendiri karena kami percaya Ujian Nasional dapat kami taklukan dengan hasil belajar kami sendiri. Kalau tidak, untuk apa saya dan teman-teman saya membayar mahal-mahal demi mengikuti tambahan pelajaran?
        Semoga kedepannya banyak yang makin sadar untuk tidak melakukan kecurangan di ujian ujian berikutnya

      12. saya bukan guru says:

        hahaha ini nih yang namanya komen bego , ga da data yang konkret tapi asal bicara.. malah setuju lagi ama pendapat orang yang ngeremehin guru. tidak 100% sekolah seperti itu ,contohnya saya alumnus salah satu sekolah di daerah , ketika ujian ,test dan sejenisnya ,meski ada buku diatas meja atau ada kesempatan melakukan kecurangan , kami tidak akan berfikir untuk melakukan kecurangan tersebut . saat ujian guru tidak perlu mengawasi kami , karena mereka percaya dan kami dididik jujur dari awal.
        so jangan ambil me-genaralisir sesuatu hanya dari beberapa kasus bro.. dan saya juga ikut bersyukur terhadap saudari Ria , semoga sekolah tetap mempertahankan kulaitas tersebut…

      13. anonim says:

        hampir 100%? anda sudah survey di semua sekolah di Indonesia, kah? 🙂
        apalagi anda memberikan jaminan. ditunggu disini bukti statistik serta sumbernya.
        saya lulus SMA 2 tahun lalu, dan dapat dipastikan tidak ada hal tukar-menukar ataupun memberikan kunci jawaban kepada siswa, semua siswa diwajibkan untuk bekerja keras supaya mendapat hasil yang maksimal. sekali lagi, ini salah satu pembentukan mental dan moral.

        oh ya, satu lagi. mengatakan orang lain bodoh, tidak akan membuat anda menjadi bahkan terlihat pintar 🙂

      14. fenty says:

        maaf saya lulusan 2011 dan sekolah saya bersih, terimakasih. lulusannya juga membanggakan. generalilsasi yang absurd

      15. -_- says:

        lucu juga yg mengomentari pendapat nya afletra. ini bkn mslh 100% ato tidak kan duduk persoalannya ^^

      16. alexs says:

        @abednego, sy setuju dgn anda,impossible 16thn bkn waktu yg singkat!! Korupsi skrg merajalela ulah siapa?? Itu ulah siswa2 yg nilainya DIKATROL oleh???? ,sy yakin jutaan siswa yg nilainya dikatrol oleh segelintir guru/pengawas atau apapun itu,dan hslnya??? Pemimpin koruptor!!! Jk para GURU yg msh punya moral tdk mengajari korupsi(NYONTEK adlh KORUPSI) negara ini akan terbebas dr korupsi! COBA ANDA TANYA SISWA SMA brp 1/4-1/2?? Sy berani jamin hanya sedikit yg tau!!! Coba buktikan!!! HANYA GURU YG BERMORAL YG PANTAS DISEBUT PAHLAWAN TANPA TANDA JASA,bkn semua guru!! Maaf jk tdk berkenan,sy berani keras krn sy punya pengalaman pribadi,bkn krn sy benci guru!

      17. pramita says:

        saya pejuang unas tahun ini, dan bukan dari pihak sekolah saya yang berinisiatif buruk untuk melakukan kecurangan malah pihak siswa. dan pihak sekolah dgn tegas akan memproses dan mengusut. karena tidak setuju dgn kecurangan.
        tidak semua sekolah melakukan dan mengizinkan kecurangan. contohnya sekolah saya. saya punya banyak bukti dan berani membuktikan itu!
        ini media sosial, tak sepatutnya anda berkata 100%, anda tahu apa???!

      18. pa says:

        jangan jangan sekolah anda yg bobrok dan anda mencari kambing hitam dengan mengeneralisasikan semua sekolah di indonesia. menganggap semua sekolah sama. -_____-

      19. Jeri says:

        maaf, saya tamatan 3 tahun yang lalu. saya bisa jamin 100% sekolah saya tidak melakukan tindakan curang. saya pejabat asrama, saya kontroler siswa, saya tahu setiap gerak-gerik siswa dan saya pun anggota kedisplinan siswa.

        sekolah kita pun punya sistem “whistler blower”, fokus nya adalah pendidikan karakter. nyontek = DO. nyontek saja tidak ada yang berani, bagaimana mungkin hal hina ini bisa terjadi disekolah saya?

        ps: sekolah saya:
        1. dilarang bawa HP
        2. dilarang menemui keluarga dan tamu lainnya seminggu sebelum UN (karantina)
        3. semi-militer

      20. Alifandi says:

        enak aja ngomong, gue unas sd gak ada tuh yang nyontek 😛

      21. Syilph says:

        wah saya agak tersinggung nee sama ucapan anda,
        saya baru ngalamin UN taun lalu, dan saya akuin, teman2 sekelas saya melakukan tindak kecurangan, tapi tidak sampai 100% juga,
        saya berani bersumpah selama UN saya tidak menggunakan cara kotor apapun, dan hasil nilai UN saya memang kurang memuaskan dari pada teman yang lain, tapi saya bangga karena mengerjakan soal2 itu dengan jujur

      22. bekas murid says:

        tolong seratakan data dan fakta nya dong.
        jangan memberikan pernyataan sensitif dan cenderung fitnah kl hanya cuma memberikan jaminan tanpa data & fakta.
        saya pribadi bukan seorang guru, tapi saya yakin tidak semua sekolah berbuat curang. ingat, di sekolah juga guru2 punya agama n kepercayaan.

    3. Fajar says:

      “Alhamdulillah….16 thn jd guru blm ketemu hal2 spt itu..”
      saudari Ria mengatakan bahwa selama 16 tahun menjadi guru, dirinya belum bertemu dengan hal semacam itu dan dengan gagah berani masih ada yang sependapat dengan dia?
      astaga, dunia macam apa ini?

      sependapat ama bang abednegomario dan Afletra. kita memang mencintai Indonesia, tapi bukan berarti kita pura pura tidak mengetahui hal yang tidak baik ataupun malah menutupinya
      katakan apa yang benar meski itu menyakitkan, dari pada selalu disenangkan dengan kebohongan
      #no offense

      1. cena says:

        wah wah.. kali aja beneran dia ga ngalamin. orang dan kehidupannya itu macemmacem. jangan menjudge orang seenaknya.. dan hampir 100% ya saya kira tidak sampai segitu juga.. kita tidak tahu sekolah sekolah yang tidak terkenal mungkin mereka banyak yang jujur..
        saya kira itu saja

      2. mr cuk says:

        ya memang banyak sekolah yang curang seperti apa yang sodara liat dengar dan percayai.
        tapi tidak semua seperti itu gan, tolong ya kalo pada ngomong tidak asal ngomong saja. kalo memang mau ngomong 100% atau hampir 100% sekolah di indonesia ini melakukan kecurangan silahkan di lakukan penelitian terlebih dahulu, termasuk sampai pelosok2 pedalaman jangan cuma di suatu daerah saja. karena benar itu cuma generalisasi saja jadinya kalau begtu.

      3. bekas murid says:

        belum bertemu hal seperti itu belum tentu dia tidak tau om. mungkin dia tidak nemuin di tempat dia ngajar. inget loh, gak semua sekolah didirikan atas dasar untuk mencari uang dan tahta. anggap aja kasarnya ada 1 sekolah yg jujur. apa masih dikatakan semua? barangkali di ibu ria ini ya contoh 1 sekolah itu.
        jadi inget film laskar pelangi. 😀

      4. warda says:

        gak juga iiih,,, salah sendiri sekolah anda begitu, banyak kok sekolah yang agamanya kuat tidak melakukan kecurangan sperti itu. jangankan UN ujian tengah semester aja dijaga ketat dua pengawas depan belakang, udah gitu masih ada pengawas yg seliweran di teras dan berkeliling mengawasi dr jendela. HP, tas, buku di periksa sebelum masuk ga ada yg blh dibawa

    4. anonim says:

      Buat yang mendukung mati2an mengatakan bahwa tidak 100% sekolah curang saat UN saya cuman mau bilang :
      terus kenapa? kalau kebanyakan memang curang ya diterima saja, BUKA MATA saudara/i jangan karena memang ada yang tidak curang bukan berarti ini pendidikan masih bersih, kalau emang pendidikan negara ini sudah busuk bilang busuk! kalau bisa teriak kasih tau orang lain kalau memang sudah busuk!

      jangan naif!

      terimakasih

    5. anonim says:

      Buat yang mendukung mati2an mengatakan bahwa tidak 100% sekolah curang saat UN saya cuman mau bilang :

      terus kenapa? kalau kebanyakan memang curang ya diterima saja,
      BUKA MATA saudara/i jangan karena memang ada yang tidak curang bukan berarti ini pendidikan masih bersih,
      kalau emang pendidikan negara ini sudah busuk bilang busuk! kalau bisa teriak kasih tau orang lain kalau memang sudah busuk!

      jangan naif!

      terimakasih

      1. Lily says:

        kebanyakan itu nggak sama dengan 100%. walaupun cuma 1% atau bahkan kurang dari itu, jika masih ada yang jujur kenapa skeptis sekali? kalau memang niat dan mau, yang 1% itu bisa jadi 100% kok. asal mau dan bukannya malah skeptis membiarkan sih.

      2. uh uh uh..hey hey hey….. sante ja… banyak itu belom tentu 100% bang…. masak gitu aja ga iso mbedain sih.. td kan saya bilang ga 100%, tp juga saya ngerti kalo emang banyak sih..kayake.. hehe..

    6. Ponco says:

      emangnya sampean jd guru di mana mbak? pasti bukan di Indonesia kan….!!!

  6. wardhanahmad says:

    Reblogged this on Ikhtiar zhahir menjadi secercah cahaya, sang Adyutawardhana and commented:
    semoga Allaah merahmati kejujuran sang penulis.
    saya bukan siapa-siapa, hanya mahasiswa yang sdg menyelesaikan tugas akhirnya, bukan anak pejabat, bukan anak seorang yg punya kuasa.

    jika terjadi sesuatu yg buruk kepada sang penulis karena tulisannya ttg kejujuran ini, saya akan berusaha sepenuh jiwa dan raga untuk membelanya, insya-Allaah

  7. wardhanahmad says:

    kejujuran sang penulis patut dihargai dengan tinggi. semoga Allaah merahmati panjenengan

  8. wardhanahmad says:

    saya juga pernah dengar kabar (entah benar atau tidak), ada seorang kepala daerah yg memberikan semacam intimidasi kpd dinas pendidikan dan para kepsek dg target kelulusan tertentu yg jika tidak tercapai bisa dimutasi

    1. Annie says:

      betul mas. Kadang kadang bukan masalah uang, tapi demi Rating Sekolah!

  9. Annonymous says:

    3 tahun sekolah di tentuin cuma 4 hari, jangan melulu salahin siswa/siswi. Guru juga andil besar dalam mendidik siswa/i agar siap ujian. banyak juga guru yg cuma ngasih soal terus siswa/i di tinggalin dikelas, banyak gurung yg sering banget mintain duit buat praktek dsb.. jadi kalo siswa/i nya gak dapet pendidikan yg bener dari guru2 nya, hal kaya gini bakal kaya lingkaran setan

  10. kebomandi says:

    wow.. jadi, inget sempet dikucilin waktu saya satu-satunya dikelas yang menolak untuk ikut patungan buat kunci jawaban UN :3

    1. HQm says:

      wew, tega banget temennya. saya dulu malah hampir ditangisi…

    2. Annie says:

      GBU mbak

    3. smm says:

      untungnya ane gak dikucilkan, tmn2 ttep mghargai keputusan ane. Bhakan mreka minta untuk mnyamakan kunci yg mreka dapet dgn jawaban ane -.-“

  11. Bolehkah saya kutip untuk dimuat di guru.or.id?

  12. afrizal says:

    yak ini sistemik, sistem pendidikan, sistem pengajaran, sistem pembinaan… itulah pentingnya perubahan sistem ke arah yang benar… dan tentulah yang namanya perjuangan itu diperlukan dalam prosesnya… dan sesungguhnya tiap perjuangan itu selalu membutuhkan pengorbanan… maka janganlah ragu berkorban.

    Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mentaati) kepada yang telah diturunkan Allah dan taat kepada Rasul,” Niscaya engkau (Muhammad) akan melihat orang-orang munafik menghalangi dengan keras darimu. (An Nisa` : 61)

    Dan orang-orang munafik berkata : “Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul Muhamad, dan kami menaati keduanya. Kemudian sebagian dari mereka berpaling setelah itu. Mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (An Nur :47)

    Hanyalah ucapan orang-orang mukmin, apabila mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka maka mereka berkata : “Kami mendengar, dan kami taat,” dan mereka ituah orang-orang yang beruntung. (An-Nuur :51)

  13. afrizal says:

    fakta kerusakan sistem…

    kebenaran yang tidak bisa terungkap, dan terjegal gara-gara sistemnya pula

  14. noname says:

    Gak semuanya begitu kok, teman2 sekelas saya alhamdulillah masih kuat. Miris liat mereka

  15. Chic says:

    mungkin bisa dimulai dengan meniadakan UN sama sekali. Masak sekolah capek-capek 9 tahun, faktor penentuan kelulusan cuma UN. Like take it or leave it. Trus pembelajaran, pengembangan diri, EQ dan SQ yang di dapat tidak termasuk hitungan kelulusan? Padahal justru itu faktor paling penentu lulus ujian berikutnya, ujian hidup. 🙂

    1. aulia says:

      saya setuju alasannya, tapi tidak dengan solusinya.

      Anda bikin roti, anda ingin roti Anda bulat, manis, dan warnanya coklat. apa yang akan Anda lakukan untuk menilai bahwa roti Anda sesuai dengan kriteria Anda? apa Anda hanya biarkan saja rotinya apapun bentuknya, rasanya, dan warnanya seperti apa adanya gitu? Tentu tidak kan? Anda akan menilai apakah roti ini cukup bulat, cukup manis, dan cukup coklat seperti yang Anda mau.

      Jadi kalau alasannya parameter sebagai lulusan SMA bukan hanya akademik, melainkan ada parameter lain seperti EQ, dan SQ, penghapusan UN adalah solusi yang benar-benar ngawur. Ya harusnya tesnya malah ditambah lagi, siswa harus lulus UN, lulus kriteria EQ, SQ dan kriteria lainnya. Salah?

      1. Annie says:

        Biar yang menguji sekolah selanjutnya. Dan pemerintah menyediakan sistem monitoring prestasi/rating sekolah dari banyak aspek lain

    2. novi says:

      UN itu sgt penting mbak, jd GK bs dihapus…kalo UN dihapus.. Akan semakin banyak sekolah yg ngawur krn GK ada target so asal2an aja kasih materi ke siswa… Tdk sesuai standart pendidikan nasional..hasilnya akan seperti apa kualitas pendidikan d indonesia…, solusinya adalah kembali ke sistem sebelumnya(spt jaman sy dulu)..yaitu UN bukan satu2nya penentu kelulusan… Jd nilai UN dan nilai ijasah menjadi penentu kelulusan…. Dimana nilai ijasah diambil dr gabungan nilai raport dan nilai UN…. Terus terang sy prihatin dg kecurangan UN beberapa tahun belakangan ini… Itulah sebab mengapa anak2 kita skr ketika mau masuk ke sekolah yg lebih tinggi tdk semata2 mengandalkan nilai UN seperti jaman saya dulu hanya dg NEM kita bs masuk ke sekolah yg di inginkan, tp sekarang harus melalui test lagi..bukannkah itu menunjukkan bahwa sekolah2 memang meragukan dg hasil UN….. ADA APAKAH GERANGAN?????? Kalo memang UN itu benar2 parameter yg bagus dan jujur harusnya tdk perlu adanya test saringan utk masuk ke sekolah lanjutan…. SANGAT TDK EFISIEN!!!!

      1. trollian says:

        jadi UN itu “sgt penting” atau “SANGAT TIDAK EFISIEN” ? mana yang benar? komen anda kayak teka teki aja….

    3. .................. says:

      For your info aja, penentu kelulusan sekarang bukan cuma UN ko. UN cuma sekian persen. Sisanya nilai rapot dan ujian sekolah. Jadi yang menentukan tetep proses 3 tahun itu.

    4. Alifandi says:

      Menurut saya UN itu boleh tapi bukan sebagai parameter kelulusan, tapi untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa, jadi kalau misalnya siswa tidak lulus UN, akan diberikan bimbingan tersendiri untuk melatih materi apa yang belum dikuasai,,,

  16. ijin share di fesbuk ya.

  17. andiana says:

    Reblogged this on Catatan Hati di Batas Cakrawala and commented:
    3 kata: DAMN YOU, GOVERNMENT!

  18. @tey_saja says:

    Tulisan ini membuat saya patah hati sepatah-patahnya.

    Bapak dan Ibu guru ini tidak sadar ya akibat jangka panjangnya buat anak-anak didik mereka? Anak-anak ini tidak akan mengerti arti kerja keras, kejujuran, dan menghargai diri mereka sendiri.

    Dengan demikian, jika ada mahasiswa yang “copy paste” tugas, beli skripsi dll, mungkin itu juga bagian dari “keberhasilan” pendidikan mereka di tingkat pendidikan sebelumnya. Menyedihkan! :(((

    1. Annie says:

      sama mbak.. 😦

  19. pras says:

    saya temani, bu. tapi gimana caranya, ya?

  20. afaizn says:

    Reblogged this on So, What's next ? and commented:
    Yang kayak begini emang harus di reblog 🙂

  21. T says:

    bukan hanya UN, OSN pun juga banyak yang mencontek, saya pernah ngawas di pra-seleksi OSN…

    1. serius pra OSN nyontek? biasanya soal OSN sulit sih contekannya. kecuali bocor.

    2. anageosha says:

      ini OSN tingkat mana dulu? daerah mana?
      klo pra seleksi pra-OSN di tingkat kabupaten mah mungkin mental anak anaknya belum terbentuk.
      Coba ngawas di OSN yang udah tingkat nasional, persaingan mental mental juaranya terasa banget. Ga ada yang kerjasama, apa lagi nyontek. Bahkan satu kontingen aja tetep bersaing.
      Btw, “Kasus” itu beda dengan “Kebiasaaan”. Jd, mohon lain kali kalau mau mengemukaan pendapat jangan langsung di generalisasikan dan di kasih keterangan yang detail biar tidak timbul fitnah.
      🙂

    3. ricardohanzard says:

      Saya pernah ikut seleksi OSN, 3x malah. Saya ga menemukan kecurangan, tapi kalo sampe ada kecurangan wktu OSN, itu justru bikin malu

  22. itu cara bacanya kunci jawaban gimana?
    aku bingung arti dari FAK, HEW dll. dan angka di samping kirinya.
    lalu yang tilisan USI 005 dll itu kode soal kan?
    yang huruf kan jawaban tiap kode berdasarkan tempat duduk, lalu kok ada jawaban X? atau saya salah tafsir ya?

    1. kmphlynx says:

      Cek abjad yang di tengah..
      Dugaan saya, itulah kunci jawabannya..
      FAK=A
      HEW=E

    2. abecede says:

      kalau fak,hew, dll itu 3 huruf pertama yg ada dalam suatu kalimat soal gitu. kalau jawaban X itu berarti ga ada jawabannya, berarti kunci yg dari si bandar ini untuk kode soal “itu” jawabannya ga bener semuanya, bisa menyesatkan.

    3. di scan barcode nya.. nanti muncul kombinasi 3 huruf… hah! -__- yang x itu isi sendiri..

    4. Ayumi says:

      Biasanya untuk jawaban X dijawab sendiri. Kata temen2 sihh.

    5. antum instal barcode reader di hp, lalu pakai kamera, maka akan bisa membaca barcode itu, anak sma lebih pandai dari gurunya.! 1 kunci jawaban kami patungan 100.000

  23. serius pra OSN nyontek? biasanya soal OSN sulit sih contekannya. kecuali bocor.

  24. claudeckenni says:

    Thank you sharenya. Pantesan aja generasi muda kita makin sini makin banyak yg manja dan males, wong itu warisan dari sekolahnya kok. Demi dapet nilai akreditasi bagus dan meraup banyak uang di tahun ajaran baru, segala cara pun mereka halalkan, termasuk membiasakan anak2 berbuat tidak jujur. Memalukan!

    1. Ridwan says:

      Rekrutmen guru guru kita harus lebih baik lagi. Kalau boleh saya urut kompetensi yang paling penting seorang guru adalah integritas (kejujuran dan rasa tanggung jawab) baru disusul oleh kemampuan cognitive. Sulit membayangkan seperti apa negeri ini kedepan kalau mereka adalah hasil didikan dari guru guru yang sebagian berprinsip “semua cara halal dalam mencapai tujuan”.

    2. novi says:

      Bukan hanya muridnya pak… Guru2nya pun utk dpt sertifikasi sekarang ini sdh tdk susah lagi…. Modal KKN aja udah bs sertifikasi…alhasil, negara hanya buang2 uang rakyat sementara kinerja guru2 sertifikasi karbitan sama aja dg sebelumnya, bnyk yg tdk menerapkan hasil dr sertifikasi tersebut, dpt uang udah slesai. Masih banyak guru2 teladan terutama yg benar2 berjuang demi pendidikan di desa2 terpencil yg harusnya layak dpt sertiifikasi tp tdk mendapatkannya…….harusnya pak menteri turun langsung ke daerah2 tinjau langsung..bgaiamana sertifikasi itu benar2 berjalan apa tidak… Contoh kecil aja, ada berapa guru negeri dg Sertifikasi yg siapp buat RPP (rancangan persiapan pembelajaran) setiap kali dia mau mengajar??? Di sekolah swasta tempat sy mengajar dulu diterapkan hal itu walaupun kita bukan guru sertifikasi…

  25. bekti patria says:

    wah, sakit juga kalau harus mengamini sesuatu yang bertentangan dengan nurani.
    keberadaan UN memang perlu dievaluasi. langkah kemdikbud dengan melakukan perubahan 20 paket soal dan penggunaan barcode ternyata juga tidak meredam kebocoran soal.
    tapi, alhamdulillah, di sekolah saya panitia dan pengawas tidak seperti itu. jangankan masuk ruang, bahkan mendekat di ruang ujian pun panitia dilarang. pengawas yang mengetahu anak membawa contekan juga langsung merampasnya dan ditulis dalam berita acara.
    salam.

  26. HQm says:

    mungkin perlu tambahan satu mata pelajaran di unas. mata pelajaran moral..

    1. Fajar says:

      itu sudah menjadi standar nasional di Finlandia 🙂
      standar nasonal di sana bukan mata pelajaran a, b, c, …, z melainkan standar nasional moral anak
      #just share 😀

      1. HQm says:

        wo.. keren ni orang finlandia. sebenere dari SD saya ini juga ngandalin nilai moral. naik sd, karena baik, naik smp karena baik, SMA juga begitu. alhamdulillah, unas SMA terendah walaupun jujur..hehe

  27. aguspur says:

    ….persis Mbak, saya juga dapat nyaris sama dengan barang bukti yang Mbak upload

    1. Fajar says:

      sudah diupload kah? supaya publik juga mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sekolah
      #supaya masyarakat tidak terus dibodohi oleh oknum oknum tertentu

    2. khodijah says:

      alhamdulillah, saya sudah 2 kali ngawas UN di MTS tidak ada kecurangan sedikit pun. aLLAHU AKBAR

  28. PUTJIK says:

    Saya Bantu untuk Melebarkan Sayap atas Jalan Pemikiran Ibu…..
    Mohon Ijin Kami Share di Ikatan Guru Indonesia ( IGI ) ya Bu…..

    1. Hari Wibawanto says:

      Menurut saya, penulis tidak menentang UN. Beliau hanya mengemukakan yang dilihatnya. Pointnya tentang ketidakjujuran dalam UN (oleh panitia ujian, dan ditularkan pada siswa). Jangan belokkan isunya. Tks.

  29. Nadya Wijanarko says:

    Saya bukan guru. Tetapi saya termasuk yang sangat miris dengan kejadian seperti ini. Mau jadi apa anak-anak kita kalau sedari dini sudah diajari untuk tidak jujur. Ini hanya sekedar opini pribadi saya tentang “budaya” contek-menyontek: http://nadyawijanarko.wordpress.com/2012/06/17/hanya-mencoba-untuk-jujur/

  30. adityawarman says:

    ketika sekolah menjadi ajang bisnis…berlomba-lomba mengejar akreditasi…daripada menjadi kawah candradimuka bagi penyambung jejak-jejak kepahlawanan…

    dan ketika pekerjaan guru tergerus nilainya dari sebuah amal jariyah menjadi tali penyambung hidup dengan menghalalkan segara cara…

    maka keluarga sakinah adalah satu-satunya penyelamat masa depan bangsa ini…

    semoga hanya sebagian kecil sekolah dan sebagian kecil guru…

    kalaupun guru-guru jujur berada di tengah pusaran kotor ini…jangan mau keluar dari sistem…biarlah kita menjadi duri dalam daging bagi tapak-tapak kebathilan

  31. mantan pelajar sekolah says:

    Mohon ijin saya bagikan di facebook saya.
    Terima kasih…

  32. pionize says:

    ijin reblog ya mbak 🙂
    salam kenal sebelumnya

  33. Angelia says:

    ijin share ya Ibu=)

  34. pionize says:

    Reblogged this on Pionize and commented:
    Eh..ternyata mau UAN dari jaman kapan saja…mau caranya bagaimana saja..entah tabah fitur barcode, dll, kalau semangat pendidikan saja seperti ini rasanya kok sangat mengenaskan?

    Memang UAN bukan segalanya dan bukan tolak ukur prestasi selama 3 tahun mendalami ilmu di sekolah, tapi kalau cara seperti ini yang ditempuh ya sama saja cuma mengajarkan para murid untuk mencari jalan yang mudah dengan cara yang curang.. Pantas sajalah banyak murid yang tumbuh dengan tidak “sehat” secara mental dan semangat. Tidak heran kasus korupsi tidak pernah menurun, dari kecil saja sudah diajari curang

  35. Kelom Geulis says:

    menyedihkan, menyakitkan dan memilukan… 😦

  36. Irene says:

    Izin share di FB ya mbak 🙂

  37. sedih membayangkan masa depan generasi penerus bangsa ini

  38. eny anita says:

    nyaris sama persis dg yg saya alami 5 th lalu,saat itu sy smpat protes pd kepsek penyelenggara…SMA Negeri Favorit di kota kami. Akhirnya Kepsek tersebutmenghubungi kepsek asal sy dikirim jd pengawas. sejak saat itu hingga skrg sy tidak pernah lagi dipercaya utk mengawas UN tingkat SMA. Tapi, bu… knapa kunci jwabn ini malah anda upload? di Lombok ujian baru dpt 2 hari lho… bocor dong !!!!

    1. bukannya beda ya soalnya?

  39. Arkhadi Pustaka says:

    You’ will never walk alone! Maju terus mbak, Pantang menyerah. Semakin banyak bukti seperti ini semakin kita bisa mengubah sistem. Bahwa kejadian seperti ini tidak kasuistik tapi sistemik.

  40. cana says:

    wow …. kalo kunci jawaban di berikan oleh pihak dalam kepada siswa seperti itu selain membiarkan siswa bertindak curang , juga tidak mendidik untuk para siswa berusaha …. well lebih baik para siswa MEMBUAT KUNCI JAWABAN SECARA MANDIRI …. biar ada usaha nya gitu … nyari kunci , nyatet kunci , nyembunyiin kunci … ITU SEMUA LEBIH BAIK

  41. Edwards says:

    Reblogged this on Ed Skywalker and commented:
    Hiks 😦

  42. Bener bu, saya juga begitu, pas saya unas dulu hati saya sakit karena harus dipaksa berbagi jawaban dengan teman saya. Saya nggak les, karena ga punya uang buat les, tapi temen2 saya yang les justru tanya ke saya, dan dipaksa ngasih jawaban. Kalau nggak ngasih malah diancam. Padahal saya iri dengan teman saya yang bisa les, e ternyata malah begitu, kerja keras saya seakan sia-sia. Ditempat saya dulu juga ada hape yang jatuh dan pengawas tau jelas, e cuma didiemin doang. Semoga besok ada yang mau mengungkapnya lagi bu. Saya dukung keberanian ibu mengungkapnya di blog, 🙂

  43. SKarasuma says:

    Terima kasih atas keberanian Anda 😀

  44. sotoyboy says:

    yang x itu mungkin kosong, soalnya tujuan dari diberikannya kunci jawaban tersebut hanya untuk meningkatkan jumlah siswa yang lulus bukannya meninggikan nilai siswa.

  45. Erwin Chua says:

    terima kasih bu telah membuka mata kita semua. pemberian kunci jawaban seperti ini akan menimbulkan efek domino yang sangat merugikan. mereka yang menerima kunci, jika suatu saat nanti menjadi panitia pengawas ujian, akan melakukan hal yang sama (membocorkan). begitu seterusnya, dan bukan hanya itu, kecurangan karena tergiur kekayaan tidak akan cukup jika hanya dilakukan sekali dan pada satu hal yang sama. ini yang menyebabkan korupsi sangat sulit diberantas. ibarat menangkap lalat satu per satu di dekat tumpukan sampah. (seharusnya sampahnya yang dibereskan)

  46. mindyourideas says:

    AWESOME! 🙂

  47. wuhu says:

    temen saya yang nginep di rumah saya (maen game, baca komik) padahal besoknya UN bisa dapet 100 math nya :D.. oke kalo dia pinter, ini dia nya ngaku itu dapet dari orang.. Jleb banget kan?? ga juga sih =_=
    dan saya aja UN bahasa jepangnya dapet gede padahal saya udah ragu.. saya ga dapet kunci jawaban loh, dapet dari mana coba.. di sekolah lain jarang ada kelas bahasa 😀
    ajaib..

    Passion atau dan tujuan adalah hal paling penting menurut saya, dan harus diajarkan di sekolah,.

    ajarkan apa yang seorang anak manusia sangat butuhkan, lalu beri tahu dia seperti apa dunia sebenarnya, bagaimana negaranya, siapa dia dimata dunia, berikan dia hal2 besar yang menyenangkan. jangan biarkan dia menjadi orang tidak berguna dan orang dewasa menyalahkan nya padahal yang orang dewasa ajarkan juga sama tidak berguna nya.
    kasihan kan ngeliat orang yang nilai akademisnya bagus tapi akhirnya malah jadi orang biasa yang ga banggain diri sendiri, sementara si nilai akademis bagus lainnya yang punya hobi baca, melek dunia, dan ga cuma baca ilmu ga guna bisa bangga!!! dan dibanggain!!!!

    UN??? buat apa? saya sama temen aja bisa lulus, mimpi dan kerjaan saya adalah apa yang saya dapet di mading (ekskul sekolah), jurusan bahasa, dan bukan tentang siapa walikota kota A atau B,, itu ya tinggal baca

    1. ARief RH says:

      Wah, saya juga main game (Final Fantasy VII) sampai pukul 4 pagi kok, padahal pukul 7.30 nya UN. Dan saya bisa lulus tanpa harus belajar semalam suntuk, dan tanpa kecurangan pastinya.
      (ya walaupun jadinya nilai saya paling rendah se-angkatan, hahaha)

      Entah ya, tapi mungkin karena ketika jaman saya hanya Matematika dan Bahasa (Ina/Eng) saja yang diujiankan, hanya pelajaran nalar/logika yang tidak perlu menghapal, jadi memang masih mudah.
      (kebetulan saya juga memang suka matematika, hehe)

      1. saya sebagai orang tua tidak ambil pusing dengan jujur tidaknya proses UN, yg penting kejujuran yg kita perlu tanamkan kepada anak2 kita, kebetulan anak2 saya semua mengiti kelas exelerasi, sekolah cukup 2 tahun di sma, kesuksesan anak2 tdk bisa instan, binalah anak agar rajin membaca sejak dini, termasuk membaca komik yg lucu2, dan ajarkan kejujuran mulai dari rumah, niscaya anak2 akan selalu jujur, lebih baik tdk menjadi juara kelas asal nilai raport didapat dari hasil kerja sendiri.
        sekolah biasanya menjaga reputasi atas tekanan dari atas, dan kepala sekolah takut untuk dimutasi, maka kecurangan dalam un akan terus terjadi.

  48. bagaimana Indonesia bisa maju kalau hal kecil seperti Ujian Nasional saja harus dicurangi? Lantas mengapa kita terus terusan mengutuk dunia untuk kebobrokan yang diciptakan oleh generasi-generasi muda itu sendiri?
    Kalau hanya untuk menambah dosa karena ketidak jujuran, lebih baik ngga perlu sekolah saja. Percuma! Sekolah itu fungsinya untuk mendidik bukan hanya untuk kemampuan intelegensi tapi juga pendidikan moral justru yang paling penting.

  49. saya dukung kejujuran ibu

  50. just me says:

    Saya hanya tersenyum, mengapa?
    karena sebagai pelajar, saya melihat dan mengalami sendiri betapa ironisnya sistem pendidikan Indonesia. saya sendiri menyaksikan, sekolah saya mengumpulkan dana dari murid sebelum Un (yang katanya untuk biaya pelaksanaan UN) yang saya duga kuat untuk membeli kunci jawaban. setelah itu, setiap pagi hari H atau bahkan H-1, satu per satu teman saya digilir untuk mengambil kunci jawaban dari guru mata pelajaran yang bersangkutan.
    saat SD dan SMP, saya tidak menemukan kecurangan tersebut di sekolah saya. namun betapa kagetnya saya ketika menginjak bangku SMA semua ini terjadi. tapi bagaimana cara bisa melawan? sedangkan wali kelas saya sendiri memberikan tekanan kepada saya bahwa semua ini rahasia sekolah dan menyangkut urusan banyak pihak karena mereka tau bahwa kemungkinan besar saya pasti tidak setuju dengan sistem ini.
    miris, ironis, dan inilah yang seharusnya bersama-sama kita perbaiki. anak bangsa kita mampu, tidak lulus ujian pun bukan akhir dunia menurut saya. mungkin karena takut mendapat reputasi sekolah yagn buruk dari media lah yang membuat sekolah hampir semuanya berlomba-lomba “membantu” murid mereka dalam kelulusan.
    seharusnya, jika pejabat dan pemegang kekuasaan negara tidak semudah itu memperjual berlikan jabatan dan seragam mereka demi kepentingan pribadi, sistem pendidikan kita tidak akan sebobrok ini. ditambah lagi jika mental dan keyakinan yang kuat sudah tertanam di diri setiap individu negara ini bahwa MEREKA DAN KITA SEMUA MAMPU, tidak akan ada pesimisme dan rasa tidak percaya diri. BERHENTILAH MENYERAH SEBELUM MELANGKAH, ATAU KITA YANG AKAN KALAH.

  51. untung saya jujur 5 tahun yang lalu, emang ga enak sih begadang. salah saya juga ga mempersiapkan dari kelas satu. baru mulai serius setelah menginjak kelas 3 sma. tapi so far saya cukup senang dengan hasil saya. bukan yang terbaik, tapi tetep ada rasa bangga dan ga sia sia belajar :mrgreen:

    anak jaman sekarang mah sedikit yang bisa merasakan kebanggaan akan kejujuran :mrgreen:. makanya serem juga nih negeri kedepannya bakal banyak serangan koruptor -_-

    1. ARief RH says:

      Saya juga begadang, tapi begadang main game, tidak belajar sama sekali, hahaha.
      (main game sampai jam 4 pagi, padahal jam 7.30 adalah UN, haha)
      Ya walaupun jadinya saya mendapat nilai terburuk di angkatan, tapi dengan maraknya ketidakjujuran ini, saya malah merasa bangga karena saya jujur sewaktu UN. 😀

      1. wkwkwkwk :mrgreen:
        sekarang malah saya begadang ngegame mulu makanya ga kelar2 kuliahnya -_-

  52. menurut teman-teman, mana yang lebih penting antara proses belajar atau hasil akhir ?
    atau mana yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan indonesia ? kualitas dari proses belajar-mengajar atau hasil akhir saja ?

    coba kita lihat realita pendidikan indonesia, khususnya jenjang SD-SMA, apakah kualitas, sarana-prasarana, akses buku, dan kulaitas guru-gurunya sudah merata ?
    nggak teman-teman, kenyataanya masih ada gap yang besar antara sekolah yang di kota dengan yang di desa (di swasta). Mungkin untuk sekolah-sekolah yang di kota program UN ini bisa berjalan ( saya nggak jamin sih ), tetapi di sekolah-sekolah tertentu, masih banyak yang beroperasi dengan modal seadanya, seperti akses buku yang kurang, sarana prasarana yang seadanya, guru yang kurang kompeten, dll. Bahkan untuk siswa yang berada di desa, mereka masih harus membantu orang tuanya sepulang sekolah.
    Tentu dengan kondisi seperti ini, mereka-mereka ini akan mengalami kendala besar untuk lolos UN.

    Selain itu, pernahkah kita memikirkan kemampuan seorang siswa itu sebenarnya sampai dimana ?
    apakah lulus ujian 6 mata pelajaran tidak berlebihan ?
    guru matematika SMA pernah bilang, ” Jangankan Anda, saya pun pasti tidak lulus jika ikut UN tersebut, karena saya hanya mengerti matematika”.
    itu perkataan seorang guru loh.

    terus juga, pernahkah kita memikirkan dampak psikologis yang dialami siswa jika mereka tidak lulus. Bukan cuman siswa yang sesdih, tapi orangtuanya juga pasti ikut sedih karena anaknya seniri tidak lulus ( semata-mata bukan karena malas, tapi banyak faktor lain, seperti batasan kemampuan).

    Jadi, kalau mau meningkatkan mutu pendidikan indonesia, perbaikilah proses belajar-mengajarnya. Kalau ini sudah baik, pasti hasilnya juga baik.

    sebagai pemberitahuan aja, amerika serikat saja yang sudah punya mutu pendidikan terbaik tidak melaksanakan UN seperti ini.

    thanks. CMII

  53. fisikarudy says:

    Salam Kenal
    Tulisan Bu Ninok yang Inspiratif, hanya ada beberapa pertanyaan saya, bahwa di setiap naskah soal itu dinyatakan kodenya dengan barcode, lha kunci jawaban yang ibu dapatkan ini angka-angka dan huruf juga jelas, apakah ada asumsi :
    1) soal itu memang sudah bocor? apa sudah ditelusuri fakta-faktanya?
    2) apakah memang naskah soal di regional daerah bu Ninok kode soalnya tercetak berupa angka dan huruf?
    3) jangan2 sangkaan saya bahwa ini kunci jawaban palsu yang tidak jelas
    alias bisa jadi ini masih dugaan belum ada alat-alat bukti .. dan seperti biasa itu tentu kunci jawaban palsu saja.

    1. Anonim says:

      Menurut saya yang bermasalah bukan hanya kebocoran soalnya, namun juga sikap siswa yang sampai mencari kunci jawaban dan adanya kunci jawaban (baik palsu maupun tidak) itu sendiri.

    2. Yo says:

      lah? di lembar jawaban bukannya harus dituliskan kode soal?
      kalo dituliskan dengan barcode… gmn tau nya jawaban di lembar jawaban untuk naskah soal yg mana

      1. Samuel Wirajaya says:

        @Yo
        Tahun ini, Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) diedarkan satu bendel dengan naskah soal UN, tidak diedarkan secara terpisah. Keduanya dibagikan menyatu.

        (Instruksinya, para peserta UN terlebih dahulu memisahkan LJUN yang semula menyatu dengan naskah soal UN, kemudian mengerjakan ujian.)

        Barcode sebagai kode paket tercantum di setiap naskah soal UN. Barcode yang cocok juga sudah tercantum di LJUN, sehingga peserta tidak perlu lagi mencantumkan kode paket soal di lembar jawabnya. Barcode di LJUN akan dibaca oleh komputer/sistem pemindaian LJUN.

    3. eeslover says:

      Barcode bukanlah halangan
      karena menurut beberapa sumber, pada kunci yang berbeda tertera kalimat soal pertama
      jadi bagi pengguna kunci sangatlah mudah untuk mengetahui manakah soal mereka

      Sangat baik anda memperingatkan persoalan fakta kepada sang penulis artikel Pak
      untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

      namun inilah rahasia publik, rahasia yang sudah tidak rahasia

      ingatlah pula Bapak, ambilah sebuah contoh,
      memang benar keamanan negara kita semakin maju, namun di lain sisi kriminalitas semakin maju pula

      Soal UN makin di buat susah kemungkinan terjadinya kecurangan, di lain sisi demikian pula oknum-oknum pelaku kecurangan juga semakin handal pula

      jaman sekarang semua orang sudah pintar pak
      justru orang-orang pintar itulah yang mencari lahan bisnis kotor

    4. Sherly Ana says:

      untuk pak fisikarudy
      sy tidak tahu namun faktanya hampir disetiap kota di jawa tengah dan jawa barat ditemukan kunci jawaban dengan format yang sama.

    5. Samuel Wirajaya says:

      Dalam kasus ini, pembuat kunci menyertakan 3 huruf pertama dari soal 23 s.d. 27 sebagai pembeda antar paket soal, sehingga pengguna kunci bisa mencocokkan dan menemukan jawaban untuk paket soalnya.

      Penggunaan barcode ternyata tidak membuat bandar-bandar kunci kehabisan akal.

    6. Chul says:

      Barcode bukan masalah , krn yg saya tahu dri teman sekolah lain ada trik2 masing2 untuk membaca kunci jawabannya. Dan anak jaman sekarang jga sdh pinter. Gak mungkin mereka cuman nyalin jawaban doang. Mereka mengerjakan lbh dulu bru dicocokkan dengan kunci jawaban. Sehingga tingkat kebenarannya diketahui. Dan katanya sih kunci jawabannya tembus, Saya sih gak tau krn saya gak make -_-

    1. ano says:

      kang ipan ngapain nyasar kesini muahahaha

  54. Shiro Emiya says:

    saya sih jujur merasa heran, UN saya 3 tahun yang lalu sih sangat mudah, sampai sampai saya cukup setengah jam untuk menyelesaikan nya, dan alhamdulillah semua nilai saya berada di golongan yang sangat baik.

  55. Coba laporkan ke sini: antikorupsi.org – Lindungi Pelapor Kecurangan UN

    Semoga ada upaya-upaya perubahan yang lebih baik bukan menghancurkan generasi.

  56. scooterkid says:

    Reblogged this on scooterkid and commented:
    “Kemampuan akademik, sangat bisa dikejar dalam waktu 3-6 bulan intensif. Tetapi pembentukan moral akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Lebih dari 15 tahun dan mungkin saja 2-3 generasi”

    1. Ridwan says:

      Setuju sekali. Pembentukan moral menurut saya jauu lebih penting dari pada pengembangan kemampuan akademis, kalau kita masih percaya bahwa pelajar pada hari ini adalah pimpinan bangsa ini di kemudaian hari.. Dari pengamatan dan penglaman saya situasi seperti ini dimana seorang pelajar merasa lulus itu menjadi tujuan dan harus diperoleh dengan cara apapun menjadi marak setelah tahun 60an di awal awal orba dimana pernah diberlakukan perpanjangan tahun akademis menjadi 18 bulan dan semua murid sekolah seolah olah harus diluluskan. Pada tahun 50an adalah hal biasa kalau murid tidak lulus dan tidak merasa stress karena menyadari bahwa dia harus belajar lebih baik lagi kalau mau lulus pada tahun berikutnya. Pada masa itu jarang sekali sekolah yang muridanya lulus 100 %, dan karena yang lulus memang secara umum adalh anak anak yang berprestasi se hari hari anak anak yang tidak lulus menerima keadaan itu sebagai sesuatu yang wajar.

  57. dini says:

    Ibu guru yang baik hati, saya lulus SMA tahun 2009 dan Alhamdulillah kami semua biasa dididik untuk jujur dalam ujian, baik PR, ulangan harian, UTS, UAS, dan UN. Di sekolah saya, nilai UN yg didapat insyaAllah murni tanpa kecurangan, 🙂

    Selamat bergabung dalam golongan orang yg masih berprinsip kejujuran.

  58. deburhan says:

    Subhanallah.
    Standing applause buat Bu Guru.
    Saya juga sependapat dengan tulisan ibu. Sakit hati rasanya melihat kondisi pendidikan di negeri kita. Lucu sekali.

  59. Info yang sangat baik, jujur saya peserta UN tahun ini, saya pun memiliki pemikiran, seandainya murid berlaku jujur, sekolah mengedepankan moral, dan pemerintah berani condong ke masyarakat, semoga sekalipun UN ada, karena moralnya sudah terpampang, walaupun ujian 80 paket dengan 10 mata pelajaran, insya allah lancar, semoga posting ini didengar 😀

    1. yuni sakirana says:

      1000 jempol untuk ananda renoyuansyah… Tidak semua anak indonesia mempercayai dan menggantungkan nasibnya pada kecurangan2 konyol dan memalukan seperti yang diutarakan penulis…. Mau 100 paket soal, kalau suatu sekolah selalu menanamkan budaya belajar dan belajar tentunya dengan proses yang baik, riil dan obyektif, maka tidak akan ada ketakutan bahkan ide2 untuk melakukan kecurangan2 dalam menghadapi UN tahun ini….. Sukses untuk ananda renoyuansyah….

  60. Saya dukung Anda Bu guru….

  61. ryrin says:

    dan dengan cara seperti ini, katanya UN akan dijadikan acuan untuk masuk PTN? yang bener aja…

  62. Wajib Dihajar says:

    Menurut saya sih wajar, kalo jujur saya yakin 80% siswa SD, SMP, SMA ga kan lulus … Anda yang membaca tulisan saya ini mungkin pernah mengalaminya? Kita sama-sama jujur, apa adil sarana dan prasarana yang tidak sama plus tenaga pengajar yang tidak seotak maka ujiannya hars disamakan?
    Coba Anda jadi guru, sedan-edannya murid, Anda ga akan tega ga ngelulusin murid Anda…
    Jadi kepala sekolah pun harus siap-siap didamprat+dimutasi kalo ada siswanya yang ga lulus…
    ini semua realita, dari dulu…

    jadi gimana solusinya? tanya Bapak yang diatas itu, paling jawabannya “Pakai Kurikulum 2013”! hahahaha

  63. Fauzi Aulia says:

    Saya sebetulnya tidak setuju dengan keberadaan UN. Karena kemampuan seorang manusia itu bukan dinilai dari nilai yang dia dapatkan semasa sekolah atau kuliah, tapi lebih dari kekreatifan dia dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup. Cuma yang saya sayangkan di sini, kenapa mesti sekolah/panitia yang “kreatif” “membantu” anak2? This is just stupid.

    Semoga kedepannya, kalau UN belum dihilangkan (syukur2 kalo dihilangkan :D), sekolah/panitia berhenti berbuat tindakan seperti ini karena akan memanjakan siswa. Biarkan siswa kreatif sendiri 🙂 Masalah jujur atau tidak jujur, itu relatif, tergantung cara mereka memandang value dari UN ini. Lah kalau siswa mikirnya UN itu ga ada gunanya, apa salahnya kalau dia menggunakan kekreatifannya untuk menyelesaikan masalahnya? Dunia kan gak hitam-putih, bu guru. Dunia gak ada sisi benar atau salah. Sisi kanan atau kiri. Dunia itu bunder, cuma ada 1 sisi, yang berbeda2 tergantung ngeliatnya dari mana:)

  64. Wajib Dihajar says:

    kalo ada yang bilang, nilai gue murni, trus gue ga dikasih bocoran tuh, gue ga nyontek tuh hahahahaha
    berarti sekolah lo hebat, karena punya tim sukses yang handal, yang siap bergelut di belakang layar …

    1. putridjaja says:

      gw berani blg begitu

    2. putridjaja says:

      dan dijamin sklh gw ga “bergelut” di belakang layar. semua murni hasil belajar.

      1. Wajib Dihajar says:

        oyeeeeeeeeeeeeee hahahaha

  65. Keberanian Ibu hebat sekali!
    Saya kagum ada pengawas seperti Anda
    😀

  66. malleku says:

    ikut nimrung ah, hehehe, hapus UN, ganti semua ujian dengan sistem ujian berbasis komputer online, dengan teknik random tingkat tinggi.

    1. Dar Gondesh says:

      di daerah pinggir listrik masih sering njepret, keburu rusak komputernya

  67. kalau memang 80% siswa ga lulus brarti rendah bgt yah pendidikan di negeri kita ini ?

    tapi seharusnya kriteria kelulusan seorang anak / siswa ya ga bisa dinilai dari UN aja, dan jg sbg guru juga seharusnya tidak memberikan hal hal yg seperti itu, walau secara manusiawi pastinya ga akan tega ga ngelulusin anak muridnya,

    ya pada intinya sih cara itu salah, kan bisa dengan penilaian dari segi lain,
    hmmm

  68. arief rahman says:

    Kenapa nggak lapor polisi terdekat.kalau komsisten dengan kejujuran,harus berani melaporkan. Dan pasti setiap sekolah penyelenggara UNAS ada polisi pendamping.kok nggak dilaporkan?jangan publish terbuka saja bu.

  69. Ellie says:

    Bukan bermaksud menyangga, maupun membantah. Saya sendiri seorang siswa. Buat saya melihat hal seperti ini sudah terlampau lumrah. Mencontek massal itu makanan sehari-hari, kan? Bedanya ini ujian negara. Memang adanya hal ini miris dan memprihatinkan, namun seandainya beginilah cara mereka menyelamatkan diri, menurut saya, ya sudah, biarkan saja. Bukan saya mendukung, tapi seandainya oknum-oknum ini ingin merusak diri mereka, sudah tanggung jawabnya, bukan? Mereka tahu itu salah. Nantinya juga kedepannya dengan moralitas dan penderian seperti itu juga terhantam masalah lain. Kalau terpuruk, ya terpuruklah. Toh, tahu, kenapa mereka terpuruk, dan tidak ada lainnya yang dapat disalahkan kecuali mereka.

    Menghentikan pihak sekolah untuk menutup-nutupi muridnya mencontek memang benar, namun buat saya, diluar itu, semuanya tanggung jawab masing-masing murid. Kalau memang mau rusak, rusaklah mereka. Kalau tidak, ya jadilah tidak.

    1. temon says:

      Belum tentu loh murid2 yang menurut anda rusak itu “rusak”. BIsa aja nantinya mereka lebih sukses daripada org yg jujur pas UN. UN itu cuma 1 lompatan kehidupan kok. Yang jamin masa depan org itu cuma dirinya sendiri dan Tuhan-Nya. Mungkin aja sebelumnya mereka jujur tapi saat UN saja mereka “terpaksa” curang karena takut tidak lulus, tetapi selanjutnya jadi orang yang lurus kembali dan jadi orang sukses. 🙂

      Point nya adalah jangan menjudge buku dari 1 titik noda hitam saja. tapi lihat keseluruhan buku itu. akhir kata adalah, UN bukan metode yg tepat untuk menilai kemampuan akademis siswa, lebih tepatnya adalah proses pembelajaran dia dari kelas 1-3 SMA tersebut. 🙂

      1. mega says:

        saya setuju sekali kalau anak yg nyontek UAN itu belum tentu akan jadi orang yg gagal, malah akan menjadi lebih sukses. tapi masalahnya dengan sistem UAN yg sekarang, terjadi proses perusakan moral yng tidak dapat diukur dengan kasat mata dan jelas…kalo sukses materil sih mudah, tapi sukses moral? dan memang ini tidak sepenuhnya salah peserta UN (yg kurang bisa memegang prinsip) tapi ada campur tangan sistem yang memaksa mereka berbuat curang agar lulus…. saya setuju agar UN tidak dijadikan satu2nya syarat lulus..

      2. Ellie says:

        Saya tidak bermaksud bilang bahwa orang yang curang UN itu bakal jelek selalu ke depan. Tapi mentalitasnya saja sekarang buruk. Kalau kebawa ya baru, kalau tidak ya syukur. Dalam intinya, kalau dia mau curang sekarang, dan merusak mentalitas kejujuran itu, ya sudah urusannya, begitu. Tidak perlu dibesarkan maksud saya, ini juga ujian, kan. Bedanya sama yang bukan, yang ini skala negara. ‘ ‘;

        Dan saya seorang yang tidak suka UN dijadikan patokan nilai juga, sih.

    2. anonim says:

      km mau orang tolol dan curang memimpin orang pintar dan jujur?

      1. temon says:

        @mega sepakat mba, 🙂

        @anonim itu cuma satu parameter aja loh, 1 parameter. UAN saja! JIka orang tolol dan curang yang mas maksud sebelum UAN adalah orang pintar dan jujur, kemudian orang pintar dan jujur ini adalah orang tolol dan curang. Apakah pantas?

        Intinya hidup itu proses, ga cuma hasil aja yg dikejer. Mosok hanya gara2 nila setitik rusak susu sebelanga? Hanya gara2 UN, rusak kelulusan seorang murid.

  70. UN, CPNS, UMPTN = Shit!

  71. ranggaym says:

    Ckckckck………. gile parah
    Ternyata ini tuh yang so called kunci jawaban.. geje emang.
    Selamat atas usaha Mbak dalam mempertahankan kejujurannya.

    Salam kenal dari anak Informatika Institut Teknologi Bandung angkatan 2011

    1. Dar Gondesh says:

      terus knp kl anak if itb?
      ckck, udah hebat ya?

      1. ranggaym says:

        nggak kok. aku gak hebat.

  72. jengah says:

    sampah ni sekolah, bubarin aja, ga guna

  73. phitiphiti says:

    dengar cerita dari teman yg sedang kuliah S3 di perancis. di bawa istri dan 4 anaknya kesana. anak2nya sekolah disana. dan di sekolah anak2nya setiap pelajaran tidak ada nilai dalam bentuk angka ataupun huruf. hanya ada BAIK dan KURANG.
    ini pembentukan karakter sejak dini, bahwa tidak ada orang pintar atau orang bodoh, jadi membentuk karakter anak kuat dan percaya diri sejak dini.
    mudah2an di Indonesia segera memberlakukan metode seperti ini. saya yakin negeri kita ini akan jauh lebih baik dari sekarang.

    1. ffeatured says:

      Di Indonesia sudah ada sekolah-sekolah yang kurikulumnya seperti ini.
      Anak tidak dinilai berdasarkan angka dan peringkat berdasarkan rata-rata nilai kelas.
      komentar yang diberikan oleh guru adalah komentar positif yang menitikberatkan kepada kelebihan anak dalam pencapaian prestasi akademis, serta saran-saran untuk perbaikan kualitas diri.
      Saya adalah guru di salah satu sekolah tersebut. Kami memakai kurikulum IB.

  74. Trip says:

    karena saya merupakan murid yang selalu jujur dari SD, SMP, maupun SMA dalam mengerjakan soal UN, jujur saya sulit menerima kenyataan buat nilai UN jauh lebih rendah dari temen sekolah yang “menggunakan”. That’s first point

    masalah kecurangan soal UN itu masalah “nasional”. That’s second point

    pemerintah harus membuatu suatu tipe ujian UN yang “logis” dan dapat “dipahami” oleh seluruh guru-guru yang “peka” pada muridnya, (jujur saya lebih suka sama guru-guru yang rela curang daripada kurang “peka”). teachers job are teaching workers job are working. That’s the third point.

    The Last Point = harus ada rasa saling memahami dari “seluruh bagian” pendidikan agar dapat “ikut serta” dalam jalan yang “benar”.

  75. Tulis di Kompasiana mbak! supaya lebih banyak dibaca sama orang!

  76. Yo says:

    lah? di lembar jawaban bukannya harus dituliskan kode soal?
    kalo dituliskan dengan barcode… gmn tau nya jawaban di lembar jawaban untuk naskah soal yg mana

    1. eeslover says:

      itu dulu bos
      sekarang pada lembar jwab udah ada tercetak kode-nya berupa barcode ga perlu ngisi2 lagi

      jadi LJUN-nya lengket di soal

  77. Fiqhi says:

    Saya masih ingat dulu ketika SD, pada saat Ebtanas, tiba-tiba guru saya datang ke kelas dan memberikan kunci jawaban ke anak2.. itu 18 tahun yang lalu..
    Memang benar, pembentukan moral dan karakter itu butuh proses yang sangat panjang, karena ‘penyakit’ ini sudah ada sejak lama..

  78. Aeros says:

    Reblogged this on Freedomopensource's Blog and commented:
    Shit

  79. haryudh4 says:

    Pengalaman saya ikut UN 2 tahun lalu… Sekolah sama sekali gak kasih kita kunci jawaban, cuma aja mereka mati2an ngajari kita pas Pendalaman Materi. Tapi sih misal dari kaminya (para murid) mau melakukan kerjasama misalnya, pihak guru pun gak melarang… Dengan catatan, resiko tanggung jawab sendiri.

    Tapi anehnya malah justru Pengawas yang kasih sedikit kelegaan buat kami. Pernah di 1 Mata pelajaran, lupa apa. Begitu waktu menunjukan Ujian sisa 15 menit lagi. Itu pengawas nanya: “Waktu 15 menit lagi, kalian udah pada selesai belum?” Anak2 pun pada jawab: “Belum Bu…”.

    Mungkin melihat ekspresi kami yang rada kesusahan & kebingungan karena waktu sisa sebentar lagi. Sontak Ibu pengawas itupun nutup pintu, kemudian bilang: “Yaudah deh yang belum coba kalian tanya ke temennya, tapi jangan berisik yaa. Saya kasian, soalnya saya punya anak juga…”.

    Pikir saya dalam hati… Oh jadi, selama ini pengawas kasih peserta ujian sedikit kelegaan karena alasan ini toh. Oh ya tapi itu pengawas cuma kasih kami kelegaan pas di akhir menit itu aja loh, gak dari awal. Dari awal mah tetep mengawasi seperti biasa.

    Dan waktu itupun panitia ujian semuanya dari pihak Mahasiswa, bukan dari staf sekolah. Kebanyakan juga mereka masih muda dan keliatannya emang orang2 jujur. Jadi gak ada tuh namanya kasih2 kunci jawaban dan segala macem.

    Palingan cuma temen2 aja pada kerjasama buat contekan, itupun hasil dari pemikiran mereka bukan kunci jawaban. Karena pihak sekolah dan guru2 kami udah mewanti2 dari jauh hari: “Jangan percaya sama yang namanya kunci jawaban!” Jadi menurut kami, kalo gak bisa ya mending nanya temen.

    Jujur, saya pun beberapa kali nanya temen. Pas pelajaran mtk dan bahasa arab. Husss… Jangan ditiru yaa 😀 Tapi dikit kok, palingan cuma beberapa soal aja.

    Pas ujian pun satupun guru kami gak ada di sekolah, karena mengawas di tempat lain juga. Tapi palingan ada sih beberapa aja guru yang biasa jadi staf sekolah. Cuma setelah ujian selesai, barulah guru2 kami yang tadi juga ikut mengawas balik ke sekolah nanya ke kami perihal ujian tadi susah atau enggak.

    Oh ya, posisi sekolah saya ada di bilangan Jakarta. Nama gak perlu disebutkan kali yaa, tapi yang pasti sekolah negeri 🙂

    Tapi sih kalo dari yang saya liat di berita, parah banget nyontek pada terang2an gitu. Pengawas seolah2 cuek banget lagi… Kayanya emang udah gak bener sistem pendidikan di negara kita. Jadi wajar lah kecurangan terjadi dimana, lah wong udah terbiasa dari kecil kok.

    1. wis… bahasa arab juga ya gan… sama… kwkwkw

      1. haryudh4 says:

        Iya, haha kelas jurusan bahasa soalnya. Tapi masih mending lah masih bisa dibaca biarpun arab gundul, ketimbang mandarin sama jepang hurufnya aja udah gak ngerti 😀

  80. Wong says:

    Komnas Perlindungan Generasi Kemana Ya……………..

  81. rudicahyo says:

    Terharu. Mari kita tularkan sikap positif spt ini. Tugas pendidikan adalah membangun karakter, punya self determinasi, kemandirian, kejujuran. Tidak jujur 1 org saja bisa menular, apalagi ketidakjujuran nasional

  82. luckty says:

    taun ini juga ngawas pertama kalinya. Tapi dapet ngawas di sekolah madrasah, mukanya plos-polos. Kalo gak bisa, pada pasrah tidur gitu pesertanya.. ( ʃ⌣ƪ)

  83. Achmad Charliandra says:

    mbak. saya tidak tahu apa yang saya rasa ketika membaca artikel ini. izin saya share di kaskus ya.. ini linknya http://kask.us/g9KOo

  84. fiza says:

    bukannya beberapa daerah ada yang belum UN ya bu ??

  85. saladflorida says:

    saya menemani dengan share ya mbak 🙂
    paling tidak itu yang bisa saya lakukan

  86. soewidjaya says:

    Leadership sekolahan tergantung kepala sekolah, jika kepala sekolah tegas menolak kongkalikong mengenai UN, saya kira semua guru akan mematuhinya. Guru bergerak ‘ndak mungkin karena inisiatif pribadi, lingkungan berkomplot demi nama baik sekolah karena nilai nominal angka demi pencitraan sekolah bagooosss……:(

  87. erka says:

    dulu 1 dari 30 siswa yang menyontek itu pasti dicemooh dan sangat memalukan. tp sekarang ini justru kebalikannya.
    teman saya yang menjadi juara umum UN di sekolah karena menyontek, dan diberi penghargaan saat perpisahan tidak ada senyum di wajahnya karena malu. semua siswa tau apa yang dia lakukan saat UN, tidak ada yang patut untuk dibanggakan dan tidak ada cerita kesaksian hidup untuk dijadikan panutan bagi anaknya kelak. akan menjadi malu seumur hidupnya, bagi guru dan siswa yang melakukan kecurangan

  88. astridreza says:

    yang paling saya hargai dalam post ini adalah proses pembelajaran anda sebagai guru dan itu tidak mudah. saya sepakat bahwa pada akhirnya sebagai tenaga pengajar yang paling menentukan adalah sikap kita. dalam segala bentuk kegelapan dalam sistem pendidikan indonesia, setidaknya sikap anda walaupun 1 dari seribu membuat saya bisa mulai mempercayai ada satu titik cerah di masa depan. dan percayalah anda tidak sendirian.

  89. aciscus says:

    saya 3x ujian akhir (ebtanas sd, ebtanas smp, uan sma) ga ngalamin ada kasus seperti ini. ngeri juga kejahatan malah dimaklumi/dilindungi, ga percaya mirip drama di film aja. dari sekolah aja udah diajarin korupsi coba?

    1. aldoelam says:

      saya juga tidak pernah; karena ini fenomena baru atau dulu saya tidak pernah kebagian?

  90. Kanzato says:

    wah, saya seneng banget diantara orang2 banyak ternyata kawan2 diatas ( khususnya si ibu ini 😀 ) emang masih sdar betul deh akan kejujuran.
    kalo boleh jujur saya orang nya bodoh loh, nilai saya aja cukup kurang dari temen2 saya yang lain. hanya saja, saya ga mau nyontek, walaupun jelek. saya lebih bangga kalo bisa ngerjain sendiri, alhasil saya kepake dimana2. jadi pemimpin organisasi dsb, padahal nilai saya kurang loh hehe :p

    kalo boleh ngasih masukan ya, kasihan temen2 kita sekarang, pendidikan yg dikedepankan itu masih bersifat IQ ya kayanya? jarang banget saya ketemu dengan orang2 jujur spt tmn2 diatas,
    IQ itu perlu loh, hanya saja kudu diimbangin dengan EQ dan SQ nya, apa lagi masa depan sesorang ditentukan dengan UN? yang cuman jawab soal? yah.. hahah, kmana nanti mereka bakal berjuang.
    kurikulum 2013? blm tau yah, cuma yg ditingkatkan lagi lagi IQ nya, moral bangsanya mana nih 😀 well, kita belum tau gmn kedepannya kalo gini terus mah 😀

    saya sih cuma bilang ya, buat temen2 kususnya akang2 pemimpin negara, tingkatkan moral bangsa, jadikan pembelajaran itu lengkap antara IQ EQ dan SQ, katanya bangsa yang bermoral? wong UN aja masih nyontek 😀 lulus ga lulus UN itu ga penting kata saya mh, yang penting gimana kita mnciptakan sesuatu untuk kelulusan nanti 😀 yaitu lulus ujian Dunua dan akhirat 😀

  91. Mantan_Siswa says:

    pembentukan moral tidak cukup hanya dengan tidak menyontek dalam ujian
    seluruh sistem pendidikan harus dirubah , untuk perubahan besar tentu diperlukan pengorbanan yang sepadan , gali dan kembangkan potensi unik setiap siswa lebih penting dari menguasai hapalan , show , don’t tell

  92. iDhan says:

    bagus, harus terus dimediakan terkait karakter pembentukan pendidikan moral, sangat setuju dengan tulis2an ini, kejujuran adalah garda terakhir kemajuan bangsa…..terima kasih tulisannya bu.

  93. Ayo bu guru. Tularkan virus positifnya ke anak-anak. Semoga anak2 murid ibu bisa menjadi genrasi perubah. Semangat bu

  94. jiggow says:

    Alhamdulillah saya tahun ini berkesempatan mengawas untuk pertama kalinya, dan menemukan teman-teman SMA mengerjakan sendiri tanpa contekan dan lainnya. Semoga semuanya benar adanya.

  95. Kolour says:

    Kita hanya bisa menjudge disaat kita sudah berada diatas, Apakah memang kita dulu waktu ujian tidak pernah sama sekali mencontek?? Sekarang tanyai diri dulu deh, baru bisa judge sperti ini. Apakah penulis memang seorang yang perfect waktu sekolah dulu??? Jawab deh..

  96. Meta Maftuhah says:

    Speachless… saya dukung kisah ini diposting di kompasiana. Supaya pemerintah tahu, bahwa apa yang dilakukan telah menghancurkan generasi muda. Buat adik-adik, tetaplah jujur. Buat apa dapat nilai tinggi kalau hasil nyontek. Apa yang dilakukan hari ini mungkin dianggap sepele, tapi korupsi sebetulnya berasal dari ketidakjujuran. Kalau waktu sekolahnya suka nyontek, lihat saja, setelah dewasa dia akan memberi makan keluarganya dengan harta yang tidak halal/subhat. Naudzubillah hi mindalik…

  97. de says:

    kalo saya bu, jujur.
    lebih suka UN nya gak ada. sudah sulit-sulit belajar UN eh nilainya kagak dipake sampe sekarang, mau masuk ke Universitas tes lagi, jadi hasil ujian terlihat percuma. lebih baik ujian dilakukan sekolah masing-masing, toh yang lebih mengetahui kemampuan murid adalah guru yang mengajar.
    saya tamat SMA tahun 2010, walaupun gak bisa dibilang terlalu jujur (ada juga temen yang ikhlas ngasih jawaban yang saya tidak mengerti) alhamdulilah masih bisa lulus dengan nilai rata2 7 (mikirnya lebih baik kerjakan sendiri toh nilainya kagak bakalan dipake).
    nah yang lain rata-rata 9, gak mau suudzon tapi memang kebanyakan yang ngerjain sendiri nilainya pada rata 7 semua.

  98. iDhan says:

    tapi mohon maaf, tautan berupa huruf2 kapital tersebut sebaiknya dihapus, karena cukup mengganggu di muka lama internet, seharusnya kalo ada oknum difoto saja orangnya. mungkin ini bisa lebih cerah daripada mentautkan 3 file terlampir; karena masih ada 11 provinsi yg belum melaksanakan UN. mohon bisa membantu menyelesaikan permasalahan paling rentan pada pelaksanaan UN ini, bukan malah sebaliknya. terima kasih.

    1. gurumutant says:

      setuju dengan iDhan, ada baiknya Bu Ninok menarik kembali foto-foto kunci jawaban tersebut, atau mengupload ulang dalam versi sudah diblur parsial, karena malah menambah keruwetan pada UN yang sudah ruwet ini. Bayangkan saja, karena postingan ini beredar luas di FB dan media lain, dan diantara pembacanya ada siswa SMA yang saat ini belum mengikuti ujian tsb, pasti tergoda untuk mencetak dan membawanya ke ruang ujian. Anyway, tetap istiqomah ya Bu..

    2. aldoelam says:

      harus ada jawaban soalnya, kalau tidak ditampilkan berarti tidak ada pembuktiannya

  99. juve says:

    salut!

  100. moenas says:

    mangkanya kaga salah klo habis lulus sekolah dapet STTB = Surat Tanda Tetap Bodoh wkwkwkwk negarakuuuuu

  101. sori klo bahasa gw agak gak sopan karena gw emang gak biasa n agak g nyaman ngomong resmi.
    sekarang coba pikir pemerintah dengan seenaknya netapin mata pelajaran apa aja yang mau diujiin di UN, terus netapin standar yang tinggi. padahal gak semua anak kemampuannya sama. contohnya gua, jujur gua sangat sangat super lemah di matematika ama ekonomi akuntansi tapi kelebihan gua itu ada di bahasa inggris, geografi ama sosiologi. toh jaman gua pas UN dulu gua bisa kok lulus dengan nilai UN matematika yang standar, ekonomi akuntansi yang nyaris hampir gak lulus tapi bahasa inggris yg bisa nembus 9,6. dan gw gak mau pelit ama temen gua yg lemah di bahasa inggris bahkan pengawas nya sendiri aja banyak yg bantu kita (temen2 sekelas gua). dengan beragamnya kemampuan otak yg setiap anak punya maka bisa aja ada anak yg gak bisa lulus di satu mata pelajaran yg diUNkan. sekarang gw balikin apa lu mau gak lulus di 1(SATU) mata pelajaran yg bener2 gbisa lu kuasain ? apa lu gak nganggep pengorbanan lu belajar selama 3 tahun itu percuma ? gak mungkin ada manusia yg bisa segalanya. semua orang itu ada kelebihan dan kekurangan dan inget kita ini makhluk sosial bukan serigala(homo homini lupus). sekarang gw tanya apa lu tega ngeliat anak yang pas pengumuman UN nangis kejer2, shock, stress cuma gara g lulus UN ? apa lu mau ngancurin masa depan seseorang ? apa lu siap hal tersebut terjadi ke anak lu ? apa lu mau ada cap kalo anak lu (maaf) goblok cuman gara2 gak lulus UN ? IMO gapapa lah anak tersebut bisa lulus UN asal ia bisa mempertanggungjawabkan hasilnya itu baik di dunia kuliah ataupun di dunia kerjanya nanti. oke klo nanya apa lu bisa ngasih solusi buat gantinya UN ? gw bisa jawab ya tapi mungkin hal ini gak mungkin terjadi di indonesia. gw bisa ngasih usul ke pemerintah kalo UN itu harus disesuain sama setiap kemampuan anak dimana kelebihannya. jadi itu bener2 sangat membantu n menguntungkan buat anak2. toh klo gw bilang UN itu lebih banyak jeleknya daripada bagusnya.
    thx

    1. tidalwave says:

      emang kurang tepat pake ukuran yg sama untuk orang yg berbeda2. tapi apa itu bisa jadi alasan buat nyontek dan ga jujur? munafik emang rakyat indonesia, kalo ada kasus PNS korupsi karena menurut dia gajinya ga cukup, pasti ga terima. emang gaji ga cukup jadi pembenaran buat ga jujur? tapi kalo gilirannya yg diuji, cari segala macem pembenaran. ga jujur ga jujur aja, ga usah bilang ga mau pelit. kesalahan orang lain dan sistem itu bukan pembenaran buat melakukan kejahatan

    2. mr cuk says:

      hehehehehe belajar gan biar setidaknya kayak agan satu ini, lulus meskipun dengan nilai mepet hampir tidak lulus. saya ini GUOBLOG gan, tapi karena mau “berusaha” belajar dan berdoa akhirnya lulus juga. usahanya ya belajar gan, seGUOBLOG apapun itu kalo mau belajar dan berusaha pasti tetep ada bedanya sama yang malas2an. karena tidak bisa juga maksain mengandalkan kecerdasan. INDONESIA ini banyak orang yang tidak cerdas, namun meski tidak cerdas mereka gigih dalam belajar dan berusaha makanya tetep sukses.

      saya tetep tidak setuju dengan kecurangan gan, apapun alasannya 😀

  102. Andar says:

    sebagai seorang calon guru, hati saya sungguh sakit melihat tulisan ini. Mau dibawa kemana pendidikan yang katanya berkarakter itu?

    1. mr cuk says:

      ya saya sebagai mantan pelajar yang KRANJINGAN pun juga sedih tau beginian, saya yang BANGSAT aja masih mau jujur waktu ujian.

      eh ini kok GURU dan PENGAWASnya malah mendukung kecurangan 😦

  103. temon says:

    Saya kurang setuju dengan kata2 ini “Kemampuan akademik, sangat bisa dikejar dalam waktu 3-6 bulan intensif. ” Serius? Memang anda bisa jamin dalam 3-6 bulan insentif semua anak yg anda ajar bisa lulus UN? Coba deh entar anda jadi kepala sekolah, terus anak2 didik anda pada banyak yg ga lulus UN karena sistem pendidikan di sekolah anda masih kurang. Sedih ga? anda merasa bersalah? apakah itu karena kesalahan si anak yg kurang pintar atau karena sistem pendidikan anda yang carut marut?

    Di sini saya menekankan bahwa apa yang dipelajari selama 3 tahun itu tidak bisa hanya dengan penentuan 1 hari ujian saja. Hal ini menurut saya adalah kesalahan pemerintah yg menjadikan UN sebagai satu2nya standar kelulusan. Jangan salahkan anak2, guru2, apalagi kepala sekolah lah. Menurut saya mereka itu korban dari sistem pendidikan kita yang mementingkan hasil 1 x ujian saja. Coba hasil dari proses, pasti hasilnya lebih real dan lebih pasti.

  104. Bapak Ibu Guru sekalian maaf kalau Postingan saya gak ngenakin
    tapi sistem Pendidikan di Indonesia ini sangat konyol ! bener2 konyol !
    dan untuk masalah bocoran dan sebagainya
    bocoran juga dari orang-orang/oknum2 Dinas kok

    jadi yang patut disalahkan disini bukan hanya siswa2 yang berbuat curang
    tetapi sistem yang konyol (ngehabisin dana UN sampe triliun tapi GAK GUNA) tapi juga Pemerintahnya udah buang-buang uang rakyat aje, dan 1lagi faktor Gurupun tidak kalah penting
    Siswa terkadang terkekang dengan pola guru yang absurd

  105. dostom says:

    Saya salut dg anda bu guru, seharusnya siswa tdk dikebiri dg angka2 kelulusan un, melainkn kemampuan siswa slma 3th yg dinilai oleh guru2 yg jujur seperti anda.. Tetap semangat bu…

  106. Silakan laporkan tindakan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang anda lihat dan alami ke Email Posko Pengaduan UN Itjen Kemdikbud dengan alamat un2013@itjen.kemdikbud.go.id atau ke SMS Center kami di 081380477779. Sertakan nama sekolah yang anda duga terdapat kecurangan dalam pelaksanaan UN, akan kami tindak lanjuti.
    Terima Kasih.

    –Posko Pengaduan UN Itjen Kemdikbud–

  107. asdasd says:

    GAUSAH ADA UN, LANGSUNG AJA TES PTN LEBIH BERMUTU.

    1. mr cuk says:

      wakakakakaka mantra pertamaxnya gagal gan???
      asd asd mantra kaskuser.

      GAK USAH PADA SEKOLAH AJA SEKALIAN YA GAN.
      KATANYA KAN ORANG GAK SEKOLAH DAN ORANG GUOBLOG BISA LEBIH SUKSES DARIPADA ORANG PINTER.

  108. adhityareza says:

    Reblogged this on Adhitya Reza.

  109. Teman-teman yang setuju dengan ibu Ninok dan ingin berjuang demi kelangsungan pendidikan Indonesia, mari bergabung dalam gerakan menulis tentang UN di blog http://www.seribuceritatentangun.worpress.com. Blog tersebut baru dibuat 18 April 2013 kemarin karena saya juga mengalami keresahan dan nyaris putus asa karena tak bisa berbuat apapun. Akhirnya tercetuslah ide ini. Blog belum sempurna tapi tetap bisa berpartisipasi dengan mengirimkan tulisan ke email: seribuceritatentangun@gmail.com. Saya akan sangat berterima kasih atas partisipasinya dan berharap kepada Ibu Ninok untuk memperbolehkan saya share tulisan ini ke blog tersebut. Terima kasih

  110. bagoes says:

    Saya karyawan swasta, saya juga ngajar pramuka di sd tmpat saya sekolah dulu dan smp. Saya pernah jadi pengawas UN taun 2008. Dan saya pun mengalami yang hal yang sama dengan ibu kita di atas.
    Bedanya, saya tidak pernah mengizinkan siapapun termasuk polisi(wkt itu ada polisi jg) untuk masuk ke ruang ujian tmpat saya mengawas. Namun, saya masi juga mendapatkan kecurangan yang dilakukan oleh murid2 di ruangan saya itu. Yang saya lakukn di hari kedua, semua anak di ruangan saya tidak boleh membawa tas dan sepatu kedalam ruangan. Dan satu persatu saya geledah baju mereka(yang putri dengan rekan saya yang putri juga). Al hasil mereka pun mencontek dengan teman nya sendiri secara diam2. Saya pun tetap menegur mereka, dan saya masukan dalam berita acara.
    Sempat dpt teguran dari panitia. Dan sempat jadi masalah lantaran ada guru yg tidak terima muridnya diperlakukan seperti itu dgn cara saya. Tapi saya tidak perduli. Saya tetap melakukannya hehe. Masuk berita acara juga.

    Tindakan saya ini ternyata di awasi oleh kepala sekolah d sekolah itu. Dan taun berikutnya, sistem yang sama dilakukan meski saya sudah tidak mengawas di situ lg. WOW

    Namun begitu, pesan kepada anak2 juga tidak luput disampaikan oleh kepsek, “bahwa ujian apapun, akan mudah dikerjakan bila kita jujur kepada diri kita sendiri dan percaya dengan usaha kita sendiri Meskipun dengan sistem ujian yang seperti apapun”

    Kita memang dihadapkan pada fenomena dunia pendidikan yang rumit bin ajaib.
    Tapi, dimanapun kita sekolah, dan ujian, jika memang guru yang bersangkutan memang berkompeten untuk mengajarkan muridnya dengan benar, maka murid pun juga akan dapat mengerjakan ujian dengan baik. Krn guru yg baik bukan hanya mengajarkan mata pelajaran, tapi juga mengajarkan moral kepada anak didiknya selayaknya orang tua mereka. Krn orang tua nya murid di sekolah ya guru.

    Saya pernah melaksanakan ujian darurat di salah satu desa terpencil di sulawesi. Kami melakukan ujian(semacam bimbel gratis) di bawah pohon rindang di tengah kebun. Dan para murid pun mengerjakan dengan jujur dan serius meskipun nilai mereka biasa saja. Sampai2 kami para pembimbing bosan krn ga ada murid yang berulah. Itu adalah salah satu semangat pendidikan yang saya liat dengan mata kepala sendiri.

    Tinggal gimana kita nya aja sbagai orang yang dipercaya untuk mencerdaskan anak bangsa, bisa mengambil langkah inovatif dan kreatif dalam mengatasi kelemahan sistem pendidikan kita. Krn yang d lakukan oleh pembocor2 itu mnrt saya sudah sangat kreatif dan inovatif dengan memberikan kunci jawaban kpd anak2 dgn cara apapun. Jadi kita ga boleh kalah kreatif dari mereka.

    Ada satu kasus yang saya dengar dari curhatan teman saya di suatu sekolah(sebut saja smu ex). Dan ini memang benar2 dialami oleh teman saya.
    ^sebelum UN, dia di undang oleh temannya ke smu ex untuk membantu satu lembaga ex untuk menyelesaikan soal ujian untuk lembaga bimbel(alih2 bimbel). Kebetulan dia guru bahasa indonesia. Begitu sampai di smu ex, langsung di kawal oleh orang ber badan besar menggunakan safari hitam dan beberapa orang penyelenggara lembaga trsbt.
    Dia langsung di bawa masuk ke ruangan kelas yang disitu sudah ada banyak orang yang sedang mengerjakan soal2 ujian. Ternyata smua orang disitu adalah guru bahasa indonesia. Dan sedang mengerjakan soal ujian bahasa indonesia juga.
    Sontak tman saya kaget + takut(takut di apa2in dan takut di grebeg dan takut dll..). Akirnya mau ngga mau dia pun ikut mengerjakan. Ada +-300 soal yang dia kerjakan. Dengan berbeda2 kode dan barcode.
    Setelah selesai, salah seorang dr lembaga tersebut mengucapkan terima kasih atas kerja samanya dan masing2 orang di kasi amplop berisikan uang 1,5jt.

    Ini membuktikan bahwa, memang ada oknum yang sengaja menjual copy soal. Dan ada juga sekolah yang menyelenggarakan kegiatan seperti ini.

    Semoga kasus sprti ini bisa di hentikan oleh kreatifitas guru masing2 sekolah dlm menjalankan KBM dengan baik. Sehingga mereka para oknum tidak punya celah lg untuk meracuni anak2 kita dengan hal2 seperti ini.

    Semoga komentar saya ini ngga salah.
    Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun.
    Kalo ada salah kata mohon dimaafkan.
    Krn saya juga manusia yang tidak luput dr kesalahan.

    Mungkin ada yang tau akber?
    Cekidot the real world of education
    http://www.akademiberbagi.org/sekilasakber

    Salam semangat_

  111. Al Alidrus says:

    namanya juga pegawai negeri apa yang elo harapin, profesionalitas enggak ada dikampus mereka.

    1. mr cuk says:

      WAKAKAKAKAKAK ADA PENGUSAHA TAJIR DARI NEGARA MINYAK NI RUPANYA.
      trus yang profesional siapa gan kok ente ngomong gtu???
      clkckckckckckck

      saya bukan pegawai negri juga bukan pegawai swasta.
      tapi miris aja baca tulisan ente, mulai menyerang begitu.

  112. Misbah The Citizens says:

    Sya sangat bangga mempunyai Guru sprti anda, yg mau berbakti terhadap anak asuhnya. dan mau jujur, tp ibu mngkin tdk mngerti klo murid2 tdk smuanya jenius seperti abert einstein atau BJ Habibie. saya tdk bsa menerima klo UN itu mencakup hmpir smua mata pelajaran. mana ada yg bsa merangkul smua mata pelajaran. sya rasa ini slh dlm sistem pembelajaran. tdk smua murid bsa mnguasai Matematika, fisika, kimia dan bhsa inggris. dll.
    yg harus di slahkan sebenarnya adlah menteri Pendidikan. Pecat aja beliau, klo emng beliau jenius sruh jawab sendiri tu sluruh pelajaran yg mau di UN kan. klo emng beliau bsa smua, sya rasa kita pantas membuat UN, tp klo beliau sja tdk bsa dan hanya bsa membuat masalah atau korupsi lbh baik beliau dsruh mundur atau pecat secara tdk hormat sja. Gara-gara beliau yg menyesatkan Pendidikan di indonesia ini.

    1. aulia says:

      soal UN perasaan gampang2 dah. lemah banget sih pemikiran orang2

      cari2 alesan itu cuma kegiatan yang secara langsung memberi sugesti negatif ke diri orang itu bahwa dia ga mampu melakukan sesuatu. padahal kalau dia mau optimis, hajar aja mau kaya gimanapun soalnya, berusaha sedikit lebih keras, dia bisa.

  113. imanuel gilang krisjanuar says:

    sebenernya seorang siswa tak menginginkan ini terjadi, namun dengan ketakutan mereka, mereka mencari cara agar dapat lulus apapun mereka lakukan, mereka sedikit takut dengan apa yang akan terjadi, memang cukup ironi tapi inilah yang terjadi realitanya, mereka tertekan karena selama 3 tahun mereka berleha leha dengan mengikuti perkataan alumni bahwa adanya “malaikat subuh” semua murid kini berharap pada hal itu

  114. ksatriapetir says:

    Reblogged this on Catatan Guru Drama and commented:
    Teman, kejadian yg ditulis dalam blog ini tentang UN, hanyalah permukaan saja… sungguh dibawahnya masih banyak kebusukkan yg lebih sistematis lagi…

  115. ksatriapetir says:

    Lakukan UN dengan jujur atau ditiadakan sama sekali….

    Kamu ada bersama kami yg berjuang agar UN di ganti format dengan yg lebih baik…

  116. Sedikit share dari saia juga, karena senior saya ada yang menjadi pengawas UN beberapa tahun lalu dan sejak saat itu tidak mau lagi mengawas untuk UN.
    Kurang lebih sejenis dengan yang dialami ibu (atau kakak nih? hehe~), tapi senior saya ini dipanggil kepala sekolah waktu senior saya itu sedang menegur salah satu anak yang ketahuan mencontek dari kunci jawaban.
    Setelah menyatakan keberatan atas perilaku si anak, kepala sekolah tersebut malah menyodorkan amplop dan minta untuk jangan dipersulit langkah” untuk membantu kelulusan anak-anak di SMU itu…
    Akhirnya senior saya ini menolak si amplop itu dan kembali ke ruangan, hanya untuk menjadi boneka saja… Nampaknya karena terpengaruh cognitive dissonance jadi senior saya ini juga ga berani untuk ambil langkah ekstrem.

    Yang saya bingung, jujur saya malah merasa UN jauh lebih mudah daripada UAS di sekolah saya… Yang ironisnya membuat kebanyakan siswa di sekolah saya lebih takut tidak lulus gara-gara UAS daripada UN. Apa tingkat kesulitan UN meningkat dari tahun ke tahunnya sekarang ini? (Saya lulusan tahun 2006, rata-rata nilai UN di sekolah saya 90 untuk Bahasa Inggris dan Indonesia, 80 untuk Ekonomi (Mat untuk IPA), dan mereka tidak berani mencontek karena ancaman dari sekolah kami cukup kejam: Drop out dari sekolah jika terbukti mencontek. Untuk kunci jawaban sendiri sih saya yakin pasti ada yang cari-cari sih, tapi semua soal UN itu minimal 50%nya soal daur ulang (di zaman saya dulu), jadi kalau belajar dari soal-soal UN 5-6 tahun terakhir minimal standar lulus pasti sudah terpenuhi, kan?

    Mungkin yang jadi pertanyaan adalah standar dari pendidikan itu sendiri sih, apa standar dari kurikulum pendidikan di semua sekolah di Indonesia sudah sama rata? Kalau belum, bagaimana dengan nasib sekolah yang standar pendidikannya masih di bawah rata-rata atau bahkan batas minimum?
    Nampaknya jadi PR bagi departemen pendidikan di Indonesia, mencari cara bagaimana baiknya sebuah pendidikan itu dirancang dan diimplementasikan?

    Tapi yang pasti saya acungkan dua jempol tangan saya untuk Ibu ini 😀
    Memang sulit buat melawan sistem yang sudah rusak, tapi tetap semangat ya Bu!

  117. penulis ga bermaksud menggeneralisasikan, tetapi hanya berbagi kepada kita semua bahwa memang ini terjadi dan ia dihadapkan pada peristiwa tersebut.
    pertanyaan2 bagaimana dan mengapa dan bla bla lainnya semuanya bisa diargumentasikan, tapi penulis bermaksud berbagi dan menceritakan all of the details. simple kan? yg merasa ter-offense haarusnya bisa lebih bersyukur bahwa hal ini tidak terjadi di sekolahnya, atau malah merasa ter-offense karena melakukannya tapi tetap mengatasnamakan apapun itu demi kebenaran? tidak ada habisnya jika diperdebatkan.

    mengingat memang masih ada certain places yg blm melaksanakan UAS akan lebih baik jika foto2 yg terlampir di-remove dahulu.

  118. snydez says:

    Hiduplah indonesia raya 🙂
    sistemik.
    Cuma bisa miris.
    Bayangkan anak2 sudah dibuat secara sistematis ketika dewasa nanti berbuat curang itu ga pa pa, korupsi juga ga pa pa..

  119. Mau berapa paket klo ada kunci jawabannya mana bisa buat bangsa ini maju?
    saya dukung 100% tindakan anda.

  120. Agus Dwi says:

    ga rela generasi indonesia dihabisin seperti ini, ayo bantu sebarkan,

  121. salut dengan kejujuran dan keberanian ibu mengungkap ini. tapi ada hal yang lengah bu, tidakkah ibu melihat bahwa para guru dipaksa oleh sistem untuk seperti itu? dan itulah yang dimanfaatkan oleh oknum dengan menjual kunci jawaban atau sejenisnya. Guru yang paling tau kemampuan anak didiknya, kecerdasannya moralitasnya, hingga akan jadi beban bagi guru melihat anak didiknya tidak lulus sekolah, apalagi tekanan dari kepala sekolah, instansi, pemerintah dan masyarakat yang akan men-cap bahwa sekolah dengan ketidaklulusan tinggi adalah sekolah yang jelek. HAPUSKAN UJIAN NASIONAL!!!!agar guru bisa lebih objektif, tidak tertekan hingga bisa benar2 mendidik siswanya. bila banyak masalah ada pada guru, perketat seleksi guru untuk menghasilkan guru2 yang berkualitas

  122. Gus Nuk says:

    Bongkar! Bongkar! Bongkar!
    Terima kasih tulisannya, sangat mencerahkan 🙂
    Ijin share ya mbak

  123. cebs says:

    gimana ya kalau ga ada kunci itu mungkin saat pengumuman banyak yg bunuh diri stress dll , dan ada “tuker kepala” kan setau saya jadi misalnnya siswa SMA A ketahuan oleh guru SMA B biasanya nanti guru SMA A mencari kesalahan siswa SMA B , dan rata2 semua SMA nyaris memegang kunci jawaban tanpa sepengetahuan guru SMA tersebut setau saya , correct me if i wrong

  124. Aduh. says:

    Engga heran sih.
    Tahun 2010 dulu teman-teman sekolah kami juga jujur telah melakukan ketidakjujuran.
    Kecurangan dilakukan atas inisiatif siswa sendiri dengan patungan membeli kunci jawaban, yang besarnya beberapa ratus ribu rupiah per orang. Kunci akan diberikan oleh server per ruangan saat ujian berlangsung, yang disebarkan melalui SMS.
    Saya menolak.
    Pada saat ujian semua siasat berjalan lancar. Pada mata pelajaran Matematika (dimana says paling lemah) beberapa teman menawarkan kunci, namun saya tetap kerjakan sendiri.
    Pengumuman..
    Nilai ujian matematika saya 5,00. Yah, Alhamdulillah lulus.
    Karena tidak mungkin mengikuti jalur prestasi, saya Ujian Seleksi Mandiri UGM. Dan gagal.
    Move on.
    Iseng saya ikut Ujian Saringan Masuk STAN, dan lulus. Beating my brightest schoolmates (and best friends).
    Sekarang PNS di Kementerian Keuangan.

  125. Ismail Fahmi says:

    pertanyaan kecil… kalau A, B, C, D, E masuk akal… kalau X itu apa ya? sekadar ingin tahu

  126. Ian says:

    UAN sebaiknya dihapus.. Menghabiskan uang negara saja!

  127. M.I.B says:

    Nyesel juga sih kalau UN taunya temen sendiri atau anak SMA lain ada yang beli kunci, kecewa sangat rasanya…
    Tapi saya tetep optimis kok, TUHAN ITU MAHA ADIL… :mrgreen:

  128. Fatim says:

    aku salut msh ada pengawas yg jujur spti ibu, aku pas smp juga ngrasain sakitnya pas tmen2ku dikasih kunci jawaban oleh slah satu guruku, tapi para pngawas ruangan tdak mlarang, lebih sakitnya itu yg ngasih kunci guru agama, pas gurunya ngasih aku bukannya sneng tp sdih smpe nangis di kelas, dan alhamdulillah aku ga dapet kuncinya krna aku g mau 🙂

  129. DAHLAN says:

    Kecurangan UN itu sudah sistematis, mudah-mudahan untuk tahun kedepannya nilai UN tidak jadi penentu kelulusan siswa, karena ini jelas tidak adil. Kalau saja nilai UN tidak menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa, saya yakin tidak akan terjadi kecurangan-kecurangan seperti itu.

  130. Ilmu Kimia says:

    Jarang sekali ada pengawas yang tak mau berkompromi seperti ibu. Saya mendukung apa yang ibu lakukan. Jujur lebih baik.

  131. Inilah Ujian sebenarnya bagi para idealis… yang pasti akan mendapat tantangan dan halangan.. Memang surga itu tidak gratis.. (opo hubungane??? he he). Jaman edan ktu kalo ga ngedan yo ra keduman..Nek ra melu dajal ya sengsara. Padahal surga yang ditawarkan Dajal adalah sebenarnya neraka… Waspadalah…

  132. Dan sistim bobrok itu makin kokoh jika orang-orang idealis pada menyingkir atau patah arang. Saya akan Kirim link ini ke twitter SBY. Semoga ditindaklanjuti

  133. Mas Agil says:

    Salut sama ibu guru yang satu ini. Jujur, memang bocoran soal ini juga membuat saya gedeg dan geregetan. Saya jg termasuk org yg dpt bocoran tahun 2007 (saya angkatan 2004).

    Alhamdulillah krn sy emg dasarnya bukan pemalas, saya berhasil msk ke perguruan tinggi dan skrg kerja di perusahaan swasta.

    Mungkin saya masih bs disebut beruntung, knp? Krn Allah memberikan saya motivasi untuk berusaha keras menaiki tangga sampai ke puncak. Tapi sayangnya tidak semua org seperti saya.

    Saya takut bocoran ini membuat org2 yg tdk rajin menjadi semakin malas. Mereka memiliki target tinggi, tapi minim usaha. Apa2 maunya instan.

    Saya cuma mau mengingatkan sama guru2 yg ngasi bocoran di seluruh Indonesia. Kalo kalian pikir ngasi bocoran untuk membantu para siswa, kalian salah besar.

    Mungkin untuk jangka pendek itu memang benar (meskipun saya ttp anggap salah), tapi apakah kalian berpikir jangka panjang? Bagaimana klo hal yg kalian lakukan akan berdampak buruk ke siswa sampai ke masa depannya? Bagaimana kalo si siswa menganggap kecurangan itu hal yg biasa? Bagaimana kalo siswa seumur hidupnya hny menjadi pemalas yang mau semuanya instan?

    Jangan harap masa depan Indonesia cerah klo sistem pelajaran Indonesia masih seperti ini.

    Guru menurut saya ujung tombak perubahan Indonesia menuju perubahan yg lebih baik. Jadi saya mohon dengan sangat, didik para siswa dengan baik, sehingga jadi kader yg bs membawa perubahan di masa depan.

    Bukankah itu yg diinginkan para guru? Melihat anak didiknya sukses dan berhasil? Bangga karena sudah mengkader manusia agar menjadi bermanfaat? Dan memberikan bocoran UAN sm sekali bertentangan dengan hal tersebut.

    Jadi sekali lagi saya mohon, tolong didik kami dengan benar. Kalian inspirasi kami, panutan kami. Masa depan kami kalian yang bisa membentuknya.

    Salam

  134. aldoelam says:

    enak sekali anak2 zaman sekarang ya, dulu tidak ada atau cuma saya saja yang tidak pernah dapat jawaban soal?

  135. rodeztyan says:

    Seharusnya uan dihapuskan saja krn tdk sesuai dg perikemanusiaan n perikeadilan. UAN yg digonta ganti sistemnya tdk akan menghasilkan sistem yg bermutu. Malah peserta didik menjadi kelinci percobaan thd sistem yg dicoba2 tiap tahunnya.

    Semakin baik sistem UN yg dijalankan, maka smakin canggih pula sistem “maling” jawaban yg diterapkan di sekolah2. Sistem yg baru akan memunculkan cara baru untuk mencuranginya.

    Jadi sebaiknya UN dihapus saja. Supaya budaya ini tdk turun menurun n berlanjut semakin parah.

  136. ihwan ihi alfiant says:

    Saya sdh 4 tahun ini mengawasi UN bahkan pernah mengawasi UN di dlm LP.saya mengajar smk klas XII.saya bukan PNS dan bukan bloger jd mohon kesediaannya untuk bisa berhubungan melalui email saja.mungkin saya bisa cerita lebih banyak tentang ujian nasional.

  137. apakah mungkin karena pelajarannya terlalu berat ya ? sehingga sekolah-sekolah tersebut ketakutan jk murid-muridnya banyak yang tidak lulus ?
    Contoh pelajaran yang berat menurut saya, anak saya kelas 4 SD, sudah harus mempelajari tata negara yang komplek, matematika yang seingat saya dulu adalah menu saya di SMP, dll (maaf contohnya sekolah SD karena anak saya baru kelas 4 SD)

    Kalau dugaan saya benar, maka saya kira kurikulumnya juga harus dirubah, sehingga tidak ada lagi phobia UN bagi sekolah-sekolah tersebut

  138. enjin says:

    kalau faktanya kecurangan terjadi diatas 70-80%, menurut ane sih UN ditiadakan dulu. namun juga bukan maksud bahwa harus tidak ada UN, tapi karena ini menyangkut masalah umum, jadi untuk menghindari perbuatan yang dianggapnya salah/kecurangan itu, sebabnya yang harus ditiadakan dulu. saya mengerti dengan pendapat bahwa sebaiknya “orangnya dulu yang seharusnya dibenerin moralnya!!”, tapi, untuk hal tersebut butuh proses yang sangaat lama beud karena menyangkut masalah umum orang banyak pula. kecuali anda seorang penguasa yg punya kuasa mengendalikan mereka, tapi kayanya itu ga mungkin dehh.. nilai un jaman sekarang 9 keatas kebanyakan akibat kecurangan (mungkin). pertanyaannya, kenapa saat UAS saja bisa ketahuan bahwa masih bodohnya beberapa murid sampai2 ada remidial juga, tapi hal baiknya adalah itulah nilai asli mereka. LOL

  139. barliant says:

    Ayo rapatkan barisan! Suarakan kebenaran!

  140. Otaku_Megane says:

    Menurut saya, UN sebaiknya dihapuskan saja. Konyol rasanya kalau penentuan lulus/tidak lulus hanya berdasarkan hasil UN yang hanya berlangsung selama 12 jam. Saya sebetulnya tidak suka menyontek, tapi jujur saja, saya pribadi lebih memilih menyontek daripada tidak lulus UN (jangan ditiru ya). Karena yang penting bagi saya adalah bagaimana menjalani hidup, bukan bagaimana cara lulus UN yang notabene hanya sekedar penentu kelulusan. Apalagi dengan sistem pendidikan sekarang ini yang tidak disertai dengan perbaikan sarana dan prasarana di tiap sekolah, terutama yang berada di daerah.

    Tapi saya salut sama Ibu Ninok, Ibu berani mempertahankan idealisme Ibu meski ditekan banyak pihak. Terus berjuang, bu 😀

  141. enoa says:

    bangke, gwa dlu contekan susah banget men dpt nya ini dah di print gt lagi ck ck ck ck

  142. diaz says:

    miris..seharusny anak indonesia dajarkan utk bsa bangga lulus un dngan hasil usaha sendiri modal kejujuran…masuk perguruan tinggi dngan nilai hasil usaha itu…dpet kerja dngn modal nilai yg berlndaskan kejujuran…harusnya..harusnya…semua org bsa bangga dngan itu..sy perna mmbuat tulisan yg sama tahun 2008 mengenai kecurangan un..peran orangtua..guru sangat sangat penting…masyAllah…rasanya qo antara lucu dn miris ya..lucu krn tu anak2 ga ngerasa mampu y ngrjain soal yg notabene udah d telen ama mereka slma 3 tahun..gurunya jg berarti ga yakin sma kemmpuan mereka bsa ngjarin dngan bener..klo sya jd muridny sya sakit ati.knpa?ya..berarti si guru ga yakin sm kemmpuan sya…tp ya itu..udah lingkran setan si..udah banyak kpentingan…ya politik..ya individu…ya gubernur..ya bupati..ya kadisnya..ya kepseknya…ya gurunya…Astagfirullah…

  143. Red Army says:

    Banyak yg berpandangan UN sebagai tolak ukur yg pantas untuk menilai kemampuan n kualitas siswa,pantas tidaknya siswa untuk lulus. Hingga UN dianggap sebagai sesuatu yg suci dan yg tidak boleh untuk “dinodai sama sekali”..
    Saya miris melihat kenyataan ini, SEMUA SISWA DIBEBANI HAL YG SAMA TANPA MELIHAT LATAR BELAKANG DARIMANA SISWA2 ITU BERASAL!!!
    Sadarkah wahai kalian yg menganggap begitu suci UN?
    Bahwa UN adalah sebuah bentuk ketidakadilan!!!
    Ditengah kualitas pendidikan kita yg belum merata!!!
    Apakah pernah terfikirkan oleh kita?
    Bahwa penyelenggaran UN menyita begitu banyak biaya!!!
    Dan kenapa sampai saat ini pemerintah begitu ngotot mempertahankan UN???

    Sudah cukup kalian membicarakan masalah moral!!!
    Bicarakanlah tentang masalah ketidakmerataan kualitas pendidikan kita!!!
    Bicarakanlah tentang pendidikan murah n berkualitas!!!
    Bicarakanlah tentang lapangan pekerjaan buat penerus bangsa kita!!!

    Salam Indonesia Raya

  144. pengalaman yang sama yg terjadi pada saya sekitar 25 thn yg lalu di Ebtanas SD. Waktu itu saya kelas 6 SD, hari pertama Ebtanas….wahh saya excited sekali krn saya tahu saya pasti bisa menjawab soal2nya dgn mudah krn saya termasuk salah satu murid yg paling pintar di sekolah dan saya bangga dengan kepintaran saya krn saya selalu belajar dengan rajin dan tekun. Saya yakin saya akan mendapatkan NEM yg tinggi dan masuk ke SMP yg terbaik. sekitar 30 menit saya mengerjakan test, saya sudah hampir selesai krn saya tahu semua jawabannya krn saya selalu belajar dengan tekun setiap harinya jadi pas ebtanas saya engga kelabakan….saya senamg sekali dan yakin sekali saya akan mendapatkan hasil sempurna. tapi engga lama kemudian, guru pengawas membuka mulut dan berbicara. Dia bilang ” saya akam memberikan semua jawaban test ini”. Whaaaaattt??? aku kaget sekali. Lalu dia memberikan jawaban testnya satu persatu dari nomer 1 sampai nomer terakhir. Saya menangis….menangis…Hati ku HANCUR rasanya….semua kerja keras ku selama dari kelas 1 sampe kelas 6 sia sia. Saya pulang berlari ke rumah dan menagis. Ayah saya bertanya kenapa saya menangis, lalu saya ceritakan kejadian di sekolah. Besoknya hari ke 2 ebtanas, kejadian yg sama terulang lagi…..aku pun menangis lagi. Sia sia rasanya hasil kerja keras ku krn aku ingin jadi yg terbaik dan mendapatkan nilai sempurna. Sekarang semua murid akan mendapatkan nilai yg sama dgn saya, padahal waktu itu saya ingin sekali menjadi yg terbaik. Di usia yg sangat muda, saya sudah melihat betapa jeleknya pendidikan dan Sumber Daya Manusia. Alhasil setelah hasil NEM dibagikan , nilai NEM saya cukup tinggi dan bagus berikut juga murid2 lain yg bodoh dan bego yg sehari2nya gak pernah ngerjain PR dan rankingnya diatas 30. saya kecewa sekali. Kemudian saya masuk SMP yg bagus dan byk juga murid2 bodoh dari SD ku masuk ke SMP yg sama dgn ku. tapi emang kalo bodoh mah tetep bodoh. Kebanyakan dari mereka pada engga naek kelas. Aku kecewa dgn sistem pendidikan di Indonesia. Ayah ku menyekolahkan aku di America semenjak SMA dan aku tinggal di Amerika semenjak thn 1997. Salah satu yg aku lihat dari orang Indonesia adalah rendahnya SDM (sumber Daya Manusia). Di indonesia orang byk korupsi, kejujuran tidak di junjung tinggi. As much as I love Indonesia, I am saddened by what Indonesian people has becoming. Sad…sad…sad…sad!!!

  145. Chintya says:

    Hmmm

    Entah apa yang orang-orang pikirkan. Mengapa menganggap UN ini sebagai momok yang menakutkan?
    Saya mau berpendapat, “pentingan mana proses 12 tahun sekolah dari pada hasil akhir (UN)?”, dan jawaban saya adalah dua-duanya. Bila proses tersebut dilalui dengan baik, maka akan imbanglah dengan hasil akhirnya.

    Saya sudah merasakan hal tersebut. Tidak peduli soal UN akan terbagi berapa, mau 1 paket, 2 paket, atau 20 paket. Toh soalnya sama kan? Cuma beda acakan. Jadi tidak usah lebay, ngapain takut kallau orang lain juga mengalami tingkat kesulitan yang sama. Lain halnya bila tiap soal dari 20 kode soal itu berbeda, nah kalo itu terjadi, baru pantas cemas

    Lagian, kok feelnya menurun banget ya? Dulu (saya juga lulusan UN soal paketan), saya dan teman-teman malah sibuk belajar buat SNMPTN pada saat sebelum UN. Sekolah kami yang mensosialisasikan soal SNMPTN dari kelas 1 SMA ternyata memberikan dampak positif. Seolah final testnya bukanlah UN tapi SNMPTN. Jadi, saat UN berlangsung, kita sudah lebih siap karena kita sudah persiapan untuk sesuatu yang lebih besar. Dan saya beserta teman-teman juga bersyukur karena dapat masuk univ2 negri favorit di Indonesia.

    Jadi g usah takut dengan UN.

  146. Dhila says:

    Tapi jujur yaa..selama saya sekolah dulu saya ngga pernah percaya dg konon katanya “kunci jawaban ujian akhir” jadi saran sy meskipun ada kunci jawaban yg beredar, selama siswa yakin itu belum tentu kunci jawabn yg benar,mereka tidak akan Melakuan kecurang,jd kl sistemnya yg rusak,mk siswanya yg harus didorong untuk tetap istiqomah jujur..pasti bisa…

  147. phitiphiti says:

    Reblogged this on Phitiphiti and commented:
    mudah2an thn ini UN yg terakhir dgn model seperti ini. stop UN sebagai syarat dasar kelulusan!

  148. pak ari says:

    saya malah kasihan dengan para pelajar. dihajar bertubi-tubi otaknya. kalau dah lulus belum tentu mereka melanjutkan ke perguruan tinggi. kalau mau bekerja dites lagi. atau mungkin malah jadi pelayan toko (yang honornya sangat minimal)

  149. pak ari says:

    harusnya adil, kalau SD, SMP, SMA ada UN, berani tidak perguruan tinggi (yang dihuni para dosen yang kemaki) mahasiswanya dites UN. kalau pendidikan Indonesia mau oke, yang dibentuk seharusnya elemen pendidikan dasar dan finising educationnya (perguruan tinggi). karena perguruan tinggi lebih dipersiapkan untuk membangun bangsa

  150. atristya says:

    Reblogged this on aristyatr.

  151. Arya Demang says:

    Saya mendukung sikap anda, UN di atas kertas dan di mulut pejabat Diknas memang sepert obat mujarab yang katanya akan meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing akademik di dunia internasional. Prakteknya, mendidik anak jadi koruptor, jadi maling berdasi…..bayangkan, tanpa dididik mencuri orang bisa jadi maling apalagi jika nyata diajak mencuri oleh polisi eh pengawas eh guru….

  152. faizjazuli says:

    terus yang salah siapa? guru atau muridnya?

  153. Inginkan UN bersih dari kecurangan..? Ah MIMPI…. tapi ya lumayan lah bisa mimpi.. daripada mimpi aja udah kagak bisa..

  154. dinasulaeman says:

    Reblogged this on My daily life… and commented:
    Speechless..:(

  155. Aku says:

    Mengapa tidka melaporkan ke tim pemantau? bagi tim pemantau, sangat sulit mendeteksi kecurangan mengingat keterbatasan orang (1 sekolah 1 orang) sementara yg diawasi begitu banyak ruang kelas. Informasi model kecurangan yg memungkinkan dilakukan akan memberikan kesempatan tim pemantau utk menemukan kecurangan tsb. Jika tidak dapat/berani menghentikan sendiri bukankah dapat memberikan data/bukti dan berikan kesempatan tim pemantau menemukan sendiri. Tidak harus diatasi sendiri. Jika tim pemantau di sekolah tidak peduli bukankan dapat melaporkan ke tim pemantau di subrayon/pokja? Tp dengan memebberkan yg begini justru dapat menimbulkan fitnah.

    1. Resiko yang diterima itu yang tak sebanding dengan pelaporannya. Kalo kementrian pendidikan bisa menjamin si pelapor tidak akan mendapat sanksi apapun pasti mereka berani bersuara. Nyatanya tidak, beberapa kasus pelapor bukannya dilindungi malah dipindah tugaskan. Mikir-mikirlah kalo mau melapor. Coba Anda jadi si pelapor pasti akan mikir ribuan kali untuk melakukannya.

  156. saya pernah mengalami kejadian seperti di film temani aku bunda, sayang sekali sekolah dan guru pengawas tidak mengambil tindakan SAMA SEKALI (pengawas mengambil hape yang digunakan buat nyontek, tapi hari itu juga dikembalikan). well, saya nggak masalah saat ini dijauhi oleh sebagian teman2 SMA yang tidak terima dengan tindakan saya melaporkan, saya cuma nggak suka aja terjadi ketidak jujuran 🙂

    mungkin kalo mau denger cerita saya bisa hubungi saya buat cerita lagi 🙂

  157. adiozh says:

    Alhamdulillah saya jujur. dan saya baru tahu kalau bentuk kunci jawaban yg marak beredar dikalangan teman seperjuangan saya seperti itu.. miris membacanya. 😦
    gak salah korupsi gak ilang-ilang lha ini malah seolah olah “dicetak” dan “dibenarkan” ~ pelajar 18 th,

  158. Mungkin lain cerita bila kita menerapkan sekolah sesuai bakat dan kemampuan siswa. Bisa dipastikan tingkat kecurangan tersebut akan turun drastis. Lebih jelasnya simak pernyataan deddy corbuzier http://www.youtube.com/watch?v=oYmrRsvTIDo

  159. adiozh says:

    Reblogged this on Blog "Adiozh" and commented:
    Kalo sejak SMA nya saja “dicetak” seperti ini, bagaimana Indonesia kedepannya? hmmmm… *innalillahi wa inailaihiroji’un* *turut berduka cita*

  160. WANDI says:

    wowwwwwwwwwww

  161. naura says:

    saya mendukungmu mbak….ijin share d facebook ya….

  162. alhamdulillah, di pondok saya belajar menempuh smp n sma, tidak ada semacam ini, aku banggga dengan pondokku yang sejak berdirnya 1926 tidak berganti kurikulum dan tidak mengikuti UN, wlpun tidak diakui negara sampai tahun 2000 tapi negara luar sudah mengakuinya, alhamdulillah juga saya hampir menamatkan s2 saya di luar negeri…

  163. Rad says:

    Negara yang dzalim. Kaum muda yang liberal sedikit diracuni seks dan alkohol. Kaum muda yang konservatif sedikit diracuni fundamentalisme dan intoleransi. Sekarang yang ingin belajar saja dipaksakan menyelami sistem yang munafik.

    Ini konspirasi internasional untuk hancurkan generasi muda bangsa. :))

  164. opang says:

    Saya temani. Lebih baik tidak sekolah ketimbang diajarin amoral secara sistemik.

  165. saya sudah tidak kaget dengan kejadian tersebut, ini sudah menjadi rahasia umum. Menurut saya sebaiknya UN tidak perlu ada saja karena penilaian prestasi siswa/i itu seharusnya dalam proses belajar selama 3 tahun saat SMA itu, bukan ditentukan hanya oleh Ujian yang cuma seminggu saja!!.

    Justru menurut saya pengadaan UN ini justru hanya sebagai ajang pemerintah/rekanan pengadaan kegiatan ini untuk meraup keuntungan dengan korupsi dan semacamnya, sebagai contoh UN yang sekarang ini LJUN-nya dipermasalahkan, katanya dihapus sedikit, mudah robek/bolong dan Salah satu pemenang tender percetakan soal UN 2013 dipertanyakan. PT Ghalia Printing Indonesia menjadi satu-satunya pemenang tender dengan nilai penawaran paling tinggi, yakni Rp 22,4 miliar. Namun, ternyata dalam pelaksanaannya justru percetakan inilah yang menjadikan UN di 11 provinsi ditunda. Angka penawaran yang disampaikan Ghalia ini lebih mahal sekitar Rp 10 miliar dibandingkan pemenang yang lain.

    sedangkan untuk membuktikkan kualitas siswa/i pada tahap berikutnya adalah ujian/seleksi masuk yang diadakan oleh PTN/PTS/ Sekolah Kedinasan. bagi yang tidak jujur pasti kesulitan tes pada tahap ini. dan jika pada tahap seleksi ini juga ada kecurangan (menggunakan joki/ bocoran jawaban) dan lolos, pasti nanti saat kuliah dia mengalami kesulitan mengikuti proses belajar & apalagi skripsi. Jika masih lolos juga, mereka akan mendapat kesulitan saat mencari kerja/ mendapat pekerjaan.

    Kesimpulan saya, kecurangan sejak dini memiliki efek domino sampai dalam dunia kerja (tidak profesional, tidak patuh terhadap kode etik, & mempraktikkan KKN). Terima kasih kepada penulis telah berani mendobrak sesuatu hal yang tabu untuk dibicarakan.

  166. Dwi Wahyudi says:

    Sudah dari dulu kok, kenapa baru dibuka sekarang ya??? Saya yakin Mbak adalah orang yang ke sekian melihat pemandangan seperti itu. Pertanyaannya sekarang adalah kenapa hanya Mbak yang bersuara sedangkan yang lain tidak. Hhhhmmm……

  167. Oli says:

    Rasanya miris memang ya, Bu.
    Alhamdulillah teman-teman sekelas saya jujur-jujur dan berprinsip “nggak papa jelek, yg penting hasil sendiri,”, tidak heran kelas saya sering dapat nilai paling jelek seangkatan. Dan dengan adanya 20 paket soal saya sempat berpikir bahwa kecurangan akan sangat minim.
    Saya semacam buta kecurangan sampai teman-teman saya bercerita. Diantaranya tentang teman di sekolah lain yang cerita ingin menangis karena bocoran jawabannya tidak tembus, bukan semata krn tidak bisa menjawab. Sungguh sedih rasanya tapi ya kalau saya mau apa lagi? Saya hanya bisa berjuang mencoba untuk tetap jujur.
    Lanjutkan perjuangan, Bu. Untuk menjadi seseorang yang baik memang tidaklah selalu mudah. Tapi penghargaan selalu ada. 🙂

  168. Reblogged this on Blog Kemaren Siang and commented:
    Kurang lebih setahun lalu saya menulis sekelumit cerita tentang persiapan menghadapi UN di sekolah saya. Isinya seputar ya…, wakil kepala sekolah yang menyemangati siswanya (untuk saling tidak meninggalkan temannya di bangku sekolah) dan perumusan strategi saat pelaksanaan ujian di kelas nanti. Saya sendiri termasuk yg ditodong untuk membantu dan sampai saya akhirnya, syukurnya, diselamatkan oleh dewi dari seberang.
    Tahun lalu, cerita UN begini belum banyak. Cerita saya saja langsung berkontribusi besar pada statistik blog saya waktu itu. Teman saya sekos bahkan tidak percaya bahwa cerita UN begini nyata, syukurlah berarti sekolahnya masih bagus. Usai ngepos tuh UN juga banyak saya mengobrol hal setema ke teman dan ternyata banyak juga yg ceritanya sama.
    Setahun berlalu, sekarang 2013, mulai banyak deh pengakuan-pengakuan serupa. Ceritnya makin beragam dan WAH lebih hardcore! Karena bukan cuma dari seorang siswa yg gagal mengulurkan tangannya pada konspirasi ini. Ada yang dari guru, dari korban, dan cerita ini dari pengawas yang jujur. Mungkin pemantik gelombang ini adalah cerita si Abrar siswa SD yang pengen jujur tapi malah dijauhi teman dan dikucilkan tetangganya itu ya.
    Miris sekali Indonesia sekarang, top guys korupsi, young generation dikondisikan tidak jujur.
    Berikut ini cerita yang tidak boleh dilewatkan. Selamat membaca.

  169. freefor says:

    UN Bagus kok, kecuali ada niatan lain dari pengambil kebijakan dengan adanya UN. Seorang Murid yg sudah bertahun2 belajar, mengerjakan UN itu sebenarnya ga sulit kecuali belajarnya cuman sehari atau dua hari.

    Kalau ada yg ga mampu terus dikasihani dan dikasih kunci jawaban, itu yg ga bener. Patut diberi sanksi. Untuk Kasus yang ini, Kasihan = Pembodohan, apalagi disertai dengan “pembiaran”, lama2 jadi lahan bisnis. and the end become sumber pendapatan baru buat para “pemakan kotoran”.

  170. Kang Yadi says:

    sudah bukan rahasia lagi kalau UN saat ini bukan menambah kebaikan anak didik kita dan lembaga pendidikan kita tetapi sebaliknya,

    saya dukung 100% Ibu/Kakak Ninok ini dengan berani untuk kepentingan Masa depan negeri ini agar memiliki karakter yang dilandaskan oleh nilai Ruhani (Jujur, benar, adil dll).

    jika datang kebenaran yang batil akan hancur. Allahu Akbar

  171. Alhamdulillah, sebagai peserta UN, saya tidak melakukan sesuatu yang TIDAK JUJUR saat UN kemarin.
    Sedih sebenernya kalo tau atau ngeliat temen – temen satu generasi saya masih saja mau berlaku tidak jujur di UN

  172. Farid Ma'ruf says:

    tanggung. perkarakan sj sampai ke polisi. sertai bukti2 dan saksi….
    tanpa bukti tanpa saksi, bs dituduh hoax

  173. zulkhanip says:

    maju terus mba. kami turut mendukung.

  174. Tian says:

    kalo beneran jujur.. paling sekelas yg lulus cuma rangking 1-5 doang.. apalagi sekola2 ga mutu yg isinya anak bandel doang..

    1. whoal says:

      speertinya itu insya Allah tidak akan terjadi pada sekolah saya, walaupun tanpa kunci , saya yakin sekolah saya bisa lulus 100 persen 🙂

  175. Saya adalah seorang pelajar. Saya kagum pd Ibu yg bgitu pemberani. Lanjutkan terus bu! Begitu membaca ini……agak sakit hati. Karena masih ada yg tidak jujur sedangkan banyak orang jujur yang begitu ketakutan menghadapi UN. Saya merasakan takutnya menghadapi ujian nasional. Gugup, bahkan menangis pada saat mengerjakan soal ujian nasional kmrn. Karena saya sadar kemampuan saya masih kurang dan belum siap untuk menghadapi UN. Lalu saya mendatangi guru bimbel saya. Beliau berkata ‘jangan takut untuk berbuat jujur, kejujuran itu yang nilai bukan manusia.’ semenjak itu saya sadar. Bahwa Allah-lah yang menilai. Biarpun nilai jelek tapi setidaknya, orang-orang yang jujur mempunyai nilai yang berbeda di mata Allah.

  176. BagusDR says:

    sebenernya ini udah jadi mentalitas turun menurun.. lulusan sekarang dengan hasil menyontek dengan bangganya bercoret2 ria ketika pengumuman lulus.. jujur saya jijik. (termasuk pada diri saya sendiri) malu. apa bangganya bisa lulus dengan cara curang? semua orang bisa jika harus dengan curang.
    tentu ini juga ndak terlepas dari gagalnya institusi sekolah mendidik siswa-siswanya.. sekolah tampak gagal mempersiapkan siswa-siswanya. kegagalan itu akhirnya di isi oleh bimbel-bimbel yang sangat banyak jumlahnya dengan biaya jutaan rupiah. tentu ini menjadi diskriminasi sosial bagi siswa yang tidak mampu. anehnya, para siswa yang sudah menghabiskan banyak biaya bimbel itu masih saja melakukan kecurangan. pertanyaannya, tidak bergunakah bimbel bagi mereka? mentalitas seperti inikah yang dihasilkan sistem pendidikan Indonesia sekarang?
    itu masih di sisi siswa. di sisi lain, pihak sekolah dan pengawas. kepala sekolah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan predikat 100% lulus. berbagai cara dilakukan seperti membiarkan pengawas untuk memberikan jawaban maupun melonggarkan pengawasan. Upaya ini semata untuk menaikkan pamor sekolah. tentu ini berfungsi sebagai bentuk pemasaran di tahun ajaran berikutnya. program-program tambahan berbiaya menjadi produk sekolah untuk siswa-siswa yang tahun kedepan akan mengahadpi UN. modul-modul, tambahan waktu sekolah, dan lain sebagainya. Namun tetap saja, siswa memilih bimbel. ada apa dengan kemampuan sekolah mempersiapkan UN siswa-siswanya?
    hanya diknas pendidikan yang tau.
    dengan banyaknya kecurangan seperti ini bukan hal yang aneh jika banyak korupsi dan pemalsuan-pemalsuan. ironinya.. banyak siswa yang jujur menjadi musuh disekolah. teman saya mengalaminya 4 tahun lalu.

  177. basuki cahyo says:

    Saya nggak sanggup menyelesaikan membaca tulisan ini. Laknatulloh ! Buat oknum yg menghancurkan bangsa melalui generasi muda. Kejaaam ! Biadaabb ! Tdk berbeda dengan bandar narkoba !

  178. mee says:

    Smoga yg pada coment ini bner2 krena dlam dirinya udah Ъќ pernah lagi ngelakuin kecurangan.

  179. SS says:

    Kita harus liat subtansi nya… UN selalu identik dengan kecurangan (menyontek/kunci jawaban) bahkan itu dilakukan oleh instansi pendidikan sekalipun. Ada apa dengan UN ? artinya ada ketidak seimbangan dan keadilan dari yang namanya UN sehingga banyak terjadi kecurangan.

    Saya kira yang perlu diperbaiki adalah dari hulu nya.. mulai dari aturan2 mengenai kelulusan siswa / UN yang memang perlu dimodernisasi..

    dan sampai saat ini saya masih kontra terhadap yang namanya UN yang katanya bisa membuat standar tapi yang dihasilkan kedepannya tetap tidak standar…

    apakah siswa yang nilai UN nya paling tinggi sekalipun dia dijamin masuk perguruan tinggi negeri paling bagus? TIDAk !!
    so ada yang harus dibenahi dari UN itu sendiri

  180. kiki says:

    kenapa harus ribut gk ada yang benar atau salah yang tau tuhan kok.

  181. Widjojo says:

    Kami sangat mendukung langkah yang Anda lakukan ini. Semoga kecurangan ini terus terungkap.

    1. HQm says:

      moga2 ga ada kecurangan lagi..

  182. slamet says:

    waktu jaman sya smp 2004 (negri) n stm(swasta) 2007
    alhmdulilah d sekolah saya ga ad kunci jawaban.penyebaran nya..kita mengerjakan ya dengan apa adanya .

  183. katashinta says:

    Reblogged this on kata shinta tentang dunia and commented:
    Allah bersamamu, Bu Guru ^^

  184. Anonymous says:

    Itulah dunia pendidikan di Indonesia. Jangan harap perubahan sistem terjadi disini, yang ada mungkin hanya bertambah merosotnya mutu & kualitas pendidikan di Indonesia

  185. Vavai says:

    Tidak usah khawatir bu, saya bangga dan appreciate banget sama sikap Ibu. Jangan pernah merasa sendirian jika berbuat kebaikan. Ibu justru membantu anak-anak mempersiapkan masa depan mereka secara lebih baik.

    Doa saya dan keluarga untuk kebaikan ibu, untuk kehidupan ibu dan keluarga serta untuk masa depan ibu yang lebih baik.

    Semoga Allah memberkahi segala kebaikan yang ibu lakukan.

  186. ninno says:

    kalau tidak bisa bertindak, jangan memperdebatkan.

  187. katashinta says:

    I’m with you, mbak Ninok!

    Saya pikir mestinya memang dituliskan begini. Apabila ruang di media massa terlalu sempit memuat hal seperti ini (dan boleh jdi masih banyak lagi), blog adalah jawabannya!

    Semoga Allah merahmati dan menjaga kebersihan hati mbak ninok ^^

  188. abhe prasetya says:

    cerita yang lebay,..

    kecurangan dalam hal UN itu di karenakan rasa was was dan khawatir… kenapa khawatir,, anda semua pernah merasakan namanya sekolah SD,SMP dan SMA, coba anda berfikir.. seusia segitu pola pikirnya gimana sih.. realitis sajalah…
    dalam cerita diatas, bukan oknum guru/pengawas yang mengajari ketidak kejujuran, tetapi oknum tersebut merasa khawatir tentang psikologis anak2 yg menghadapi UN,
    kekhawatiran tersbut yang mendasari tersebut,,
    saya malah kasihan sama anak2 SMA, udah soalnya test tertulis otaknya dihajar betubi2,, nth lulus atau enggakny ga tau nasibnya mau lanjut kuliah enggak,,

  189. 568765241 says:

    huh… deg-deg mbaca ceritanya…
    jd kayak Reality Show

  190. Unknown says:

    Pendidikan macam apa ini. Kecurangan terjadi di mana-mana. Malah ada tim yang membuat kecurangan. Ya kapan mau majunya bangsa Indonesia ini jika tidak adanya kejujuran dalam hidup. Dari kecil murid diajari berlaku curang. Ya gimana kalo dewasa nanti. Kalaupun dia sukses, pasti akan merugikan bangsa ini. Misalnya akan bertindak korupsi. Kalau murid-murid yang curang itu sukses, maka banyak muncul koruptor di negeri ini. Apa ga bodoh tuh yang memberi kunci jawaban. Apa yang memberi kunci jawaban itu ga kasihan apa terhadap negeri ini. Apa ga memikirkan nasib masa depan bangsa? Bodoh sekali tuh. Malah ada guru yang ikut-ikutan curang. Kalau curang, ga usah jadi guru deh. Merugikan banyak orang. Kalau mau siswanya lulus, ya perbaiki dulu sistem pendidikan kita. Kita bisa meniru pendidikan di Finlandia misalnya. Perbaiki juga dulu perekonomian negeri ini. Perbaiki dulu moral diri sendiri. Jangan dengan cara yang instan. Wahai para pelaku kecurangan, betapa BODOH-nya kau. Orang yang setuju dengan kecurangan itu juga BODOH. Apa gunanya jika capek-capek belajar tapi tidak jujur di masa depan dan merugikan?

    Sebenarnya bangsa Indonesia ini masih terjajah oleh bangsa lain. Sebenarnya Indonesia itu kaya dengan SDA-nya. Kaya pula dengan SDM-nya. SDA-nya sangat banyak karena Indonesa merupakan negara maritim dan letaknya strategis. SDM-nya juga banyak karena penduduknya peringkat 5 besar dunia. Tapi apalah guna SDA dan SDM yang banyak jika tidak bisa mengelolanya dengan baik. Tanamkan sifat moral yang baik pada diri sendiri. Seimbangkan antara IQ, EQ, dan SQ dan perkuat. Yang dibutuhkan rakyat Indonesia kan cuma bisa hidup aman, nyaman, tentram, damai, sejahtera, bahagia, makmur, sentosa, dan terpenuhi segala kebutuhannya. Maka SDA yang dimiliki Indonesia kayak sumber daya minyak bumi dan tambang sebaiknya dikelola dengan sangat baik oleh SDM yang sangat baik untuk kemaslahatan rakyat Indonesia menuju kehidupan yang sangat baik.

    Kalau masalah UN, apa gunanya sih diadakan. Kalau banyak terjadi kecurangan. Lebih baik tidak ada UN. Kelulusan siswa dinilai dari aktivitas belajar siswa di sekolah selama tiga tahun oleh guru. Walaupun dia kemampuannya kurang karena berbagai hal, namun dia punya semangat belajar yang tinggi, itu lebih baik. Kalau mau mengukur tingkat pendidikan di negeri ini, dilakukan random sampling di berbagai daerah agar bisa diketahui pencapaian pendidikan di daerah-daerah sehingga dapat diketahui dengan mudah daerah mana yang pendidikannya masih kurang. Sehingga pemerintah fokus untuk memajukan daerah yang tertinggal tersebut. Misalnya dengan melakukan pendidikan intensif pada masyarakat daerah tertinggal oleh orang yang sangat ahli. Kalau aku boleh kasih saran sih, sebaiknya soal UN itu jangan pilihan ganda. Minimal isian singkat sih. Jadi para pelaku kecurangan itu kesulitan dalam membuat kunci jawaban. Selain itu, sistem UN dibuat kayak sistem seleksi OSN. Ingat, sistemnya bukan tipe soalnya.

  191. syaifudin ishar says:

    Kami mendukung sikap mbak, jangan takut dan mundur…maju terus utk ungkap kebenaran walaupun itu pahit…

  192. Ahmad says:

    Sewaktu jaman dulu masih EBTANAS Sekolah Dasar, bibit-bibit hal seperti ini sudah terjadi. Waktu itu guru pengawasnya bilang, “Tolong dibantu kalau ada temannya yang nggak bisa”. Saya hanya terdiam dan merasa aneh, guru kok ngajarin nggak bener. Saya nggak mau mengikuti permintaan tersebut, tapi malah beliau yang jalan-jalan ke para siswa, menanyakan kesulitan dan membisikan jawabannya.

    Setelah dewasa saya sadar kalau hal ini adalah bagian dari korupsi pendidikan. Penyelenggara sekolah ingin nilai siswa-siswi nya bagus, dan mengambil jalan singkat dengan meminta guru pengawas bekerja sama atau malah memberikan jawaban.

  193. Lalala Yeyeye says:

    Halo!
    Saya jg kemarin kecolongan kok, Mas. Ada hp yg berhasil lolos ke ruang kelas, dan saya sita. Akibatnya? Saya dan kedua pengawas ruangan hari itu disindir habis oleh panitia sekolah ybs. Bukan hanya itu, lembar kerja pengawas saya pun diambil, dipikirnya saya sempat menuliskan kasus tsb di dalamnya. Kecewa sih, namun mau bgmna lagi? Mereka memilih jalannya masing-masing seperti itu. Mungkin itu yang menurut mereka terbaik. Doakan saja 😦

  194. ndJoe says:

    ijin share yak, semoga Tuhan melaknat semua penghuni SMA itu, kecuali mereka yg masih menyimpan kejujuran…

  195. fikrilubis says:

    Ya saya sebagai orang yang pernah merasakan UN, pasti pilihan yang cukup sulit, karena di satu sisi perjuangan selama 3 tahun di bangku SMA hanya ditentukan dalam 4 hari..

  196. Setia says:

    Menurut saya hal itu dilakukan hanya untuk meningkatkan nama sekolah yang bersangkutan dengan banyaknya siswa yang lulus. tapi hal itu juga tidak dibenarkan, untuk apa para pengajar mendidik mereka selama 3 tahun, jika akhirnya para siswa diberi kemudahan untuk lulus UN?
    Mengapa kejujuran sulit ditemukan saat ini?

  197. jahe says:

    2002 sy ujian UN SMA, sampe sekarang masih jg ya ngetrend kunci soal begini, bedanya dulu panitia or guru cukup ketat *ga ada cerita panitia/guru ngasih kunci jawaban UN* CMIIW
    krn kunci2 semacam itu asalnya dari luar sekolah, dlu ga ada kriteria passing grade sih jd berapapun nilai UN-nya tetep lulus…

    sy jg lulus pas-pasan nilainya, masuk PTN ga diterima, akhirnya ke sekolah swasta yang orang daerah situpun bahkan kadang tidak tahu ttg sekolah itu wkwkw

    tapi alhamdulillah bisa kerja di tempat2 yg jadi ‘impian’ temen2 yg lain dengan mudah tanpa KKN 😀

  198. sikkinixx says:

    saya dukung anda 1000% mbak….

  199. kecurangan dalam bentuk apapun pasti sangat merugikan pihak pihak tertentu.
    & sebagai org yg berpendidikan alangkah baiknya kita tidak saling menyalahkan,karna kita juga tidak tau apakah disekitar kita benar benar tidak ada kecurangan sama skali.
    karna kita hanya manusia yg tidak sempurna,& ada kemungkinan besar disekitar kita masih terdapat kecurangan yg belum kita ketahui.
    & semua hal itu hanya Tuhan yg tahu,
    jadi alangkah lebih baik jika kita dengan teliti menguasai lingkungan masing masing,& mencoba memperbaiki setiap kecurangan yg ada,& tidak menyalahkan satu sama lain.

    & postingan dari ibunya d atas bisa kita jadikan pembelajaran buat diri kita,semangat menuju yg lebih baik.

  200. nonie nandya says:

    Ibu, jangan menyerah. Saya setuju dengan anda. Memang sesuatu yg menakutkan untuk tidak ikut2an dengan arus. Tapi yang kita lakukan bukan hanya buat mereka. Tapi juga buat kita sendiri. Kalau saya sih percaya karma ^^
    Tiga tahun lalu saya jaga un malah hampir dikeroyok siswa di depan pintu gerbang. Untung ada satpam sehingga yg muncul hanya ucapan kebun binatang.
    Semangat ya bu.

  201. uvi zha ghen says:

    Saya guru…saya punya anak yang masih sekolah….tp saya merasakan bahwa saya bukan guru dan sedang menyekolahkan anak saya karena berada dalam sistem pendidikan seperti ini. Sebagai guru saya sangat prihatin melihat kenyataan bhw keberhasilan anak hanya diukur melalui 6 mata pelajaran (kompetensi kognitif)…sementara pelajaran lain yg afektif dan psikomotor yg justeru lebih terbukti utk masa depan anak disepelekan. Hanya dengan 6 x 120 menit….kegiatan pembelajaran yg beribu2 jam selama tiga tahun menjadi sia-sia. (walaupun selalu di’sesumbarkan’ bhw penentuan kelulusan diserahkan ke lembaga pendidikan masing-masing…….memangnya tidak terfikirkan kalau misalnya anak nilai UN-nya bagus krn anak tersebut ‘belum bermoral’ sehingga mampu membikin semua cara utk menjawab, kemudian tidak diluluskan…..apa kata mereka yg punya anak………”buat apa ikut UN klau ternyata hasilnya tidak lulus!?”).

    1. fikrilubis says:

      Sependapat! 🙂

  202. dhla says:

    Menurut saya ujian semacam UN itu memang perlu. Sudah susah-susah belajar (dan buat guru : mengajar) selama 3 tahun/6 tahun masa tidak diuji hasil pembelajarannya selama ini?
    Sepertinya permasalahan setiap tahun mengenai UN selalu sama, masalah contek mencontek. Kalau sampai untuk mengerjakan UN perlu mencontek bukankah itu berarti ada yang salah dengan apa yang diujiankan? Mungkinkah apa yang anak-anak Indonesia pelajari selama sekolah itu memang terlalu banyak atau memang terlalu sulit? Sudah berulang kali masalah ini muncul dipermukaan, tapi kok sampai sekarang belum ada solusi yang efektif ya, harus menunggu sampai kapan? 😦

    Semangat terus ya, bu. Semoga semakin banyak guru-guru yang sependapat denga ibu. 🙂

  203. wtf says:

    Membaca, menyimak dan mengamati tulisan Bapak Bambang Sudibyo Samad, M.Pd.I tentang Point sistem pendidikan di Finlandia, saya tertarik untuk mengkaji ulang dan membandingkan pendidikan mereka dengan pendidikan kita di Indonesia, seharusnya kita bisa meniru dan melakukan hal yang sama setidak-tidaknya jangan terlalu terbelakang pendidikan kita tingkatnya sangat rendah sementara Finlandia terbaik di dunia.

    Beberapa poin system pendidikan Finlandia tersebut antara lain adalah

    Setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai. Berbeda dengan di Indonesia, setiap pelajar diberi materi secara paket, siap atau tidak siap siswa wajib mengikuti ulangan dan ujian bersama, Hal ini tidak menghargai kemampuan siswa siswi yang berbeda tingkat IQ dan EQ nya.

    Satu orang guru (gelar s2) bertindak sebagai guru mata pelajaran sedangkan satu orang lagi (gelar s1) menjadi pengawas dan pembimbing setiap siswa dalam memahami setiap bidang studi dan mendampingi anak secara individual apabila mengalami kendala saat proses belajar berlangsung. Berbeda dengan di Indonesia, guru di Indonesia masih berpendidikan S1 bahkan ada guru dipelosok atau di daerah-daerah yang masih lulusan SMA saja yang mengajar di SD atau di SMP, karena tidak banyaknya guru yang mau mengabdikan diri dipedesaan-pedesaan atau mahalnya pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia, belum lagi antara guru yang satu dengan guru yang lain tidak mau saling menggurui, tidak banyak yang bisa diajak bekerja sama sehingga pendidikan di Indonesia masih menggunakan system suka-suka guru sendiri saja. Menurut cerita para pakar pendidikan di Finlandia itu guru adalah orang-rang pilihan, mereka direkrut dari mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi dalam belajarnya, tidak seperti di Indonesia, yang menjadi guru adalah orang-orang yang sekolahnya di SMA hanya nilai yang pas-pasan. Inilah factor yang membuat pendidikan di Indonesia itu kualitasnya menurun. Di Indonesia yang pintar-pintar tidak banyak yang ingin jadi guru apalagi jaman dulu guru itu gajinya sangat kecil, berbeda dengan sekarang, guru sudah berlipat-lipat kenaikannya, namun kualitas guru tetap segitu-gitu aja karena mereka sudah terbiasa ngajar seperti dulu dulu, tidak mau berinovasi dan berkreasi. Uang sertifikasi banyak dimanfaatkan untuk konsumtif dari pada mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan guru yang professional.

    Setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap siswa (extrakurikuler), bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji. Di Indonesia matapelajaran ekstrakurikuler hampir tidak banyak diikuti oleh siswa, hanya siswa-siswa tertentu yang menyukai pelajaran ekstrakurikuler tersebut yang mengikuti. Padahal matapelajaran kecakapan dan keterampilan ini merupakan bekal buat siswa untuk lebih mampu mandiri dalam menghadapi tantangan dunia kerja ke depan.

    Tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional. Siswa-siswi tidak punya waktu lagi untuk bermain, bersosialisasi dan berkreasi karena sudah banyak beban yang mereka hadapi.

    SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA. Di Indonesia, setiap jenjang masih melakukan pembuatan Izasah dan sebelum izasah dibuat proyek penilaian evaluasi nasional dengan melakukan tes UN dan mengeluarkan juga Surat Keputusan Hasil Ujian Nasional (SKHUN). Lagi-lagi Indonesia memang hoby mengeluarkan anggaran yang mubajir yang harusnya dapat dialokasikan pada pendidikan gratis siswa.

    Evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja. Pemerintah Indonesia akan kehilangan proyek besar jika pelaksanaan Evaluasi hanya dilakukan di tingkat SMA. Dengan berdalih bahwa setiap jenjang pendidikan memperoleh keadilan kesejahteraan bagi penyelenggara pendidikannya, sehingga Evaluasi seperti di Finlandia ini belum bisa dilakukan di Indonesia.

    Para siswa di Finlandia tidak mengenakan seragam. Bahkan kepala sekolah mengenakan celana jeans dan kemeja berleher terbuka di sekolah. Karena mereka adalah para akademisi dan sudah terlatih. Dari dulu sampai sekarang masih dibenarkan jika sekolah itu wajib berseragam untuk membedakan mana guru dan siswa, mana siswa yang kaya dan siswa yang miskin, kalaupun Indonesia membedakan diri dengan Finlandia masih bisa ditolerir dan tak ada masalah jika Indonesia terus menggunakan pakaian seragam Untuk membuat siswa semangat dalam belajar dan semangat untuk ke sekolah, mungkin dibolehkan satu hari untuk siswa berpakaian bebas agar dapat melatih prestise mereka dan menambah daya tarik siswa lain dalam cara mereka berpakaian dan dalam hal ini tetap memiliki identitas sekolah misalnya dengan memakai kartu nama yang disediakan sekolah atau sejenis identitas lain yang dapat menjadi ciri khas siswa di sekolah tersebut.

    Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal. Di Indonesia, masih banyak siswa tegang dalam belajar, mereka kaku dan jenuh dalam menerima materi pelajaran dari guru yang menggunakan cara-cara konvensional, ceramah dan hanyak menggunakan buku paket atau lks yang disediakan sekolah, duduk dengan kursi berbaris dan berhadapan dengan gurunya seperti posisi prajurit dengan komandannya.Jarang para guru yang menggunakan metode permainan dalam memhami materi pelajaran yang diajarkannya. Hal ini menjadikan siswa malas untuk belajar.

    Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Ada sebagian sekolah di Indonesia yang sudah mulai melepas sepatu dan hanya menggunakan kaus kaki saja di kelas, ini untuk sekolah-sekolah di kota yang notabene sekolahnya sudah memiliki gedung yang bagus dan bersih. Kita tahu di Indonesia kondisi sekolah-sekolah di daerah-daerah atau dipelosok-pelosok semua bangunannya cukup memprihatinkan, ada sekolah yang ruangannya masih beralas tanah dan becek, kebanjiran dan dekat dengan rawa-rawa, ada juga sekolah yang dindingnya geribik dan atapnya bocor.

    Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain. Dengan alasan bosan sekolah 6 tahun apalagi 9 tahun di satu tempat membuat Indonesai masih mempertahankan pemisahan SD dan SMP sehingga siswa diperbolehkan melanjutkan ke jenjang SMP di sekolah lain,

    Jasa termasuk makan siang panas gratis setiap hari, kesehatan sekolah dan transportasi gratis bagi anak-anak yang tinggal terlalu jauh dari sekolah untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum. Berbeda dengan sekolah-sekolah di Indonesia kalau yang ingin gratis ya sekolahnya sekedarnya, pemerintah hanya mampu membangunkan sekolah yang kurang layak, kalau ingin sekolah yang bagus atau layak, orang tua masih dibebankan biaya yang cukup besar, sehingga timbullah kesenjangan pendidikan dengan fasilitas sekolah yang berbeda-beda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya.

    Siswa bahkan tidak diharuskan untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha sebaik mungkin. Di Indonesia siswa kebanyakan sangat takut mengeluarkan pendapat mengingat sebagian besar guru tidak dan kurang menghargai siswa yang menjawab salah, siswa lebih sering malu dan mindet takut-takut salah dalam menjawab pertanyaan guru.

    Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Untuk hal ini sebagian besar sekolah di Indonesia tidak menggunakan system rangking namun dalam otak guru dan orang tua tetap yang terbaik adalah siswa yang memiliki semua nilai matapelajaran yang baik atau tertinggi, sehingga yang dikejar oleh para siswa adalah nilai-nilai baik dari setiap matapelajaran. Guru yang mampu memotivasi siswa mengikuti pelajaran yang diberikan nya, tidak membuat siswa tegang, siswa suka belajar dengan dia, maka biasanya pelajaran yang diajarkannya akan diminati dan akan mendapatkan nilai yang baik. Sebaliknya saat guru yang tidak disukai akhirnya mereka tidak mau mendalami materi pelajaran yang diajatkannya.

    Tidak ada metode belajar ceramah, menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Sebagian besar dari pengamatan ke beberapa guru yang pernah mengajar, metode ceramah masih sering digunakan oleh sebagian besar guru khususnya guru lama alias guru seniour Hanya guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan dan pengarahan-pengarahan serta bimbingan dari tutor-tutor yang berpengalaman yang mampu melaksanakan pendidikan belajar aktif. Hal ini juga hanya bersifat sementara, lama kelamaan guru di Indonesia kembali ke titik awal yaitu ceramah lagi ceramah lagi, metode inilah yang dianggap guru paling murah dan tak memakan waktu dan biaya bagi guru.

    Bahasa asing mulai diajarkan dari kelas I SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural. Siswa siswi di Indonesia lebih banyak pandai berbahasa Inggris secara pasif, saat belajar atau kursu mereka bisa menggunakan bahasa Inggris namun setelah itu mereka enggan menggunakannya lagi di luar sehingga tidak terlatih dan lupa. Belum banyak sekolah-sekolah yang mewajibkan satu hari warga sekolahnya menggunakan Bahasa Asing, kalaupun ada hanya sekedar wacana saja tanpa ada realisasinya dan yang tidak menggunakan tidak ada sangsinya.

    Siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia yang 220 hari Di Indonesia belajar di sekolah sampai pukul 14.30 dan hari sabtu kadang-kadang masih masuk untuk pelaksanaan ekskur, Kalau di Finlandia belajarnya hanya sampai jam 13.00 selebihnya dipakai untuk ekskur dan Sabtu-Minggu merupakan hari libur bersama keluarga atau belajar mandiri untuk menggali potensi diri bagi siswa siswi Finlandia, maka tidak ada siswa yang stress dalam belajar karena mereka belajar itu merupakan suatu kebutuhan. Tidak mesti kuantitas jam belajar di sekolah melainka kualitas dalam menerima materi pelajaran di sekolah degan kondisi yang cukup fit dan menyenangkan.

    Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu. Indonesia temasuk salah satu Negara yang paling sedikit peminat membacanya. Indonesia paling terbesar pemanfaat facebook atau pengguna tweeter terbanyak, minat baca buku sangat minim sekali. Orang Indonesia kadang kala tidak mengenal negeri dan kekayaan alamnya sendiri, dibanding orang-orang luar negeri yang banyak mengetahui khasanah budaya Indonesia dan sejarah Indonesia secara menyeluruh dengan banyaknya minat baca dari pelajar-pelajar di luar negeri, termasuk orang-orang Finlandia.

    Semua siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent. Karena dengan adanya banyak pen-dekte-an membuat para siswa salah satu yang paling banyak menggunakan pendiktean dalam belajar, siswa terbiasa menadah informasi dari guru, tanpa berusaha mencari sendiri informasi-informasi yang penting. Pemaksaan beli buku paket daris sekolah agar guru mendapatkan rabat dari penerbit masih digunakan sebagian besar guru di Indonesia. Padahal guru hanya memberikan SK dan KD kepada siswa,siswa dipersilahkan sebanyak-banyaknya memiliki referensi buku dari mana saja, sehingga mereka termotivasi mencari sendiri dan mempelajari sendiri kesamaan dan perbedaan buku yang dibuat oleh masing-masing penerbit.

    Kegemaran membaca aktif didorong. Sedikit sekali sekolah di Indonesia yang pimpinan sekolahnya menggalakkan para peserta didiknya untuk menggemari atau melatih siswa hobby membaca buku dan menuliskan resume atau menulis ulang dengan pemahaman dan pengambilan hikmah dari buku yang dibacanya.

    Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV. Di Indonesia, acara-acara TV yang paling digemari adalah acara-acara sinetron yang sama sekali banyak yang kurang mendidik bagi para pelajar atau siswa yang ada di Indonesia. Lagu-lagu atau syair-syair yang sangat tidak mendidik, membuat para pelajar di Indonesia genap menjadi orang-orang yang bodoh alias kurang mau membaca karena jarang menonton film-film asing yang berbahasa asing da nada terjemahan di bawahnya supaya siswa terlatih membaca dan mengenal bahasa Inggris dari orang yang mengucapkannya.

    Anak Finlandia tidak diijinkan belajar sebelum usia tujuh tahun, “kami menghormati masa kecil anak-anak dan hak mereka untuk bermain. di Finlandia h tenang dan mematuhi aturan Di Indonesia bahkan anak-anak yang masih sangat dini atau masih sangat kecil sudah dipaksakan untuk sekolah dan mengenal huruf-huruf dan angka-angka, kebebasan mereka untuk lebih banyak bermain telah diperkosa dengan menyekolahkan mereka di usia dini, Tidak banyak sekolah usia dini salah kaprah dalam mengajarkan kurikulum pendidikan usia dini. Saatnya anak-anak banyak bermain tapi siswa banyak diperkenalkan dengan materi-materi kognitif lagi. Sungguh pendidikan yang sangat salah kaprah di Indonesia ini.

    Dengan membandingkan pendidikan Finlandia dan Indonesia ini, saya sebagai pendidik juga mengikuti system pendidikan yang lebih baik dari pengalaman negara-negara lain. Mampukah kita merubah kalau hanya dengan keinginan kita sendiri tanpa didukung oleh system pemerintahan kita yang terkenal dengan korup yang cukup besar, biaya-biaya yang seharusnya dana alokasi untuk pendidikan itu besar namun dana-dana pemerintah banyak dikorupsi dan dimanipulasi. Sungguh mengenaskan.

    Ayo Bapak-bapak Mentri, anda punya anak, anak anda akan punya anak lagi, kapan lagi kita akan merubah system yang lebih baik, jangan biarkan anak-anak kita mengecap pendidikan dengan system yang banyak salah kaprah ini. Semoga Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang berada di atas (di pemerintahan) dapat mengkaji dan menelaah kembali system pendidikan kita sehingga diakhir hayat Bapak dan Ibu dapat memberikan hal yang terbaik buat bangsa ini dan anda meninggal dengan tenang atau bisa masuk surga karena membuat kebijakan yang menjadikan system pendidikan kita menjadi yang terbaik lagi seperti zaman-zaman dulu, dimana zaman dulu orang-orang luar negeri banyak belajar dari kita di Indonesia ini.

  204. Dedi says:

    Tekanan terlalu besar membuat ujian nasional ini semakin carut-marut..
    Selamat untuk Anda yang berani mengekspos dan memperjuangkan hal seperti ini..benar sekali…kelak, kebenaran pasti akan terungkap.

  205. Ubud says:

    Tidak semuanya seperti peristiwa itu
    tp tdk bs d pungkiri ada praktik sekolah dan dinas daerah tertentu melakukan itu (sustematis)
    tp yg sy alami d almamater, alhmdllh tdk ada praktik sperti itu….

  206. John Sendhok says:

    Kalo saya tak biarin mereka semua mencontoh dan mendapatkan kunci jawaban karena memang yang salah itu kurikulum sistem pendidikan kita yang setiap tahun gantyi akan tetapi malah leboih bobrok …. kasihan para orang tua apalagi yg tidak mampu harus menanggung biaya pendidikan yang sekarang notabene tidak murah, kemudian biaya hidup yang mahal, bagaimana jadinya bila melihat anaknya gagal dalam pendidikan apa tidak kasihan kita melihat beban orang tua, kalo mengenai pendidikan, pendidikan yang sekarang diajarkan kurikulum apakah bila mereka bekerja dipakai ???? itu pertanyaan saya, dengan UN kelulusannya belum tentu siap untuk bekerja dan ilmunya dipakai untuk bekerja ? Jadi ya biarkan dinamika yang ada berjalan sebagaimana mestinya namun kejujuran dan keimanan yang harus kita tanamkan caranya bukan menjadi pengawas UN yang galak atau sok disiplin melainkan dengan memberikan arahan yang baik dan benar, itulah dinamika kehiodupan yamng riel didunia ini …… itu menurut saya john sendok

  207. Si Otang says:

    mau tanya, tahun ini UN tetap sebagai standar kelulusan ya? … kalo ndak lulus UN tetap ndak lulus dari jenjang pendidikan bersangkutan bukan begitu?

    menurut saya, yah kalo masalah jujur ndak jujur sih itu masalah pribadi masing-masing sama tuhan lah …
    toh ketika siswa menerima kunci jawaban, kan ndak ada yg dirugikan, apa dengan lulusnya seorang anak dengan kunci jawaban, bisa membuat anak lain tidak lulus???

    yang saya lebih gak setuju, kalau seandainya ada siswa yg dinyatakan tidak lulus karena ketahuan menggunakan kunci jawaban.
    menggunakan kunci jawaban atau bantuan dalam bentuk apapun bukan suatu bentuk pembodohan. justru UN nya sendiri adalah suatu pembodohan yang nyata.
    ketidak jujuran hanya efek perlawanan dari pembodohan itu.

    ada yang sering dilupakan, “kecerdasan” itu gak selalu bisa diukur dengan hal-hal yang sifatnya akademik apalagi eksak.
    apa yang didapat seorang siswa dari belajar sekian tahun di sekolah?
    anak yang paling pandai disana,
    mungkin saja hanya paling “pandai” dalam mengikuti instruksi(didikan) guru dalam mengerjakan soal-soal ujian,
    hanya paling “rajin” dalam mengerjakan tugas,
    hanya paling “taat” pada peraturan disiplin lokal di sekolah,
    hanya paling “hebat” di kelas…atau di sekolah itu.

    ndak ada yang menilai kecerdasan, kecerdikan anak di lingkungan masyarakat nya.
    kemampuan beradaptasi dan hidup, menumbuhkan pola pikir dan kedewasaan dalam menghadapi lingkungan yang sebenarnya, ini yang butuh “kecerdasan” yang sesungguh nya… ada kriteria penilaian nya di UN???????

    kenyataan nya, lingkungan kita menjadikan strata pendidikan sebagai acuan seseorang bisa dikatakan “pandai” dan layak diterima … seperti anjing yang mengejar ekor …
    kalau tidak lulus dari jenjang pendidikan, secara instan akan di-cap “bodoh” atau “tidak layak” …

    tidak semua anak yang lulus UN, bisa melanjutkan ke jenjang kuliah, atau pendidikan selanjutnya, karena berbagai alasan. setidaknya berikan mereka kesempatan untuk memiliki predikat LULUS dan menerima IJASAH buat bekal hidup se’adanya ditambah kebisa’an dan pemikiran mereka masing-masing.

    salam.

    1. wow says:

      setuju sama anda,itulah negara kita selalu menjudge secara bertubi2 tanpa berkaca pada diri sendiri terlebih dahulu dan melihat faktor2 dan sudut2 pandang lain
      saya kasih 10 jempol

  208. kantonksampah says:

    statusku.. hehe…
    “Nek ono seng ra lulus, rasah kecewa, rasah putus asa, rasah cilik ati.. Dilakoni ae.. Seng penting kudu misuhi depdiknase..
    Sak unen2e, dikpora/depdiknas asuu, mentrine cueleng, po UN ndlogook!!, po liyane sesuka hati ae, iku nek ra lulus lho ya, mubah dan bahkan wajib misuh pokoke.. Hehe..
    Nek lulus yo rasah kemaki, rasah nggaya, ra keminter..
    UN ki ra ukuran wong pinter po ora kq, ra ukuran cerdas po ora, iku ki mung latihan ngurek2 lingkaran nganggo potelot 2B, ky ponakanku pas PAUD kae, mung bedhane nek ponakanku bunderane gedhee tur nggowo pulass… Pokoke nek urek2ane pas tur yo kebek bolongane brarti lulus, nek ora yo ra lulus, lali ngisi jeneng po nomer yo ra lulus… Po mneh salah jenis kelamine.. Hahaa…
    Ngesuk nek kuliah rasah gemagus po mneh keminter kr wong seng ra sekolah.. Luwih2 kr wong tuone, meskipun ra tau mangan bangku sekolah tp pinter neng pandongan lan katresnan..
    Oiyoo, nek cara pandang wong tuo bedha kr ideologimu yo rasah dibengak-bengok’i, ngmg seng alus, sukur2 boso.. Diomongke apik2, saling tukar pikiran, mesti wong tuo bakal ngrestuni lakumu..
    Wes ngono wae le, aku tak turu meneh, rasah ngganggu mneh yoo…! Pacul ndasmu ngko…!!!”

    * Ujare mbah2 neng pinggir kali cedhak sawah pas aku njaluk do’ane ngge konco2ku seng lg ae rampung ujian nasional…

  209. kevintriedge says:

    Salut dengan idealisme anda. Indonesia butuh lebih banyak orang-orang seperti anda.

    Semoga suatu saat nanti Indonesia bisa memperbaiki moral bangsanya, terutama pada murid-murid, karena moral baik itu harus dididik sejak dini.

  210. antonarizal says:

    Reblogged this on Anton Arizal and commented:
    Ya, inilah UJIAN NASIONAL

  211. danni ade says:

    menurut saya hal itu wajar pak, selama nilai masih diagung”kan dan kualitas dari siswa itu sendiri kurang diperhatikan, hal” semacam ini tetap akan berlanjut. budaya orang indonesia masih berpikiran bahwa nilai tinggi itu adalah segalanya padahal didalam dunia kerja bukan nilai yang dicari tapi skill dan kualitas dari siswa tersebut bisa apa. dan juga pelajar” sekarang tujuan mereka cuma satu dalam belajar mencari sebuah pernyataan “LULUS” dari sekolahan mereka masing”

  212. Yogi Haris says:

    kalau begini terus rakyat indonesia jadi buruh terus donk, setuju kata pak Ahok, Gk Usah Ada UN, :D.

    terima kasih bu, sudah mempublikasikannya kami semua jadi tahu menahu, tapi alhamdu di sekolah saya dulu tidak ada kecurangan seperti yang diatas.

  213. piyol says:

    harus dibanyakin nih guru ky ibu Nin ini 😀 semangat!!

  214. wow says:

    kalau menurut saya sih UN itu istilahnya kaya persiapan sebelum berangkat kerja,jadi sebelum berangkat kiata mau mandi atau enggak yg penting wangi,rapi trus kerja yg niat buat cari duit
    seolah2 UN itu ujian hidup mati padahal kan yg penting ilmu yg didapat selama 12tahun sekolah,ngotot UN harus perfect tp kurikulum dan cara mendidik di sekolah masih parah y percuma
    jangan langsung menjudge para siswa dan pihak2 yg berlaku curang tapi ngaca dulu dong buat pihak2 yg dicurangi knp mereka “harus” melakukan kecurangan
    apa dunia pendidikan di negara kita sudah baik sehingga kita bisa ngotot untuk UN yg perfect???

  215. bismillah says:

    sebenernya kecurangan itu pasti ada,
    dimulai dari nilai minimal lulus uan yang 4,0 .. di sana semua sekolah kelimpungan dengan adanya persyaratan tersebut..
    seperti pisau bermata dua, jika jujur hampir kebanyakan siswa resiko tidak lulus..jika tidak jujur bisa meluluskan, tapi hampir semua orang tidak puas dengan jalan “haram” tersebut.tapi apa mau dikata, resiko harus diambil..jika banyak siswa yang tidak lulus dari suatu sekolah maka sekolah tersebut menjadi tidak populer..karena di cap sebagai sekolah yang tidak mumpuni untuk meluluskan siswanya..

    ingat, sekarang bukan guru yang memarahi murid. tapi orang tua murid “memarahi” guru..

    selain itu juga, terdapat “gengsi” kedaerahan..daerah (propinsi, kabupaten, dll) mana sih yang mau di cap sebagai daerah bodoh? TIDAK ADA.

    KECURANGAN ITU HAMPIR PASTI ADA..
    hanya caranya langsung atau tidak langsung..

    cara langsung yang disebarkan di sekolah:
    1. seperti yang disebutkan di atas, kecurangan yang dilakukan melalui penyebaran kunci jawaban secara langsung ke siswa

    2. penggantian kunci jawaban di suatu ruangan sebelum diberi ke panitia oleh guru setempat.

    cara tidak langsung :
    1. pemerintah daerah membentuk petugas (tim sukses) yang memperbaiki jawaban siswa yang sudah dikumpulkan dan diserahkan di “tahap atas”..jadi mungkin pihak sekolah merasa “clean”, padahal di “tahap atas” sedang kerja keras.

    saya setuju bahwa pemilik blog (maaf saya tidak tau nama ibu) ini merasa tersiksa dengan kondisi seperti ini, tapi saya justru kaget. apakah anda ini tidak pernah mendengar tentang kecurangan2 yang terjadi pada saat seputaran UN berlangsung?

    saya juga paham, ini hanya merupakan unek2 saja..dan hal ini merupakan rahasia umum yang masih jadi dilema untuk diperjuangkan untuk dibenarkan.
    jika kita bersikukuh untuk jujur, berapa puluh ribu siswa yang tidak lulus UN?
    jangan lupa pula kualitas sarana & pra sarana di kota-kota besar dan di daerah-daerah kecil sama..sehingga nilai yang dihasilkan bisa lebih dari standar lulus..
    standar lulus standar lulus, mana standar pendidikan?udah dibenarkan dan disetarakan belum?
    ini harusnya jadi PR besar untuk hancur nya pendidikan di Indonesia..

    dan apa yang harus kita lakukan?
    berdoa, beribadah, cari hal lain untuk menebus “dosa dalam pahala” yang dilakukan dalam fenomena UN ini..

  216. pusrefil says:

    Indonesia dapat menjadi mulia kalau guru-gurunya seperti Anda. Kejujuran lebih mulia daripada prestasi akademik yang diperoleh dengan kecurangan. Salut.

    @admin Komunikasi Antar Guru Indonesia

  217. setan says:

    lebay

  218. Biyyu says:

    wah saya suka sekali dengan prilaku ibu. saya juga anak SMA yang baru selesai mendalami Ujian nasional kemarin, Alhadulillah saya gak make kunci atau beli nilai. sewaktu teman teman saya sedang mengobrol tentang

    “giman lu ujian tadi?”
    “susah, man gue cuma bisa 16 soal”
    “tapi lu beli ‘itu’ kan”
    “iya”

    saya yang denger cuma bisa diem dan miris gitu, buat apa mereka belajar 12 tahun dan ujung ujungnya make. mending mereka langsung aja bimbel dan ujian.
    sakit hati sih, saya yang belajar, dan ngerjain sekuat tenaga dan mereka belajar dan menggunakan ‘itu” atau kunci

  219. markus says:

    Yang punya idealisme, yang masih punya Nasionalisme mari merapat, LAWAN mereka yang dengan sengaja sibuk menghancurkan negri tercinta ini

  220. wth says:

    Sebenarnya bangsa Indonesia ini masih terjajah oleh bangsa lain. Sebenarnya Indonesia itu kaya dengan SDA-nya. Kaya pula dengan SDM-nya. SDA-nya sangat banyak karena Indonesa merupakan negara maritim dan letaknya strategis. SDM-nya juga banyak karena penduduknya peringkat 5 besar dunia. Tapi apalah guna SDA dan SDM yang banyak jika tidak bisa mengelolanya dengan baik. Tanamkan sifat moral yang baik pada diri sendiri. Seimbangkan antara IQ, EQ, dan SQ dan perkuat. Yang dibutuhkan rakyat Indonesia kan cuma bisa hidup aman, nyaman, tentram, damai, sejahtera, bahagia, makmur, sentosa, dan terpenuhi segala kebutuhannya. Maka SDA yang dimiliki Indonesia kayak sumber daya minyak bumi dan tambang sebaiknya dikelola dengan sangat baik oleh SDM yang sangat baik untuk kemaslahatan rakyat Indonesia menuju kehidupan yang sangat baik.

    Kalau masalah UN, apa gunanya sih diadakan. Kalau banyak terjadi kecurangan. Lebih baik tidak ada UN. Kelulusan siswa dinilai dari aktivitas belajar siswa di sekolah selama tiga tahun oleh guru. Walaupun dia kemampuannya kurang karena berbagai hal, namun dia punya semangat belajar yang tinggi, itu lebih baik. Kalau mau mengukur tingkat pendidikan di negeri ini, dilakukan random sampling di berbagai daerah agar bisa diketahui pencapaian pendidikan di daerah-daerah sehingga dapat diketahui dengan mudah daerah mana yang pendidikannya masih kurang. Sehingga pemerintah fokus untuk memajukan daerah yang tertinggal tersebut. Misalnya dengan melakukan pendidikan intensif pada masyarakat daerah tertinggal oleh orang yang sangat ahli. Kalau aku boleh kasih saran sih, sebaiknya soal UN itu jangan pilihan ganda. Minimal isian singkat sih. Jadi para pelaku kecurangan itu kesulitan dalam membuat kunci jawaban. Selain itu, sistem UN dibuat kayak sistem seleksi OSN. Ingat, sistemnya bukan tipe soalnya.

    Pendidikan macam apa ini. Kecurangan terjadi di mana-mana. Malah ada tim yang membuat kecurangan. Ya kapan mau majunya bangsa Indonesia ini jika tidak adanya kejujuran dalam hidup. Dari kecil murid diajari berlaku curang. Ya gimana kalo dewasa nanti. Kalaupun dia sukses, pasti akan merugikan bangsa ini. Misalnya akan bertindak korupsi. Kalau murid-murid yang curang itu sukses, maka banyak muncul koruptor di negeri ini. Apa ga bodoh tuh yang memberi kunci jawaban. Apa yang memberi kunci jawaban itu ga kasihan apa terhadap negeri ini. Apa ga memikirkan nasib masa depan bangsa? Bodoh sekali tuh. Malah ada guru yang ikut-ikutan curang. Kalau curang, ga usah jadi guru deh. Merugikan banyak orang. Kalau mau siswanya lulus, ya perbaiki dulu sistem pendidikan kita. Kita bisa meniru pendidikan di Finlandia misalnya. Perbaiki juga dulu perekonomian negeri ini. Perbaiki dulu moral diri sendiri. Jangan dengan cara yang instan. Wahai para pelaku kecurangan, betapa BODOH-nya kau. Orang yang setuju dengan kecurangan itu juga BODOH. Apa gunanya jika capek-capek belajar tapi tidak jujur di masa depan dan merugikan?

  221. Azhariv says:

    selama ini orang hanya mencari “pembenaran”, bukan kebenaran. banyak pengawas yang melakukan hal ini, mereka selalu berdalih “kasian siswanya kalau tidak lulus”, dengarlah dari sabang sampai merauke selalu tu yang diulang-ulang. padahal, kalau mereka ingin siswanya lulus, didiklah secara bijaksana. bukan hanya dari sisi kognitif, tetapi juga dari sisi karakter dan kepribadian.
    anehnya, banyak guru berlaku tegas saat murid mencontek di kelas, tetapi berlaku lunak dan malah ikut “mendalangi pencotekan massal” saat UN berlangsung. inikah “pahlawan tanpa tanda jasa” itu? apakah guru masih dianggap pendidik ? saya rasa, selama keterlibatan guru dalam kecurangan UN masih terjadi, kedua gelar itu patut ditinjau ulang.
    “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. 🙂

  222. Amama Ali says:

    Pengalaman saya UN tingkat SD juga sama
    Sebelum mengawas diceramahi dulu sama kepsek, bahwa sudah ada kesepakatan bla-bla-bla
    dan harus bla-bla-bla
    bahwa bla-bla-bla
    yo wis ben

  223. semangat ibu Nino! Innallaha maana…. Allah bersama kita. Mereka akan takut kepada kita selama kita tetap takut kepada Allah.

  224. 3secondhome says:

    un kan belum selesai di indonesia tolong jgan dipublic dlu entr yg di indonesia bagian timur kacau

  225. rin says:

    miris …

  226. Membuat saya makin yakin, UN lebih banyak mudharat-nya ketimbang manfaatnya..

  227. Berani JUJUR itu BAIK

  228. Kevin says:

    Kebetulan saya seorang murid dan di sekolah saya memang gak ada yang pake kunci jawaban, semua murni usaha sendiri. Bahkan guru-guru sekolah saya semua melarang keras yang namanya menyontek dan pakai kunci jawaban. Gak bijak sebenarnya diberikan kunci jawaban ke anak-anak murid. Itu sama saja sekalian tidak usah diajarkan apa-apa anak murid dari awal, tinggal kasih kunci jawaban. Walaupun Ujian Negara memang sulit dan memberi tekanan dan stress, tetap sudah jadi kewajiban kita sebagai murid untuk belajar. Menurut saya, pakai kunci jawaban adalah tindakan curang dan tidak bijak

  229. nisa says:

    Saya selama disekolah dlu banyak bgt kecurangan yg terjadi, semasa sma pada tahun kemaren, sebelum un pada minggu dpn, salah satu temen” saya bicara didepan kelas intinya mereka promosi ttg soal kunci jawaban itu, dan banyak sekali temen” yang membeli kunci jawaban itu, miris sekali, dan alhamdulillah saya tidak ikut mereka. Karena jujur itu adalah harga diri yang harus diperjuangkan. Pengumuman keluar, saya dpt nilai jauh dibawah rata” dibanding teman” yang gak jujur. Saya bangga krn saya dpt melewati proses itu, n godaan iman. Tapi alhamdulillah yang penting saya bisa melewati proses semua itu dan lulus walau nilainya tidak seberapa.

    Hampir sahabat” saya mengikuti itu kecuali saya. Dan mereka malah menyuruh saya untuk ikt itu, tpi saya menolak, krn ini harga diri dimata Allah 🙂

  230. Rezky says:

    UN bukan ujian , tapi penghakiman . “siap tidak siap, tentukan masa depan mu dalam 4 hari” bak setan dengan pentungan sang mentor bicara lantang pada murid.
    UN telah banyak membunuh anak” kreatif dan kompetitif , UN hanya menuntut anak” setiap harinya menghabiskan waktu bergelut dengan buku dan pelajaran , tanpa kreatifitas dan kebebasan dalam mencari jati diri.
    jika pada akhirnya mereka terjerumus dalam kubang kebohongan dan perdukunan , itu hanya upaya terakhir yang bisa mereka perjuangkan saat doa , usaha , dan harapan tak cukup bisa membantu.

  231. Saya berprofesi guru SMA ISLAM swasta, membaca tulisan penulis membuat saya gemetar, ternyata INDONESIA benar2 rusak. Saya selalu mendoakan penulis agar selalu benar2 menjadi pendidik yang jujur, patut di contoh.
    Semoga sukses ya….

  232. FENTY says:

    selama saya SMA mungkin karena memang sekolah saya yang bersih atau saya yang kuper saya tidak tahu, tapi setahu saya selama menjelang ujian nasional kami (angkatan saya) hanya disibukkan dengan pembelajaran materi un dll, materi pembelajaran SNMPTN yang tadinya diajarkan dikelas di skip dan hanya fokus pada UN.
    Sekolah saya tidak mengadakan TARIKAN dana ATAU IURAN WHATSOVER itu untuk membeli kunci jawaban, absurd aja, “ngapain lo g percaya diri, buat apa modal 3 tahun berangkat pagi pulang sore” eheheh cuma ya emang g semua sekolah kek bgtu. bahkan temen yang biasanya UTS nyontek, demi apapun dia ngerjain UN sendiri. mungkin basicnya nggak percaya diri kali. curhat curhat

  233. Salman says:

    Hahaha, emang susah banget bu, saya lulusan tahun 2012 dari salah satu sekolah unggulan, dulu saya mengajak sebanyak mungkin teman-teman saya untuk tidak menggunakan kunci jawaban, namun mungkin karena sudah “tradisi” turun temurun, jadi kebanyakan dari mereka tidak yakin dengan usaha mereka belajar mati-matian selama tiga tahun. bahkan saya mendoktrin pacar saya, yang saya tau banget kalau dia jauh lebih pinter dari saya hampir dalam semua pelajaran untuk tidak menggunakan kunci jawaban. tetapi tetap saja, dia bilang “kalo gak lulus mau gimana?”.
    Sampai sekarang saya selalu miris melihat “pemuda harapan bangsa” yang berjuang dengan menyontek.
    Ingin sekali membuat siswa-siswa SMA untuk tidak menyontek, tapi saya belum menemukan cara yang tepat.

  234. Den says:

    hypocrite..

  235. asalbicara says:

    ini bukan masalah kecurangan nya yang harus di perhatikan,tapi masalah Pemerintah yang menerapkan UN di Indonesia ini.
    coba anda bayangkan semua sekolah di indonesia di samaratakan tingkat lulus UN nya apakah fasilatas sekolah tersebut sudah sama rata ??

    jadi wajar kalau banyak sekolah melakukan kecurangan,kalau tidak salah dengar anggaran UN tahun ini sekitar 600m bayangkan berapa dana yang masuk ke saku kotor ?? yang atas nya aja bobrok gimana yang bawah ??
    udah anggaran 600m masih ada juga yang di tunda di beberapa wilayah. LOL

    sekarang anda merasa miris dengan kecurangan UN ? saya lebih miris dengan sistem UN di negeri ini. 😀

  236. meity says:

    untung selama saya sekolah saya ngga pernah menemukan seperti yang diceritakan. ngga semua sekolah seperti itu juga.

  237. Reblogged this on aspana and commented:
    Miris

  238. rudist says:

    Reblogged this on @rudist87 and commented:
    Jadi Ingat pas ngawas UN 😀

  239. joe says:

    -_- belum tentu itu jawabannya, habir semua jwaban gelap yg beredar adalah palsuuuuu, biarin aja. yg jelas kalo ketahuan nyotek or berbuat curang dlm lingkungan ujian, kan situ pengawas yg di tindak… udah itu aja. cuek amat dengan yg lain kalo gitu aja cuma bisa miris, sedih, ngelus dada ya bener kata kepsek, belum siap mental tuh jd pengawas, siap mental bukan berarti anda harus ikut arus kan

  240. mr cuk says:

    SEGOBLOG APAPUN ITU KALAU MAU BELAJAR DENGAN SUNGGUH pasti ada perubahannya beda dengan yang pemalas sama sekali gak mau belajar dan psimis ah aku kan goblog kalau ga nyontek nanti gak lulus.

    saya sendiri bukan orang pintar juga bukan orang rajin, tapi begitu tau ternyata ada bedanya rajin belajar sama malas- malasan belajar akhirnya sadar dan mulai berubah jadi manusia yang rajin.

    kalau ada yang alasan kecerdasan manusia beda- beda “YA MEMANG BENAR”, tapi kalau manusia itu tidak mau berusaha mengubah takdirnya sendiri, Tuhan pun juga tidak akan mengubah takdir mereka. maka yang goblog ya tetep aja goblog karena tidak mau belajar dan cuma mengandalkan NYONTEK.

    Semoga TUHAN MEMBERKATI kita semua. amen.

  241. dabsaru says:

    Mereka bisa bilang, mereka membantu siswa.
    Tapi saya bilang, mereka membantu diri mereka sendiri agar jabatan mereka terjaga. Jika nilai kelulusan siswa sekolah tersebut rendah, mereka akan dpt penilaian jelek dr diknas kecamatan, diknas kecamatan dpt nilai buruk dr diknas kabupaten, diknas kab dpt nilai jelek dr diknas provinsi, diknas provinsi dpt nilai jelek dr pusat. Jika pusat terlihat jelek bs ditekan oleh masyarakat dan jabatan mereka terancam.
    Sekolah jg dpt tekanan dr orang tua yg mementingkan nilai (hasil) drpd proses.
    Dr semuanya, siswa yg jadi korban.

    1. CV says:

      Bener banget.. mereka yang bilang membantu siswa dengan membiarkan ketidakjujuran, sebenarnya adalah teroris bersayap malaikat.. karena pada akhirnya mereka akan merusak generasi bangsa menjadi generasi yang bobrok.. membuat alasan membantu siswa untuk menutupi kedok..

  242. Rane/ JaF says:

    Semangat bu! Memutus lingkaran setan harus dimulai dari satu titik.

    Salam
    http://nol.suarane.org

  243. nana says:

    semangat untuk ibu yg menulis blog ini!!
    semoga perjuangan ibu menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya, meskipun menjadi orang yg baik itu sulit.
    karena mengutip pernyataan Mario Teguh (hehe…) “orang baik banyak yang membenci karena setan tidak suka dengan orang yang baik, sehingga setan selalu membisikkan kebencian pada orang-orang untuk menghalangi orang baik melakukan kebaikan”

  244. iwan says:

    Yaelah… Namanya ujian nasional… Wajar aja kali kalo sampe ada pembagian contekan itu karna sistem pendidikan kt aja yg aneh. Semua pelajaran dipaksa buat dikuasai atau tidak akan lulus jika ada 1 pelajaran yg gagal (tahun gw sekolah)

    Itu sama aja ky maksa ikan buat manjat pohon. Sampe bego pun itu ikan ga bisa manjat.

    Gw rasa sih ga usah lah ya sok2 jujur ngawasin ujian. Emang selama hidup lo, lo ga pernah nyontek sama sekali? Lo sempurna banget dalam hidup? Nggak kan? Pasti ada saatnya lo stress dan butuh bantuan. Walaupun tu anak pinternya setengah mampus, kalo denger nama Ujian Nasional dia udh stress, pasti tu anak ga bisa ngerjain apa2 dan butuh bantuan.

    Gw sih waktu ujian dulu cuma nyontek pelajaran matematika sama kimia yg jujur gw sama sekali ga bisa ngerti pelajaran itu walaupun gw udh ikut bimbel dimana2.

    Intinya sih simple aj, ga usah sok suci lah.. Gw tau di dunia ini tuh udh ga ada orang yg suci. Semua itu cuma kedok supaya terlihat sperti malaikat. Kalo emang lo bener, ga akan lo tulis hal begini di blog yg bs dibaca semua orang. Pengen banget ya dianggep malaikat?

    1. Otaku_Megane says:

      Yaelah… Nyontek kok dibanggain??

    2. Cintya says:

      bangga banget ngaku’in kalau nyontek pas UN !!! memang sudah sangat semrawut dunia pendidikan…. menyontek dan ngerpek sudah dianggap hal yang wajar….

    3. gue sih UN ga stress wekk..

  245. AYAS says:

    semuanya anda, anda jangan munafik dan anda jangan soktau, anda semua tidak pernah merasa jadi anak sma dan gimana jika ngerjain un. anda semua kalau ga eprcaya coba saj ngerjain un kemaren. dan buat guru yg membuat blog ini. anda gausah soksokan jujur, anak murid sekolah anda pun juga pasti banyak yg pake bocoran. jangan gaya bos

    1. Otaku_Megane says:

      Saya juga pernah jadi anak SMA dan saya tahu betul bagaimana UN itu, dan saya juga tidak menyangkal saya memakai bocoran yang beredar untuk pelajaran eksakta. Tapi saya sama sekali tidak bangga pernah menyontek, karena apapun alasannya menyontek sama sekali tidak dibenarkan.

    2. santifauziaa says:

      ya saya setuju. soalnya saya sendiri adalah yang mengalami. saya murid angkatan tahun 2013 yang kemaren mengerjakan soal UN. dan UN Fisika kemaren itu sangat sulit sehingga banyak teman-teman saya yang pintar fisika pun menangis karena tidak bisa mengerjakan dengan baik. dan di twitter pun penuh dengan protes dari para murid yang di mention ke mendiknas serta pa SBY.

      tapi saya kecewa berat saat melihat di twitter bahwa ternyata soal UN Fisika itu mirip dengan Try Out UN Fisika di Jakarta. Itu tentu saja membuat murid down. Padahal saya sudah belajar Fisika dengan keras, pulang pergi les, tapi saat melihat soal rasanya semua itu sia-sia. akhirnya saya mengerjakan semampunya dan yang saya tidak bisa hanya saya bulatkan asal sambil membaca bismillah dan doa lainnya.

      Intinya, yang tidak merasakan mengerjakan UN tahun 2013 TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGERTI.

  246. hahn says:

    itulah kenapa saya tahun 2009 mundur jadi guru (walaupun sekarang jadi guru lagi). karena waktu itu (UN SMP 2008) saya DIPAKSA hapus jawaban murid dan bulatin jawaban di LJUN. waktu itu saya ngga siap lihat hal kaya gitu..

    semangat bu!

  247. Kecurangan UN ini harus diakhiri. Catatan saya malah peradaran kunci jawaban itu masif dan profesional, karena diberikan siswa sebelum masuk kelas (mereka hadir lebih pagi). Tak perlu ada “oknum” yang masuk ke meja siswa.

    Catatan saya di sini:
    http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/18/pakai-barcode-un-20-paket-tetap-bocor-ini-buktinya–552734.html

  248. fitrah says:

    like this lanjutkan kejujuran anda (Y) (Y) (Y)

  249. Sok JUJUR. Kita tahu kejujuran susah dibuktikan….Sok Bersih. Kalau bernoda walau setitik ya tetap bernoda……penulis blog diatas bicara UJIAN NASIONAL, bukan bicara ujian per sekolah. Kan sudah ada pepatahnya rusak susu sebelanga hanya karena nila setetes.

  250. ridwan says:

    kalo saya lebih setuju UN ditiadakan, karena kalau ada un sendiri hanya menyebabkan karakter anak2 indonesia rusak dan kasian bagi yang tidak lulus(tidakberuntung), karena usahannya 3tahun belajar akan sia sia

  251. Saya bersedia berjuang bersama orang-orang yang masih ber-nurani seperti anda.

  252. Walau saya bukan guru, cita2 kecil dulu itu ingin jadi guru. Guru2 saya di masa kecil adalah orang2 baik. Bisa saya bayangkan beratnya jadi guru di jaman sekarang dgn sistem yg amuradul aneh spt ini. Ini siapa sih yg bikin kebijakan adanya UN jg kurikulum yg aneh spt ini? Bener kata ahok, apa guna sekolah, belajar dirumah aja, ikut bimbel lalu ujian. Tugas guru jadi dibatasi dgn standar2 kaku yg terlalu dipaksakan.

  253. Very very very very Like this article!!! Wajib saya share…

  254. mr.x says:

    betul sekali , saya sangat setuju sekali dengan pernyataan tersebut.kita ga tau nasib kita 5 taun atau 10 taun lagi , semua keputusan balik lagi hanya ada di tangan kita. bukanlah ditangan orang lain. tapi dsini saya hanya mengutip , jng lah sepnuhnya menyalahkan siswa atau instansi setempat atas tindakkan tersebut , balik lagi diri masing-masing? apakah kita sudah sepenuhnya menyampaikan ilmu tersebut kepada siswa ? apakah ilmu tersebut sudah sepenuhnya terserap oleh siswa ? apakah penyampaian itu benar2 sudah merata di seluruh indonesia. kalo sudah merasa yakin. tindakan untuk menolak penuh agar siswa tidak menyontek “yah Silahkan saja” ,. by simple , setiap instansi pendidikan di indonesia jika memang diperlukan setaip taunnya , atau setiap bulannya , atau bila perlu setiap hari harus ada juga penilaian untuk setiap individunya. seberapa jauh sich ilmu yg disampaikan itu sepenuhnya di serapa oleh siswa ? berapakah perbandingannya ? kalo msh jauh , yg lebih baik diakan diskusi atau apalah namanya untuk melakukan pecahan tersebut.yah hidup di jaman sekarang itu memang udah beda , semua orang saling berkompetensi untuk menjadi yg pertama . apakah kita harus egois terus untuk menjadi yg pertama ? sedanagkan yg dibelakang atau di bawah kita acuhkan saja ?. yh inilah beratnya menjadi seorang guru. pengorbanannya berat. kalo tidak mampu lebih baik cari kerjaan lain deh. perlu mental yg tinggi disini . jng cuman bisanya berkoar dibelakang gini .. situ sedih , merasa bersalah dan apalah. perubahan bukan hanya untuk tetep tertib sama rambu2 lalu lintas, dima) jna polisi yg bisa cuman nilang pengendara yg jelas-jelas ga salah., polisinya(guru) harus tertib juga lah dialam proses pendidikan. ane bukan guru , tapi ane pengajar..dan ane memahami semua itu.. Alhadullilah ank didik ane pada suskses semua…, karna bekal2 tersebut dah ane terapin & berhasil.

  255. Agoeng Bae says:

    Berita Yang Bagus,..
    Saya Mendukungnya,..

    Nice,.

  256. as says:

    Tidak semua sekolah melakukan kecurangan dan itu tidak bisa digeneralisir.
    Sekolah favorit, unggulan,negeri maupun swasta ternama sangat hati2 sekali dengan kredibilitas guru dan hasil didikannya,ga perlu curang muridnya uda pinter2.
    teringat dulu jaman ujian sekolah,memang ada kabar ada sekolah melakukan kecurangan (tida tahu murid/guru), tpi itu cuma sekolah pinggiran saja atau yang kualitas sekolahnya dibawah (treck record kelulusan sekolah tersebut rendah,muridnya ga jelas). kalau untuk sekolah favorit ngapain?
    masih banyak kq sekolah di negeri ini yg bagus, saya ga suka pesimis di negeri sendiri. kalau bukan kita yang bangga sama negeri ini,terus siapa lagi?

  257. Anonim2 says:

    Teori semua.. Mana praktiknya?

  258. mas bekti says:

    Tanda2 akhir zaman memang.
    Tapi, mau tidak mau, ya ini lah yg kalian selama ini perjuangkan bukan? Reformasi kan? Alhamdulillah, saya hasil didikan Orba di bawah alm pak Harto, yg kalian ejek dan caci maki, bahkan sudah meninggal pun masih di caci, na’udzubillah.

    Ebtanas dulu, mana ada pembodohan kayak gini. Sekolah 3thn, lulus nggak nya ditentukan 3 hari. Lha ya dari dulu yg goblok siapa. Alhamdulillah bapak ibu saya juga guru, saya bangga dng mereka.

    Coba bpk ibu guru melakukan gerakan reformasi sendiri di dunia pendidikan. UN bikin stress semua, guru, murid, kepsek, bahkan Presiden. Anak2 diajari mencontek.

    Kalo dari dulu sampai sekarang masih ada kasus kayak gini, ya sistemnya yg salah, bukan anak2. Anak2 cuman korban.

    Trus dng tulisan anda ini, apa yg ingin anda ajak? Saya nemenin apa? Nemenin merangin contek sistemik? Ya nggak mau, knp, apa saya takut? Nggak lah, krn ini sistem nya yg salah. Mereka tidak salah. Anda merasa benar? Mereka salah? Ah… Indonesia-ku, apapun itu, aku tetap bangga sbg warga negara Indonesia

  259. baqiberbagi says:

    keep spirit bu… Seperti firman Alloh “Kuntum khoiro ummatin ukhrijat linnash”
    point terpenting dalam hidup ini ada pada ibuu, kami semua mendukung secara penuh apa yang ibu lakukan demi keberadaban bangsa ini. terus berkarya ibu, semoga Alloh selalu melindungi ibu sekeluarga dan orang2 yang ibu kasihi. aaamiin

  260. Fuck says:

    Tau apa? Guru2 idealis kaya kalian semua. Cuma tau teori aja, ngajar dapat gaji. Bicara soal ke jujuran.. Gak perlu lebay2 amat kalian gak punya rasa takut kalo kalian di posisi anak yang gak mampu gitu? Gak semua orang pintar tapi semua juga usaha belajar. Apa bocoran mau diisi tanpa ngerjain soal dulu gak kan.

  261. Rekan2 guru, itulah fenomena dunia pendidikan kita. Saya punya pengalaman yang luar biasa pada menjelang hari kedua UN. Malam hari sebelum pelaksanaan Mapel tertentu, saya ditangi seorang tami (di rumah), siang hari sdh datang ditemui istri katanya mau sharing mata pelajaran saya. Kemudian setelah ngobrol kesana kemari, ternyata dia minta bantuan saya mengerjakan soal yg akan diujikan dan kumpul di sekolahnya besuk paginya usai subuh (karena soal datangnya pagi hari). Dengan menyodorkan amplop berisi beberapa ratus ribu sebagai tanda setuju. Saya langsung menolak dan meminta orang tersebut pulang untuk mencari orang lain, saya sungguh terhina dengan apa yang diatawarkan. Sambil minta maaf dan berkali-kali mengatakan dia hanya menjalankan tugas dari atasannya.

  262. Hana says:

    Alhamdulillah sejak SD,SMP,SMA saya tidak pernah mencontek kunci jawaban walaupun saya tau kunci jawaban itu beredar. Dan saya lulus2 aja tuh, malah masuk ke univ.negeri terkemuka.

    Yang kurang dari anak zaman sekarang tuh PeDe nya.

    Masak mau ujian aja harus ada pengajian khusus sambil nangis2 bareng segala, terus pelukan, pingsan. Lebaaaayy. Belajar aja yang bener, berdoa sendiri yang khusuk (nangis ya karena taubat, bukan krn takut UN. Zaman dulu para sahabat berjihad, berperang demi Islam sampai gugur mati syahid. Lah UN? ga ada seujung kuku perjuangan para sahabat).
    Saran saya, jangan kumpul sama orang2 ga pede yang nangis bombay cuma gara2 UN.
    Kalaupun harus berjuang sendiri, dimusuhin karena ga ikut2an atau ga ngasi contekan juga biarin aja.
    Toh nanti dikubur juga sendiri.

    Ingat Allah, ingat mati, kita tidak pernah berjuang sendiri.

  263. Nandaka Bimantara says:

    Jadi inget pengalaman UN 2 tahun lalu. Sebenarnya saya tahu persis ada penyebaran kunci jawaban UNAS dari pihak eksternal (siswa beli kunci jawaban patungan dgn teman2 sekelasnya) dan pembiaran dari pengawas. Tapi sayang saya dulu ragu. Sungguh memalukan, gak heran negara ini jadi sarangnya koruptor.Buat hal sekecil ini aja msh curang, apalagi kalo melibatkan uang?

  264. smm says:

    Jangan harapkan terbentuk kepribadian yg jujur dari seorang anak didik, jika sang pendidik tidak mau berbuat jujur pd dirinya sendiri!

  265. Husein Kerbala says:

    saya cuma mau tanya saja : apakah sudah pantas apabila kepada seluruh sekolah di negeri ini diberlakukan ujian yang standar secara nasional padahal fasilitas yang dimiliki setiap sekolah berbeda-beda ? Ada sekolah yang memiliki gedung bertingkat dan ber AC, tapi masih banyak sekolah yang kalau hujan bocor atapnya disana sini bahkan sampai ada yg kebanjiran, Itu baru bicara soal prasarana fisik, bagaimana dengan kualitasn dan kemampuan mendidik dari para pendidiknya apakah juga sama antara guru di Jakarta dengan guru yang ada di daerah pedalaman ? Beda khan…! Jadi menurut saya lebih baik Kemendikbud memperbaiki dulu fasilitas pendidikan yang ada, baru mengujinya secara nasional. Lebih baik dana ratusan juta bahkan sampai milyaran yang dipakai untuk melaksanakan UN dipakai untuk memperbaiki fasilitas pendidikan di daerah-daerah terpencil. Kemendikbud sebagai pondasi pendidikan negeri ini seharusnya tidak dimanfaatkan oleh segelintir orang yang ingin mencari keuntungannya sendiri sehingga mengorbankan mental dan moralitas dari pendidik dan anak didiknya.

  266. dsgdfgsdfgd says:

    tolol

  267. Saya mendukung Anda. Semoga Pak Prof yang jadi mendiknas juga ga cukup bebal untuk mendengar hal seperti ini

  268. sutasoma says:

    Pengecut banget yang punya blog ini , berani ngomong di belakang gak beda jauh sama yang joki tuh unas , kalo berani ngomong di belakang gini ya sama aja sampah , kalo gini ya gak punya hak kamu nulis ginian , kalo emang benar kenapa harus ditutupi ? malah menyebarkan aib ..

    ga suka ? maaf saya juga berhak berpendapat ..

    1. Nandaka Bimantara says:

      Dengan dipublikasikan gini artinya udah bukan “ngomong di belakang lagi”, udah ada aksi nyata buat menguak ini. Sekarang aksi nyata yg anda harapkan apa? Kita semua yg mendukung kejujuran UN ingin ada perubahan, tapi situasi di lapangan gak semudah yg kita bicarakan disini. Saya rasa semua org di Indonesia udah tau kalo UN itu bobrok, tp toh tetap dilaksanakan. Kalo anda punya dan sudah melaksanakan langkah nyata utk memperbaiki ini, silakan diutarakan dan kita saling bantu. Kalo masih merely a raw idea, jangan asal menghujat dgn kata2 kasar, ini forum beradab 🙂

      1. CV says:

        Yang jelas ini bukan ngomong dibelakang!! Mungkin bagi sebagian orang yang tidak peduli dengan kualitas generasi muda ga akan mendukung blog ini. Tapi saya mendukung blog ini 100%, karena keadaan lapangan memang sulit, banyak kongkalikong.. ini bukan menyebarkan aib, tapi memberitahukan kenyataan yang selama ini ditutup-tutupi kepada publik!!!

    2. kang.ash says:

      itu yang komentar juga ngga jelas identitasnya …
      pengecut kok bilang pengecut.

      tapi maklum, mungkin produk pendidikan indonesia… dulu juga pakai kunci jawaban ya mas 🙂

    3. edi subkhan says:

      yang pengecut itu ya yang gak berani menulis tentang kebenaran hehe…

  269. ade kurniawan says:

    Semoga semakian banyak guru yang bertindak sebagai pendidik dan pengajar yang baik, yang akan dapat mengangkat moral bangsa ini

  270. hemat energi sajalah mas/mbak. ngapain membego-begokan orang yang kita sudah tahu kalau dia bego? 😀
    *tapi ya emang puas sih… *

  271. NeoRG016 says:

    Well.. saya sebagai salah satu peserta UN tahun ini mau ngasih pendapat. Dari persepsi murid yang menjalani ya tentunya.

    Jadi, iya, memang benar terdapat “tim sukses” atau apalah itu sebutannya, mungkin setiap sekolah beda, dan alhamdulillah mungkin masih ada juga sekolah yang tidak terdapat oknum seperti itu. Tapi, sebagai siswa yang sekolahnya ada oknum, sedih broo, kecurangan seperti ini malah dianggap sebagai satu-satunya cara untuk lulus. Dan, sedihnya lagi, saya dan beberapa teman saya yang (alhamdulillah) tidak tergoda oleh hal tsb malah terasa “terkucilkan”, bahkan dianggap bodoh. Parahnya lagi, walikelas pun yang mengetahui hal ini justru menghimbau agar berhati-hati ketika melaksanakan perbuatan tsb. Entah kenapa saya tidak mau menyalahkan mereka, karena menurut saya ini bukanlah kesalahan mereka sepenuhnya, melainkan sistem pendidikan negeri ini yang menyebabkan mereka terpaksa mengkhianati jati diri mereka sebagai manusia terpelajar. Seakan-akan otak mereka telah didoktrin bahwa menggunakan kunci jawaban ialah tradisi turun temurun dari tiap angkatan, bahkan generasi.

    Bangsa yang besar ini harus punya generasi yang besar. Tetapi generasi yang besar itu sayangnya bukan berasal dari generasi kami, generasi 90an, entah generasi ’00, ’10, atau generasi mendatang. Selamat menunggu, Indonesia! 😀

  272. rahman says:

    Sejak UN diputuskan menjadi penentu kelulusan tahun 2003 oleh pak menteri Malik Fajar yang orang pendidikan tapi nyatanya tidak mengerti atau tidak mau tahu tentang pendidikan, kecurangan dalam UN menjadi sesuatu yang sangat dipersiapkan.

    Teknis pelaksanaan bisa berbeda-beda, tapi yang jelas sudah diketahui / direstui oleh kepala dinas pendidikan (untuk sekolah di bawah diknas) atau kemenag (untuk sekolah di bawah kemenag).

    teknis pelaksanaannya adalah dengan cara memperbaiki kunci jawaban siswa setelah ujian oleh tim sukses (jadi yang merasa tidak pernah curang dalam ujian jangan gembira dulu, karena siapa tahu tanpa sepengetahuan anda, sekolah anda lah yang telah curang).

    Cara yang lain adalah dengan memberi jawaban ke beberapa anak yang telah dipilih sebelum masuk kelas.

    Cara lain yang lebih ekstrem yaitu dengan memberikan jawaban melalui panitia atau bahkan pengawas.

    Sesungguhya kecurangan dalam un sudah sistemik. Ada kejadian beberapa tahun yang lalu di suatu sekolah di bawah naungan kemenag, ada kejadian menarik karena satu ruangan tidak lulus disebabkan karena ada kesalahan dalam pemberian kunci jawaban. kepala sekolah langsung dipanggil oleh kepala kemenag dan kepala dinas pendikan.

    Yang jelas saya sebagai guru menjadi khawatir dengan masa depan negeri kita ini. Tapi mudah2an dengan kekacauan UN tahun ini akan membuka semua kecurangan dan kebusukan selama 10 tahun ini, dengan 20 paket soal yang bebeda, dan lembar jawaban yang tipis (mungkin disengaja), banyak sekolah yang menyerah dan pasrah, dan membiarkan anak mengerjakan sendiri.

    Saya percaya masih banyak siswa dan guru yang jujur dan punya hati nurani (seperti yang punya blog). Ada contoh murid saya yang telah jujur mengerjakan UN dengan kemampuannya sendiri tidak lulus.

    Saya sendiri, sebagi guru yang telah menjadi bagian ketidak jujuran hanya bisa mohon ampun beristighfar kepada Allah SWT, dan mohon maaf kepada orang tua murid dan semua masyarakat negeri ini (setidaknya diwakili oleh pembaca blog ini) karena telah menjadi bagian dari ketidak jujuran.

    saya hanya berharap pemerintah dalam hal ini Pak mentri pendidikan M NUH dan kepala BSNP mau jujur… dan tidak memaksakan kehendaknya.

    Terakhir, habis gelap terbitlah terang. Saya sangat bangga ketika menemukan murid saya (lulusan 2003) yang telah berhasil walaupun hanya menjadi Satpam di Bank. Setidaknya itu telah membuktikan masih banyak orang jujur dan yang mau bekerja keras dan karena keterpaksaan menjadi tidak jujur.

  273. Anantagita Mithuna says:

    Well, secara moral, jika memang UN itu merusak pendidikan kita, seharusnya justru semua usaha yang tidak menambah kerusakan bagi anak-anak (tapi menambah kerusakan bagi sistem UN) dilakukan.

    No? 🙂

  274. dina says:

    izin share ya mbak..trims

  275. Ardhya says:

    Kadang-kadang guru terpaksa ngelakuin hal kayak gini biar anak didiknya lulus, kebanyakan di daerah-daerah (maaf) terpencil/pelosok karena terkadang materi yang dikasih di sekolah itu belum sampai yang dikasih di soal UN. Contohnya anak desa kan kadang2 materinya lebih ketinggalan daripada yang di kota, belum lagi mereka harus bantuin ortunya kerja, ke sawah, dll, waktu belajar mereka jadi terhitung sedikit. Sedangkan anak kota kebanyakan di jemput, langsung les bimbel, privat, dll. Perbedaannya terasa banget kan?

    Memang sih, guru cuma kasihan sama muridnya, tapi anak-anak kota yang fasilitasnya jauh lebih enak & memadai dari anak-anak desa ini suka gak tau diri, masih aja mereka beli kunci. Dan mirisnya, anak-anak yang punya kunci ini kebanyakan anak-anak yang (maaf) kurang berprestasi dan seringnya cengengesan di kelas nem UN nya mendekati sempurna.

    Waktu UN SMP tahun lalu, di sekolah saya semua handphone di kumpulkan, sampai sekolah punya alat detektor sinyal, jadi kalau ada yang curi-curi bawa handphone bisa ketahuan, tapi tetap aja ada sebagian anak yang dengan jagonya bisa nyelundupin kunci jawaban. Bahkan teman yang duduk disebelah saya ketika UN itu sudah memakai kuncinya dari hari pertama, lho. Masa’ bahasa Indonesia aja gak bisa? Hehe. Tapi akhirnya anak-anak yang macam gini yang dapat nem UN mendekati sempurna, biasanya 37.9 s/d 38.60. Sedangkan anak-anak yang aktif di kelas & tergolong pintar, mereka mengerjakan UN dengan jujur, cuma dapat 37 kebawah. Malah ada teman saya dia ranking 4 di kelas, cuma dapat nem 34. Kedengarannya kecil memang, tapi itu rata-ratanya sudah 8 keatas, bukan 7 atau dibawahnya, kan.

    Sedangkan dan 2 teman saya hanya dapat nem 37 sekian. Nem saya tahun kemarin cuma 37.60. Kecewa sih, memang. Tapi saya bangga karena saya mengerjakannya secara jujur. Walaupun begitu, nem kami tidak memenuhi SMA-SMA kluster 1, sehingga kami pun terlempar ke kluster 2. Padahal calon siswa-siswa SMA kluster 1 itu kebanyakan (maaf) nem nya palsu, tidak murni. Tapi mungkin Tuhan punya rencana lain yang lebih baik untuk kami (yang di dzalimi, duh bahasaku haha), saya berhasil masuk ke salah satu SMA kluster 1 melalui jalur prestasi, bersamaan dengan dua teman saya yang tadi. Akhirnya kami satu sekolah lagi dan di satu klub yang sama lagi, hehe.

    Maaf ya jadi curhat, tapi saya sekedar mau berbagi cerita aja, soal UN tahun kemarin. 🙂

    1. HQm says:

      hmm, pemerataan ini memang perlu dibenahi.. jadi ingat blog ini: http://abdullahhakim.wordpress.com/

  276. brokoli says:

    This is Endonesa, Not Indonesia.This Is SPARTA.

  277. raraoctaf says:

    Sakit hati mbak baca ini, saya ikut UAN hampir tiga tahun lalu, berdarah darah (?) ngerjainnya sekuat tenaga. Sedih banget ini namanya malah sekolah ngga kasi kepercayaan ke murid muridnya kalo mereka bisa. Ngapain dididik kalo ujung ujungnya dianggep ngga bisa apa apa?

    Saya jaman SMA remidi mulu, emang males belajar banget sih. Serius saya sampe nangis parah waktu lulus. nilai matematika saya 4,75 doang lho *haha .___. Mereka memotivasi, kita pasti bisa. Untungnya sekolah saya dulu ngga kenal kata curang. Hasilnya, kelas unggulan aja ada beberapa yang ngga lulus, lho.

    Sedih banget ya kalo mental pendidiknya aja kaya yang mbak ceritan 😥

  278. andra says:

    memang miris sih kalo baca ini
    udah ga bisa dipungkiri sejak jaman un kaya begini sudah ada

    jaman saya tahun 2009 memang sekolah kami ga membantu berbuat curang, malah sebelum un guru guru kami sudah bilang tidak akan bantu kami

    tapi teman teman saya mencari dari
    sekolah lain
    dan terbukti teman saya yang sering kena hukum guru bp hampir sebulan sekali bisa mendapatkan nilai 10 untuk salah satu mata pelajaran

    saya rasa kecurangan ini juga akibat un yang dijadikan patokan kelulusan
    jadi ada sebagian murid yang tidak pede pada kemampuanya menggunakan cara curang

    tapi apapun itu saya sangat salut sama penulis dengan keberanian menulis ini

  279. pengusaha says:

    Ada yang 16 tahun jadi guru tidak lihat, ada yang lulusan 5 tahun ini merasa tidak curang dll yang tidak merasa kuatir pada kecurangan UN.

    Yang pasti saya senang, 80% karyawan saya semua lulusan SMU, nilainya bagus-bagus tapi sebelumnya tidak ada perusahaan yang mau terima mereka kerja dengan prasyarat lulusan SMU karena mereka tidak pernah lulus tes masuk kerja perusahaan.
    Halusnya, mereka tidak sepintar angka-angka yang mereka dapat.

    Saya terima mereka kerja tanpa tes, tapi gaji 75% di bawah UMR kota Bekasi sini. Saya untung hahaha… ayo perbanyak lulusan bodoh. Biar bisa digaji murah tanpa neko-neko.

  280. daninaga says:

    wah jaman skarang makin canggih yah,, jujur sya msh anak kemarin sore, saya lulus SMA thn 2005 dan waktu itu UN hanya 3 mata pelajaran dan batas nilai kelulusan 4,25. sekolah saya kbetula skolah swasta, yg berlokasi di Parung, dan waktu itu sya lulus ya karena ada nya pola sistematis percontekan di Indonesia, bukan nya sya tidak pede akan ilmu yg sya dapat, tp memang lingkungan mendukung.

    waktu itu, ntah bagaimana kunci jawaban mata pelajaran ekonomi sya dapat kan dr sorang teman, sya tidak percaya akan kunci jwb an tserbut, tp saya memiliki nya, saya mencocokan dgn jawaban saya, dan viola , 80% jawaban tersebut benar (ini menurut saya jg sistematis, dimana ada bbrapa soal yg memang di wajibakan kita isi sndiri)

    skarang, sya mencoba membahas ttng apa yg anda lakukan, jujur, sya setuju, anda harus protes, anda harus bs memperjuangkan pendidikan yang jujur, moral sya mengatakan, anda benar, tp bila sya melihat kenyataan untuk 10 thn ke depan, saat ini yg di lakukan guru yg menyebarkan kunci jawaban adalah tidak salah,, siapa sih yg mau stuck di masa SMA?? tidak lulus sma dan harus mengikuti pake C di thn selanjutnya, kerjaan apa yg bisa di dapat (untuk mengisi 1 thn sembari menunggu paket C) dgn ijazah SMP??

    bgini bu, maaf kan klo pendapat sya salah, saya hanya anak kemarin sore, ijazah SMA hanya formalista, bbrapa ilmu yg di ajarkan di SMA hanya menjadi pengetahuan umum, di kuliah, smua itu akan berbeda, bnyak dr angkatan sya waktu itu yg lulus sma drkunci jwb an skarang melanjutkan studi S2 nya di luar negri, bahkan S1 nya di luar negri, apakah itu hasil dr kunci jawaban? sya bukan mengatakan PTN tidak bagus yah,,

    tp setiap orang memiliki skill dan kemampuan berbeda2, UN yg menyamaratakan nya bukan lah hal yg bijak,, saya malah lbh setuju dgn EBTA/EBTANAS, (orang2 tua pasti tau nih ebta/ebtanas) di mana penilaian tidak ter konsentrasi pada moment tertentu,,

    well, skali lg ini hanya lah pendapat sya anak kemarin sore yang mau tidak mau telah ikut dalam pusaran pendidikan Indonesia. menyontek atau tidak, sya percaya seleksi alam, bila memang tidak mampu pasti akan tersingkir.

  281. mautauaja says:

    bisa ada kunci jawaban kan berarti pihak dalem dari badan yang bersangkutan ada yang bocorin
    buat apa siswa belajar jujur, kalo UN sendiri merupakan ketidakjujuran
    rugi sih jadi orang jujur sekarang mah
    banyak juga yang ga jujur

  282. Rafel says:

    Saya masih SMP kelas 9 dan besok Senin akan menghadapi UN. Yah, meski saya juga “tidak begitu suka” dengan UN, tapi saya berpikir begini “no pain, no gain”. Yah, semoga yang SMP besok tidak ada kecurangan.. :3

    1. CV says:

      Amin.. semangat UN!! kalau jujur dijamin ga akan nyesel sama hasilnya, saya udah pernah merasakannya 🙂

    2. Otaku_Megane says:

      Ayo semangat! Jangan sampai kalah melawan arus!

  283. sofwan says:

    Di UN kemarin saya menjadi Tim Pengawas Independent atau Pengawas Satuan Pendidikan. Tugas nya adalah mengiringi panitia sekolah mengambil soal dan mengantar jawaban ke Sub Rayon. Selain itu juga mengawasi berlangsungnya UN, namun tidak masuk ke kelas, karena sudah ada pengawas ruangan. Selama saya mengawas, saya beberapa kali melihat-lihat isi dalam kelas dari luar ruang kelas dan nampak nya pihak sekolah agak keberatan saya melihat-lihat ruang kelas selama ujian berlangsung dengan cara saya di ajak mengobrol oleh staff sekolah dan beberapa kali di ucapkan “Santai di sini saja pak (di ruang pengawas)”. Ke engganan mereka dapat terjadi, karena khawatir mengganggu anak-anak mengerjakan soal atau hal lain, termasuk dugaan menggunakan kunci jawaban. Namun bukti kuat sekolah tsb menyebarkan jawaban UN tidak terlihat oleh saya, kalau terlihat, bisa saya tulis di laporan UN saya ..

    Begitu pengalaman saya selama menjadi pengawas UN tingkat SMA kemarin ini.

  284. kang.ash says:

    semangat ya bu…
    saya juga punya pengalaman yang sama.. yang paling berat buat saya justru ketika lihat murid saya yang jujur kena ‘shock’.

    UN itu menurut saya ujian kejujuran, sinetron kolosal, dan saat dimana muka asli pendidikan indonesia terungkap.

    Murid saya menulis pengalaman mereka di :

    Selamat datang

  285. urangsakepel says:

    saya sma lulus tahun 2010. saya belajar dan saya mengerjakan soal un 100% dengan kemampuan saya sendiri 🙂 tanpa nyontek, nanya teman, internetan, atau kecurangan lainnya. bukan sistem pendidikan salah, hanya yg menjalankan kurang mengerti manfaat belajar dan integritas/kejujuran

  286. PSY says:

    I’m a…………….. mother father gentleman B)

  287. Hee says:

    Rasanya sedih disaat kita mengerjakan UN dengan jujur , tpi masih ada orang lain yang berbuat curang seperti itu. Di kota saya pun banyak sekolah yang seperti itu (membeli kunci jawaban dan memakainya). Harusnya sistem pelajaran di Indonesia itu melihat PROSESnya bukan HASILnya . Klo cuman liat hasilnya ya seperti inilah bentuk UN , negara akan carut marut krn semua cuman mau instan tanpa usaha. Negeri ini hanya akan bertambah hancur oleh para koruptor dan orang2 yang berpikiran sempit seperti itu. Sekolah selama 3 tahun hanya dinilai dalam 4 hari. Ya mending sekolah satu tahun aja langsung UN . Gak usah repot2 beli buku, les, belajar . toh tinggal beli kunci yang harganya sebanding. Dan klo semisal dimasukkan ke dalam pertimbangan untuk keterima di PTN (jalur undangan/SNMPTN) saya rasa sangat tidak adil. Bayangkan anda sudah sering rajin masuk sekolah, memperhatikan guru, belajar. Tapi ? kalah sama orang yang punya duit untuk beli tuh kunci UN . Kertas jawaban soal UN pun jga sangat buruk, cuman dihapus dikit kok udah mau robek. Tingkat kesoalan yang dinaikkan menjadi 20% pun percuma, banyak anak yang stress dan jadinya akan mencari jalan pintas seperti itu (membeli kunci jawaban,dsb). Malah bukannya meningkatkan kejujuran. Soal Fisika UN kmrn pun jga gak masuk akal, soal tryout kok lbh mudah dibandingkan soal UN , banyak teman saya yang jujur dalam mengerjakan menangis. Krn takut gagal dlm UN. Sedangkan yg beli kunci mrk leha2 dgn santainya . Di Indonesia semua dianggap sama, daerah terpencil dan kota besar. Padahal fasilitas pendidikannya jauh2 sangat beda. .Pengawas ruangan pun jga kadang enggak peduli klo mereka mencontek atau ngepek. Harusnya penjagaan lebih ketat. Jadi UN sepertinya hanya buang2 duit negara saja, krn lbh banyak tidak manfaatnya. Seharusnya Indonesia meniru sistem pendidikan negara korea/jepang yang lebih maju

  288. Noname says:

    Saya setuju dengan ibu.. Saya bukan guru, tetapi mantan siswa yang sudah kuliah di PT..
    Kalau kejujuran tidak ditanamkan sejak dini mau jadi apa negeri ini? Pantas saja banyak koruptor..
    Kalau merasa kasihan kepada murid, kami tidak perlu dimanjakan dengan kunci jawaban.
    Jika merasa kasihan, biarkan murid berjuang sendiri.. Supaya kami bisa menjadi generasi muda yang cemerlang bukan yang asal lulus dengan kualitas jongkok..
    Saya sangat setuju dengan langkah yang ibu ambil 🙂

  289. Venus Aretha says:

    sesudah 2008, survey kecil-kecilan mendapat hasil bahwa delapan dari sepuluh anak SMA di Indonesia yang pindah keluar negeri di tengah tengah SMA adalah dikarenakan alasan UN, ada yang takut, ada yang merasa itu tidak efektif, tapi sebagian besar muak karena ketidakjujuran. saya salah satunya.

    sembilan dari sepuluh anak SMA yang memutuskan kuliah di luar negeri, tidak kembali. apa iya kita mau membiarkan generasi yang dididik dengan ketidakjujuran menjadi penerus negeri ini?

    saya tidak mau seorang ibu suatu hari harus menenangkan anaknya yang menangis -karena ia belajar keras dan mendapat nilai yang sama dengan temannya yang mencontek, “Sekolah bukan tempat menuntut ilmu nak, sekolah adalah tempat menuntut skor. dimana nilai kejujuran nggak penting lagi. Nggakpapa, semuanya juga begitu kok. Nah, mau mama bantu bikin kertas kerpekan buat Biologi nggak? Tulisan mama bagus lho, kecil-keciiil, profesional deh..”

  290. CV says:

    Saya setuju dengan ibu.. Saya bukan guru, tetapi mantan siswa yang sudah kuliah di PT..
    Kalau kejujuran tidak ditanamkan sejak dini mau jadi apa negeri ini? Pantas saja banyak koruptor..
    Kalau merasa kasihan kepada murid, kami tidak perlu dimanjakan dengan kunci jawaban.
    Jika merasa kasihan, biarkan murid berjuang sendiri.. Supaya kami bisa menjadi generasi muda yang cemerlang bukan yang asal lulus dengan kualitas jongkok..
    Saya sangat setuju dengan langkah yang ibu ambil 🙂
    Yang jelas tanpa kunci jawaban, sekarang saya kuliah di Universitas Negeri ternama di Indonesia dengan jurusan yang paling banyak diminati..
    Jadi saat kamu jujur, kamu akan terbiasa berjuang dengan fair..
    Semoga pemerintah terbuka matanya dan diketuk hatinya mengenai keadaan UN yang sebenarnya 🙂

  291. Marshan Andrianus Harsiman says:

    Sok suci lu, kalau mau perubahan BUKAN DGN anak 100% harus jujur di UN SEKARANG… Sistem ngajar lu itu sebagai guru dibenerin. Anak2 lu pada ngerti ga yang lu ajarin ?! Mana standarisasi sistem ngajar yang bener di Negara ini ??
    Ngajar aja banyak yg blum becus, ngerusak mental anak2 pake parameter UN….. Udah gitu pengawasnya belaga JUJUR lagi ! Pake otak dong, liat kemampuan mayoritas siswa sekarang, pada siap ga sama UN kaya gini ???
    Sekolah bertahun tahun, cuma dihargai dengan ga lulus. Dasar pengawas gak punya perasaan lu !!!

    1. berbuat jujur kok jadi salah yah ???

    2. edi subkhan says:

      Memang sistemnya brmasalah, ya UN ini yang mesti digugat, tapi soal anak gak jujur, dinas pendidikan intimidasi pengawas dll ini adalah imbas dari sistem yang rusak ini, oleh karena itu jangan salahkan gurunya–kecuali yang menganjurkan ketidakjujuran, siswanya juga, semuanya adalah dalam intimidasi dan teror dari sistem dan policy yang sudah salah, kurikulumnya juga bermasalah, dus mestinya serangannya harus ke pemilik otoritas, yaitu pemerintah pusat… karena ini sistemik…

  292. kamehameha says:

    ini out of the blue saja ya? sekedar share. topiknya masih sama tentang menyontek.
    pernah waktu ngawasin ujian semesteran, muridku kelas 1 ketahuan nyontek.nggak tega sebenernya mau bawa dia ke ruang pengawas. tapi apadaya.. bapak ibu dari dulu selalu bilang ‘nyontek itu sama dengan korupsi, nok. kalo korupsi berarti makan yg nggak halal. hidupmu jadi nggak halal juga. matinya susah nanti.’ saya belum pernah nyontek seumur hidup saya. lha wong sekelas isinya cuma 20 kalo ujian yg ngawasi 2 org.garuk2 aja diliatin.ini g lebe yaaaaa…wkwkwk..
    so tak bawa aja anakku yang paling ganteng itu ke ruang pengawas. sambil tak nasehatin ‘baguse le, ibumu tu sudah susah membiayai sekolahmu, malah km suruh bayar denda nyontek. nggak kasian apa? | kasian bu. tapi saya nggak bisa ngerjainnya bu| mbok belajar | sudah bu | ibu tu dulu nilai matematika 5 aja udah seneng kok. yang penting ngerjain sendiri. jangan korupsi ah. ndak baik. kami calon pemimpin, ndak boleh korupsi.| ya bu.’
    begitu kira2 obrolan saya sama si thole yg paling guanteng se kelasnya itu. saran saya, kalo anda2 yg guru mendapati anak2 nyontek, dekati saja. jangan permalukan dia didepan teman2nya. wong didepan anda saja dia sudah sangat malu. kalo anda benar2 guru, hati anda tidak tega membuat anak didik anda yg calon2 pemimpin bangsa itu punya cerita nyontek yang bakal dibawanya nanti sampe ke anak cucu. bukan melindungi lho ya. dekati dia, ambil contekannya.biarkan dia mengerjakan ujian. catat saja nomernya di catatan berita acara anda.lalu ketika sudah selesai, baru bawa dia sendiri ke ruang pengawas untuk melaporkan kecurangannya. beres. dia tdk malu dengan teman2nya, tp dia sudah mendapat pelajaran. guru itu tugasnya mendidik to? bukan mempermalukan, memarahi atau bahkan mencabuli siswanya.

  293. anonimous says:

    nantilah saya cerita pengalaman UN saya kalo udah sukses….
    kalo sekarang jangan dulu, hehe

  294. mas bekti says:

    Tanda2 akhir zaman memang.
    Tapi, mau tidak mau, ya ini lah yg kalian selama ini perjuangkan bukan? Reformasi kan? Alhamdulillah, saya hasil didikan Orba di bawah alm pak Harto, yg kalian ejek dan caci maki, bahkan sudah meninggal pun masih di caci, na’udzubillah.

    Ebtanas dulu, mana ada pembodohan kayak gini. Sekolah 3thn, lulus nggak nya ditentukan 3 hari. Lha ya dari dulu yg goblok siapa. Alhamdulillah bapak ibu saya juga guru, saya bangga dng mereka.

    Coba bpk ibu guru melakukan gerakan reformasi sendiri di dunia pendidikan. UN bikin stress semua, guru, murid, kepsek, bahkan Presiden. Anak2 diajari mencontek.

    Kalo dari dulu sampai sekarang masih ada kasus kayak gini, ya sistemnya yg salah, bukan anak2. Anak2 cuman korban.

    Trus dng tulisan anda ini, apa yg ingin anda ajak? Saya nemenin apa? Nemenin merangin contek sistemik? Ya nggak mau, knp, apa saya takut? Nggak lah, krn ini sistem nya yg salah. Mereka tidak salah. Anda merasa benar? Mereka salah? Ah… Indonesia-ku, apapun itu, aku tetap bangga sbg warga negara Indonesia.

  295. bagus suharmoko says:

    maaf sy menanggapinya sedikit…. andaikan biaya pendidikan dan semuanya yg menyangkut pendidikan gratis tanpa ad biaya apapun.. apakah mungkin masi ada siswa or siswi di negara ini yg tidak jujur seperti itu ya????

  296. bagus suharmoko says:

    jujur sy tidak suka dengan isi yg ada d blog ini………….. coba ja d baca lgi………

  297. Dulu dan sekarang ada semacam omomngan LULUS 100% ADALAH MEMBANGGAKAN…
    Mulai saat ini mari kita balik,

    LULUS 100 %, PERLU DIPERTANYAKAN…

  298. Ternyata ada juga pengawas yang seperti ini, saya juga miris sbg siswa bu/pak semangat untuk terus memperjuangkan kebenaran dan kejujuran 🙂

  299. Tri Wahyudi says:

    Selama UN masih ada.. selama itu pula teknik culas untuk lulus pasti ada 😀 .
    Beruntung zaman saya sekolah gak ada UN , adanya EBTA dan EBTANAS kekeke , gak perlu pake nyontek,gak perlu jampi jampi, gak perlu berziarah ke makam kramat agar lulus 😀 . Jadi solusi yang terbaik adalah hapus UN dari muka bumi, karena UN bikin stress buat siapa saja yang mengikutinya 😀

  300. mega says:

    wah, saya setuju sekali dengan ini! 3 tahun yang lalu, tahun 2010, saya menjalani UAN SMA.. bahkan di sekolah saya guru-guru yang menyuruh kami bekerja sama menggunakan handphone! untungnya saya dapat menolak dengan alasan duduk didepan, alhasil nilai uan saya jauh dibawah teman-teman saya yang rata-rata dapat 9-10!…. mirisnya, orang-orang seperti saya justru akhirnya dikucilkan karena dianggap egois dan tidak mau membantu teman..padahal saya hanya tidak mau merusak masa depan teman-teman saya dengan menghancurkan moral mereka….zaman sekarang mudah sekali memang membenarkan sesuatu yang salah dengan landasan tolong menolong, kasihan, dll.harus ada yang bergerak bu.. saya dukung sekali! mohon izin share artikelnya..terima kasih..

  301. Mas Raden Francis says:

    Saya adalah seorang siswa SMA berbasis Islam yg terkemuka di Surabaya. Setelah saya membaca ini, saya marah, sedih. Sekolah saya sangat menjunjung tinggi kejujuran. Kami bahkan menandatangi Ikrar UN jujur; yg juga ditandatangani oleh kepala sekolah. Dan ini bukan omong kosong belaka. Tidak ada satupun yg berusaha mencontek. Bahkan kami menghabiskan sisa waktu yg ada sebelum bel berbunyi dengan membaca Al Quran. Dan sejak 6 minggu sebelum UN pun, kami ditempa secara rohaniah untuk menanam keyakinan bahwa Tuhan akan selalu bersama kita, orang2 yg jujur. Saya tidk bermaksud sombong, tetapi kejujuran inilah harga jual yg mahal bagi kami. Dan sungguh, Tuhan akan membalas setiap perbuatan hambaNya.

  302. estrella says:

    Alhamdulillah masih ada guru yang berjiwa pendidik :” Sukses selalu ya bu. Semoga bisa terus menegakkan kejujuran. Saya ingin sekali menjadi pendidik karena gemas dengan ketidakjujuran seperti ini.

    1. isnt08 says:

      Saya bukan guru, tapi saya siap menemani. Semiga diberi kekuatan. Apa yg bisa saya bantu?

  303. Muhammad Ika says:

    jangan mundur, jangan kapok jadi pengawas UN. Jika semua yang punya idealisme kapok jadi pengawas…. makin hancur generasi muda kita. Mulailah dari kelas yang ibu ajar ditanamkan pentingnya sifat JUJUR.

  304. Habieb says:

    Saya adalah salah satu peserta UN tahun ini. Alhamdulillah kemarin sewaktu UN bisa mengerjakan sendiri, dan sekolah memang benar-benar membuat kami harus mengerjakan dengan jujur hehe.

    Beberapa kali saya juga mendengar hal seperti ini, ada teman yang membeli kunci jawaban, bahkan ada guru yang sempat berusaha merubah LJK siswa. Sungguh miris.
    Sebenarnya masalahnya terletak pada siswa dan gurunya yang mau repot membuat kecurangan sistematis seperti ini.
    Jika benar-benar ditanamkan moral pada siswa dan gurunya, harusnya tidak menjadi masalah jika UN diadakan. Toh para siswapun sudah sering diberi tryout dan soal-soal, tinggal sebenarnya mereka mau belajar apa tidak.

    Pertanyaannya, jika kita mengatakan untuk tidak mengadakan UN, apakah itu jaminan kita bisa memiliki pendidikan yang baik, yang terstandar secara nasional? Kalo ada UN kan setiap siswa diuji dengan kompetensi yang sama. Kalo pake nilai rapor? Setiap sekolah walaupun kurikulumnya sama tetapi kan kedalaman materi yang diajarkan berbeda, belum lagi permainan nilai antara guru, siswa, dan orangtua (karena saya sering mendengar ada beberapa sekolah yang masih terima sogokan untuk mengangkat nilai anaknya). Padahal kita sendiri mengakui nilai tinggi belum tentu cerdas kan? BIsa saja yang nilainya lebih tinggi di sekolah A daripada sekolah B karena guru di sekolah B memang lebih mendalami dalam memberikan soal dan materinya (seperti di sekolah saya yang sering diberikan soal-soal yg lebih kompleks drpd sekolah lain, jadi nilainya ngga tinggi-tinggi, 9 di rapor itu sulit sekali.)

    Berhentilah ribut mencari kambing hitam, sumber kesalahan pertama ada pada kita sendiri, dan kita sendiri yang merepotkan diri kita sendiri. Jika mau sukses UN, ya memang harus dipersiapkan matang, asal penuh niat dan usaha serta berdoa. Saya sendiri 2 tahun pertama di SMA lebih sibuk mengikuti kegiatan event daripada akademis, makanya nilai akademis saya hanya di 7-8 di rapor. Tapi di kelas 3 saya mengejar materi yang tertinggal, alhamdulillah ada peningkatan selama tryout dan akhirnya lancar disaat mengerjakan UN. Toh UN juga bukan satu-satunya syarat kelulusan, masih ada nilai Ujian Sekolah dan rapor juga.

    Mungkin UN hanya menunjukkan nilai akhir, tapi bukan berarti ngga ada makna lain. Proses dalam menyiapkan UN-nya juga merupakan sebuah pelajaran hidup ttg bagaimana berusaha untuk mencapai tujuan, jika memang bener-bener ditekuni.

  305. Yohana Irma says:

    saya calon guru mbak, jujur sedih dan prihatin kalo baca ini semua.. sedih karena kuliah untuk jadi guru itu sangat sangat gak mudah.. tapi pas lulus ternyata pada akhirnya kami harus menipu almamater,menipu ilmu kami, menipu diri sendiri,menipu Tuhan? saya jadi mikir lagi untuk jadi guru PNS..

  306. lalalalala says:

    saya lulusan tahun lalu (2012), dan memang setau saya, hampir semua sekolah di kota besar (setidaknya kota tempat saya bersekolah di SMA) memang pakai joki. itu sudah merupakan rahasia umum. saya sendiri sampai sekarang belum tahu darimana kunci jawaban tsb didapat. entah dari orang dalam (percetakan) atau bagaimana.

    joki ini bukan dikelola oleh sekolah, tapi muridnya (teman-teman saya) sendiri yang mengurusi. jadi mereka yg membeli jasa ini mulai menabung untuk membeli kunci jawaban yang nantinya akan disebarkan kepada semua anak yang beli jasa ini.

    saya tidak ikut dengan yg namanya joki besar2an ini, karena memang basic keluarga saya sangat mengedepankan kejujuran, dan paling anti dengan contek-mencontek ini. beruntung di sekolah saya dulu tidak memaksa semuanya untuk ikut jasa ini. karena yang mengurusi masalah joki ini adalah murid, dan tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah, maka bentuk balasannya jika tidak mengikuti jasa ini hanya semacam dicibir sok suci, tidak setia kawan, dsb.
    di sekolah saya dulu bisa dihitung anak-anak yang tidak mengikuti jasa ini. ada mungkin paling banyak 5 anak per kelasnya.

    sebenarnya para guru juga sudah mengetahui adanya usaha murid-muridnya menggunakan jasa joki ini, tapi guru-guru diam saja, mungkin karena usaha ini tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah, murni inisiatif siswa. mereka hanya menasehati, mengingatkan ke jalan yang benar, ada pula yang secara terang-terangan saat mengajar bilang, “saya tahu kalian malas belajar ini karena nanti kalian dapat jawaban, tapi coba diperhatikan, karena ini nanti akan kalian temui di perguruan tinggi.”

    kalau dulu setau saya (sekitar 5-10 tahun yang lalu), kasus semacam ini hanya sedikit yang mengikuti, seperti misalnya yang memiliki orang tua kaya. tapi sekarang ini dilakukan besar2an. membeli satu kunci jawaban dengan cara patungan, sehingga harga jatuhnya lebih murah.

    kalau dipikirkan terus menerus, rasanya memang sangat tidak adil. yang belajar mati-matian selama 3 tahun, malah kalah nilainya pada UNAS dengan mereka yang membeli jasa ini dengan hanya sekian ribu rupiah. tapi semuanya terbalaskan ketika saya dapat diterima di salah satu perguruan tinggi negeri dengan mudah (dan alhamdulillah tanpa tes), sementara mereka yg membeli jasa ini ribut karena tidak diterima dimana-mana.

    saya hanya berbagi cerita. so, no bash please~
    terima kasih 🙂

  307. adepran says:

    saya bukan pendidik.. tapi saya sepakat dengan anda… kemampuan akademik bisa dibentuk dengan sistem yang baik…. namun pembentukan mental butuh waktu lama dan harus ada yang memulai…
    (kalo anaknya sendiri yang curang menurut saya wajar karena itu darah muda mereka tapi jika curangnya terorganisir saya tidak tau lagi harus berkata apa)

  308. Fitri says:

    JUJUR ITU APLIKATIF.!!! bukan TEORI MAS/MBA……!!

    Kalo hanya bisa JUJUR saat UJIAN NASIONAL tapi di tempat kerja korupsi waktu buat apa..??? sama aja bohong alias 0 besar…..!!!

    pengen murid jujur tapi ngajar asal-asalan..??? so what

    1. peserta un 2013 says:

      JUJUR ITU DI PUPUK SEJAK DINI! KLO BRU UN AJA UDA NYONTEK NANTI UDA BESAR KERJA KEMGKNAN KORUPSI LBH BESAR DONG! PKE LOGIKA AJA DEH ORG YG JUJUR PAS UN AJA ADA KEMGKNAN BISA KORUPSI APA LGI YG GA JUJUR! THINK SMART PLEASE 🙂

      1. fitri says:

        semoga anda sebagai guru yang tidak jujur, dan pura-pura menjadi “peserta un 2013” segera insyaf dan menyadari kebohongan anda… ^_^…

        kelakuan gurunya aja kaya gini kok mau maksa muridnya jujur..??

        jadi yang bener guru ngajarin murid jujur apa murid yang ngajarin guru jujur..???

        think smart cuyy… kita anak sekolah udah ga bisa diboongin ama kebohongan guru2x seperti anda….

        sok pinter tapi bego dipiara…

        mending anda belajar lagi tentang kejujuran deh sana…

    2. peserta un 2013 says:

      STU HAL LGI GA AD HUB NYA NGAJAR ASAL”AN DENGAN KEJUJURAN HAHAHA ONCE AGAIN THINK SMART PLEASE 🙂

      1. fitri says:

        ga usah ngomong smart2x lah , ga usa menutupi kebohongan yang udah kmu buat sama murid2x…

        mending introspeksi diri sana…

        selama guru2x kelakuannya hanya bisa membela diri dan membohongi anak2x sekolah seperti anda, dijamin kecurangan UN gak akan hilang selamanya.!!!

  309. faslun says:

    saya salut dengan keberanian sikap dan kejujuran hati anda, semoga semakin banyak lagi guru seperti anda

  310. ipunx says:

    saya dulu ujian UN , sekelas kompakan kerjasama semua.
    hahahaha.
    bukan karena saya tidak bisa mengerjakan sendiri, 5 kali try out saya lulus terus.
    melainkan karena demi tidak ingin melihat ada 1 saja teman saya yang tidak lulus. 3 tahun sekolah kenapa harus ditentukan 4 hari. Dasar sistem yang tidak bermutu. bisanya cuma bikin drop pelajar.
    saya baca artikel anda, dan saya rasa anda benar2 tidak pernah merasakan menjadi kami.
    .
    ingat , jika anak yang anda ambil contekanya tadi tidak lulus, maka sepertinya andalah yang harus bertanggung jawab.
    karena saat anda mengambil contekan tersebut bisa jadi mental anak sudah drop duluan dan mmenjadi tidak bisa mengerjakan. yang sebenarnya dia bisa mengerjakan jadi ketakutan dan under presure.
    saya hanya berdoa semoga anak tadi lulus.
    dan anda semoga jadi guru yang baik, dan coba buktikan.!!!

    1. Ramy says:

      sedih sekali baca komen ini.
      kalau mau lulus, harus bisa ngerjain soal, kalo mau bisa ngerjain soal, harus belajar. As simple as that. Kalau temen anda mau lulus ya dia harus belajar, kalau gak mau belajar, suka bolos, ya pantas untuk tidak lulus.

      sebegininya kah? sampai menyalahkan yang udah berani berbuat benar? sebegininya kah? tidak ada rasa malu sedikitpun? sebegininya kah gambaran mental pelajar Indonesia?

      Anda mungkin bisa menganggap Ibu Ninok tidak merasakan yang anda rasakan, tapi mungkin dengan saya –sebagai pelajar– yang komen, yang merasakan UN terburuk tahun ini, ketahuilah hanya karena anda berpendapat seperti itu, bukan berarti semua pelajar –yang merasakan UN– berpendapat seperti itu juga.

      1. hahaha says:

        yah saya doakan kamu lulus ya.
        hahahahaha.
        perjalananmu baru dimulai.
        ingat dek, cuma lulus aja udah biasa.

    2. hemm,q jg pernah jdi anak smp/pun sma,
      membantu teman 1 angkatan apa lagi 1 kelas itu emg baik bgt & perlu bgt,
      karena di sekolahan ya teman kita itulah keluarga,
      tapi klo kita inginkan yg terbaik buat mereka bukan kerjasama seperti demikian caranya,
      knapa anda tidak membantu teman anda saat sebelum UN,
      anda kan bisa membantu teman anda dengan belajar bersama,
      & yg anda lakukan menurut saya itu bukan membantu tapi menjerumuskan teman anda,
      karena anda membuat teman anda jadi org yg g’jujur,

      & saya tau klo kita manusia biasa yg pasti pernah curang & g’jujur,saya jg g’munafik pernah melakukan hal demikian,
      namun hal itu bukan untuk dibanggakan,melainkan harus kita jdikan pembelajaran & kita perbaiki,
      karena setiap ketidak jujuran secara langsung/pun tidak itu merugikan siri sendiri & org lain.

  311. itu mana ya bu?.. kalau di jogja alhamdulillah jujur banget.

  312. gurubaru says:

    mungkin masalahnya ga berhenti sebatas bocoran kunci jawaban,

    bagaimana dengan siswa yang mengacuhkan pengawas, diberi peringatan tidak diperdulikan, bukan cuman satu-dua kali, tapi lebih dari 5 kali, harusnya mungkin dikeluarkan…. tp ya itu, diawal sudah ada “peringatan” : ngawasi jangan terlalu over, duduk manis saja, ingat kalo anda melakukan kesalahan atau kelalaian atau lainnya, sanksi yang diterima tidak hanya oleh anda, tapi instansi anda…

    salut buat ibu yang sudah bersikap dan berpegang teguh pada prinsip dan menjalankan amanah dengan baik, salut juga buat instansi dan temen”nya yang sudah mendukung ibu guru ini 🙂

    bravo guru indonesai…

  313. edi subkhan says:

    Mbak Ninok adalah profil guru ideal, hebat, dan berani jujur, beliau ini mesti didukung bukannya malah dikata-katain lebay dan hipokrit segala, beliau sekadar berbagi cerita yang yang dialaminya sebagai pengawas ruang sewaktu UN kemarin, upaya kecurangan tersebut terjadi karena intimidasi dan teror dari penguasa (pemerintah) agar mensukseskan UN bagaimanapun juga caranya. Ini khan gak bener, dan oleh karenanya mesti disuarakan dan didukung kejujurannya. Selanjutnya yang mesti dilakukan adalah mari masifkan gerakan tolak UN secara serentak dan nasional, buat peitsi dan pernyataan sikap untuk menolak UN!!!

  314. vianarina says:

    ibu berani sekali! saya sangat salut dengan apa yang ibu perjuangkan..

    saya sebagai pelajar kelas 3 sma sangat bangga dengan apa yang ibu lakukan. tidak sepantasnya seorang guru mendidik siswanya dengan cara memberikan kunci jawaban seperti itu.

    disekolah saya juga ada pemakaian kunci seperti itu 😦 membuat hati saya miris, sedih dan bingung harus melapor pada siapa. karena semua sudah sama-sama tahu dan begitulah sistem yang ada.

    akhirnya saya dan seorang teman saya hanya berani menegur mereka lewat sindiran2 di dunia maya. memang cara kami ini salah, tapi apa daya kami berdua melawan puluhan siswa yang menggunakan kunci jawaban?

    akhirnya kami disindir juga habis2an, bahkan dikata2in sama mereka lewat dunia maya dan alhasil disekolah kami perang dingin dengan beberapa anak yang pake kunci jawaban.

    semoga kedepannya pemerintah lebih terketuk hatinya untuk mengubah sistem pendidikan yang sudah carut marut ini dan keadilan dapat ditegakkam amin

  315. peserta un 2013 says:

    mantab (y)
    jujur saja mnrt saya klo ibu tdk laporin itu sgt” tdk adil bagi peserta un laen yg sampai bljr dri plg skolah ampe begadang 🙂

  316. babyblack says:

    well, I don’t know. Tapi saat UN sudah seperti penentu hidup mati seseorang, ya… banyak orang pasti melakukan berbagai cara tanpa peduli benar atau salah, liat aja gimana anak SMA pada nangis2 seperti “ini” satu2nya harapan hidup, sebelum UN. Like, negara mana selain Indonesia yang begitu. Tapi di sisi lain banyak juga sekolah yang tidak melakukan kecurangan, mereka yang nggak nangis2 menjelang UN, Yang bagus ya bagus… yang blangsak ya blangsak aja. Tanya kapan ada kesetaraan.

    1. . says:

      stuju banget wkwk

  317. buana says:

    menurut saya ada 3 tipe sekolah:
    1. sekolah yang menentang kecurangan dan menentang segala jenis kecurangan dan membentengi siswany utk tdak curang dalam UN
    2. sekolah yang netral, dalam artian mereka tidak scara tegas menganjurkan siswany utk jujur dan bersikap apatis jika ada siswa yg tidak jujur (spt membeli bocoran soal sendiri, sepakat curang dengan teman2nya sendiri)
    3. sekolah yang secara nyata dan tersistem menganjurkan siswanya utk berbuat curang dan tidak jujur

    pengalaman sy sebg guru, saya malah ditentang dan dmusuhi oleh murid sy sendiri, krna sy menentang sgala bentuk kecurangan yang merka lakukan…

    sya sepakat UN ada tp semua sepakat dan harus berani berbuat JUJUR mulai dr Presiden pai pengawas atau tidak ada UN, serahkan kelulusan pd sekolah/Universitas jika mreka ingin mlanjutkan ke PT…

    Tegakkan KEJUJURAN

  318. Ibu, tulisan ini mantap sekali, jujur saya sedang mencari info soal UN, buat tulisan para remaja biar lebih sadar soal UN, izin share tulisan ini ya Bu..

  319. aaman says:

    Mbak Ninok. Saya amat mendukung mbak mengusut kacurangan ini. Kejujuran di Indonesia amat sukar karna sudah ditanam ketakjujuran sejak usia sekolah. Generasi Indonesia ke depan akan sangat memprihatinkan. Jangan lupa bahwa budaya korupsi generasi sekarang adalah hasil pendidikan sekarang.

  320. mayanast says:

    4 tahun lalu saya juga mengalami hal demikian, namun ini pelakunya bukan sekolah saya, namun teman2 saya yang berlaku tidak jujur, tidak sportif, dan pesimistis terhadap UN, padahal sebenernya kalo mereka mau jujur dan belajar pasti bisa menjawab seluruh soal UN. Saya hanya satu dari segelintir siswa yang berkomitmen untuk jujur dalam mengerjakan segala apapun dan menjalankan kehidupan yang benar saja. Dan sampai saat ini saya masih sedikit syok dengan teman2 saya masa lalu itu. Kalo pas jaman saya itu “turun2an” nya pake sistem sms, jadi mereka yang tidak jujur itu tetap mengumpulkan hp, tapi sebenernya mereka punya hape lain. Mereka membeli jawaban dari (kemungkinan) siswa sekolah lain, dan membayar per anak Rp 30rb. Saya bersyukur, saya bisa lulus walaupun dengan nilai rata2 ga setinggi mereka yang membeli jawaban. Mungkin dengan pendidikan karakter pada siswa2 SD SMP SMA akan sedikit membuat mental mereka lebih optimistis, tapi juga didukung oleh pengajar kompeten juga. Namun butuh waktu lama untuk memperbaiki moral bangsa yang sudah rusak, kejadian seperti ini sudah menjadi suatu sistem yang awet sampek tujuh puluh tujuh kali tujuh keturunan dan mungkin lebih. Nuwun 🙂

  321. S says:

    Miris, ternyata anak indonesia dididik untuk menjadi curang. Terang saja koruptor bertebaran. Dr jaman UN aja udah begini

  322. nawalnidar says:

    Reblogged this on Nawalnidar’s Blog and commented:
    Faktanya…
    “masih” pahit 😦

  323. Panji Sujaya says:

    sbnernya ga stju sm UN, masa 3 tahun belajar cuma ditentuin dalam bbrp hari, kalo UN kan bisa dimanipulasi dengan nyontek, ingat keberhasilan itu diliat dari prosesnya bukan dari hasilnya, hasil pun bisa saja subjektif

  324. rhedo says:

    yap, percuma UNAS jika hasilnya seperti ini.
    di sekolah tempat ayah saya mengabdi dengan adanya ‘kebijakan’ kunci jawaban dari ‘sekolah’ sendiri membuat proses pembelajaran jadi tidak bermakna..

    anak2 tidak ada yang termotivasi untuk belajar dengan serius.

  325. Generasi muda indonesia says:

    Ibu hebat sekali, saya salut dengan ibu! Don’t mind the others who criticize your blog post with indecent words. They’re just mad at you because you’re brave&honest and they are not. Keep writing and keep being a teacher, Mrs! 🙂

  326. Mr.P says:

    Sebagai siswa yg habis un saya enggak ngerti kenapa pada takut gak lulus, allah akan selalu membantu hambanya jadi optimis saja. lagi pula semester 2 para siswa belajar intensif untuk un, hanya nilai 5,5 pasti kesampaian kok. apakah gengsi bakal kalah nilai sama yg make kunci? tapi saya *jujur* smp pernah make kunci dan akhirnya kebawa nyesel terus karena nilai gak murni walaupun cuma liat sedikit tapi di dalem hati rasanya tuh sedih.

  327. Reblogged this on Putaran Pena and commented:
    definisi kebaikkan dan kebenaran telah berubah.. moralitas bangsa sudah rusak.. UN salah satu contoh nyata yang menunjukkan kebobrokan moral generasi penerus bangsa… simak cerita jujur pengawas UN ini->

  328. jojo says:

    mohon maaf kalau bersifat offensif, IMO

    kejujuran siswa itu dari TK di tanem..

    karena UN aja nakut2-in jd semua orang berbuat segala cara supaya menang.

    tegakan jujur itu jangan munafik, jangan gembar-gemborin tegakan jujur ke siswa tp masih “ngeluh” soal kelakuan siswa.

    bakat siswa itu macem2 lucunya sistem pendidikan kita ini cuman pengen liat nilai akademik aja, makanya jangan ngoceh kalau indo prestasi olahraganya bapuk. iyalah gak didukung

    , UN itu jayus. mementingkan hasil akhir ketimbang proses. emangnya nilai UN 10 semua jamin tuh murid moralnya baik? naiffffff!!!!!!

    “Kertasnya bawa sini. Ibu mau lihat itu kertas apa. Kalau tidak mau, Ibu POLISIKAN KAMU!”

    wah abis baca percakapan ini jujur saya ilang respect sama ibu, siswa/siswi sendiri diancem DIPIDANAKAN,
    guru tuh begitu? jatohin mental murid pas lagi ujian yang enntuin nasib hidupnya?

    kalau ibu bangga ngomong gitu ampun deh yg ngajarnya aja gini gimana yg diajar???

    1. ... says:

      loh mnrt saya smua itu emg kewajibannya pengawas…..

      sebaiknya jangan berkomentar kalau tidak tahu apa”

  329. pribadi says:

    Mbak Ninok, tetap semangat ya!
    Semoga semua kebaikan mbak sebagai seorang guru mendapat balasan kebaikan yang berlipat dari Alloh ta’ala.

    Sungguh cerita seperti ini tampaknya sudah menjadi agenda tahunan. Setiap tahun selalu ada cerita2 dari guru idealis seperti mbak ini.
    Walaupun tiap tahun mendengar dan membaca cerita yang sama, dianggap sudah “biasa”, “sulit dirubah”, dll.. namun tetap kami tidak bosan. Kami bangga ada generasi2 guru yang masih semangat memperjuangkan idealismenya, demi masa depan generasi muda Indonesia.

    Tetap semangat! Bongkar kebiasaan lama yang buruk!
    Maju terus guru Indonesia! Maju terus pendidikan Indonesia!

    Ingat, praktek2 kecurangan tidak akan berhenti di pelaksanaan UN saja.. masih ada ujian2 formal lainnya yang akan dihadapi para murid kita kelak pasca kelulusan UN.

    Salam takzim kami kepada para pendidik berdedikasi.
    Terima kasih sudah mendidik kami dan anak2 kami mengenai arti kejujuran.
    Terima kasih.

    A. W. Pribadi

    p.s.: ah, jadi ingat sajak yang pernah kami bacakan di depan kelas saat SMA dulu..

    Sajak Palsu
    karya Agus R. Sarjono

    Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
    dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
    sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
    mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
    yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
    mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
    untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
    dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
    dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
    dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
    untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
    nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
    demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
    sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
    ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
    Sebagian menjadi guru, ilmuwan
    atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
    mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
    dengan ekonomi palsu sebagai panglima
    palsu. Mereka saksikan
    ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
    dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
    berbagai barang kelontong kualitas palsu.
    Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
    dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
    pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
    yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
    dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
    uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
    sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
    yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
    nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
    meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
    gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
    dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
    demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
    dan palsu.

    1998

  330. sukses says:

    Halah, UN taun ini parah.. hapuskan saja UN itu klo hasilnya kayak gini. G usah juga ibu sebagai pengawas ratap – meratapi hal kayak gini. Coba pikir hal yang lebih penting biaya siswa siwa daerah terpencil luar jawa yg harus cari penginapan akibat tertundanya UN, kemudian psikis dan mental anak – anak yang ujiannya tertunda. Mending suarakan supaya UN dihapuskan saja.

  331. Alifia says:

    Saya saat ini kelas 3 SMP, Senin besok akan ikut hajatan nasional pula.

    Sungguh saya cukup kaget membaca tulisan di atas, saya tak habis pikir bagaimana bisa pendidikan di Indonesia sebegininya. Sewaktu SD, sekolah saya termasuk sekolah yang menjunjung tinggi kejujuran, walau pada akhirnya NEM kami tak seberapa. Tapi kami insyaAllah lulus moralnya.

    Untuk itu, saya sangat mendukung guru-guru pengawas yang membantu siswanya untuk jujur. Saya harap guru-guru di Indonesia seperti itu.

    Pak, Bu, kami siswa-siswi Indonesia yang ingin jujur tentu juga mengharapkan guru-guru kami dapat membantu kami memerangi kecurangan. Meskipun kami hanya minoritas, tetapi kami ada untuk mendukung Bapak dan Ibu 🙂

    Tolong bantu kami untuk jujur ya, Pak Bu

  332. rslhdyt says:

    percuma 100 paket soal pun kalau sistemnya masih seperti ini, tapi menurut saya hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum.

  333. anonim says:

    Betul sekali bu, saya peserta UN 2013 dan di saat mata pelajaran terakhir Geografi bahkan kelas kami seperti diawasi oleh patung, pengawas itu ada tapi seperti tidak peduli apa yg ada di kelas saat itu… miris sekali jujur saya melihatnya.. banyak yang bilang pengawas itu merupakan bayaran sekolah, tetapi sama saja meskipun para pengawas tersebut diberikan semacam “upah” tapi kalau dari siswanya memiliki jiwa kejujuran tinggi saya yakin tidak akan ada kecurangan… saya tidak pakai bocoran apapun dan saya berusaha untuk mengerjakan sendiri dan alhamdulillah lancar.. dari yang saya tau bahkan di kelas saya yang sama sekali tidak menggunakan “jalan pintas” tersebut hanya 2 orang, bayangkan ? seoarang siswa rela merogoh koceknya hanya demi sebuah jawaban dan jaminan lulus menurut saya merupakan kebrobokan moral bangsa.. coba anda pikirkan negara kita akan dipimpin oleh pribadi yang tidak jujur ? dan ya untuk yang terakhir kali semoga kejujuran makin ditegakkan, salam damai 🙂

    1. anonim says:

      padahal pendidikan kita berdalih mengajarkan anak moral dan pelajaran sejak dini, tapi ketika masa remaja dimana masa2 rentan yang akan mempengaruhi kehidupannya sendiri di belokkan oleh lingkungan dimana dia tumbuh dan menimba ilmu dengan suatu sistem yang benar2 telah melenceng, jadi yang seharusnya di beri pelajaran moral itu muridnya gurunya? ato pemerintahnya ya?!

  334. D says:

    Terserah kalian semualah. Yang jelas yang bisa sekolah hanya yang berduit saja.

    Marjinal – Aku Mau Sekolah Gratis.

  335. Ahmad Faiz says:

    Sebenarnya ini bukan hal baru, ketika saya menjadi siswa dan mengikuti UN SMP dan SMA, saya juga mengalami hal semacam ini,,,

    Guru2 sudah dibriefing dan dirancang sedemikian rupa sehingga jangan sampai kecurangan2 ini diketahui orang banyak…
    Guru mesti memberikan kemudahan kepada siswa agar lulus, tidak peduli dengan cara seperti apa…
    Tak heran jika kecurangan2 ini terus terjadi setiap tahunnya dan seolah menjadi rahasia umum…

    Yang membuat saya risih, guru itu pekerjaan mulia, profesi mulia, kenapa harus dikotori oleh sikap seperti itu? Dan kenapa guru2 yang menolak melakukan hal tak semestinya tersebut justru dimusuhi?
    Padahal mereka melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh guru, mendidik. menanamkan benih kejujuran, bukan hanya sekadar lulus dengan angka2 yang sebenarnya sangat tidak berguna…

    Saya salut dengan Ibu yang dengan tegas dan berani membuka kasus semacam ini dan saya berharap akan banyak lagi guru yang mempunyai keberanian seperti Ibu…

    Lanjutkan, Bu…

  336. Ahmad Faiz says:

    Tambahan, saya tidak men-judge semua sekolah seperti itu,,,
    Saya yakin masih banyak sekolah dan guru yang benar2 Jujur,,,
    Dan saya sangat mengapresiasi orang2 jujur seperti itu,,,
    Lanjutkan!!!
    #UNbersih

  337. sekarang kt hrs mikir.. kita ini hrs menghadapi buah simalakama..
    mencontek tp banyak lulus en ngak jujur
    jujur tp gk banyak yg lulus.. akhirnya ada yg bunuh diri

    tebak siapa yg salah disini.. GURU

    inilah .. ketika nilai lebih penting dari kejujuran.. hal ini terjadi

  338. kusuma says:

    Pendidikan 12 th SMA. Ditentukan dgn UN? Dan skrg makin membuat gelisah para siswa. Saya setuju dengan pendapat anda. Tapi tolong lihat dr sisi mana mereka melakukan ini? Ubah tatap dan cara pandang anda, dan UBAH SYSTEMATIK PENDIDIKAN DI INDONESIA!!!

  339. milan says:

    jd ingat dl dipesenin sama guru pas UN untuk bantu ngsih jwban ke teman2 skelas. g bs berbuat apapun kcli melakukan itu kalau tidak 70 persen temen2 ga akan lulus soalnya bhsa prancis. 😦

  340. no name says:

    Gk terjadi di sekolah tempat saya bekerja!!!

  341. Ramy says:

    lega rasanya saya membaca ini, masih ada guru seperti Ibu yang bener-bener jujur dan berani. Saya yakin banyak guru di luar sana yang hati nya terusik juga melihat ini, tetapi hanya sedikit yang berani seperti Ibu dan teman-teman serta kepala sekolah di sekolah tempat ibu bekerja, saya salut, saya dukung perjuangan ibu dan kawan-kawan.

    saya siswa SMA peserta UN 2013 ini, alhamdulillah ngerjain UN dengan jujur, itu wajar, itu tidak luar biasa, karena kalo kita menganggap mengerjakan UN dengan jujur itu luar biasa, sama aja nganggap tidak jujur saat UN itu biasa.

  342. alkomala says:

    tetap semangat bu, saya dukung sikap ibu…izin share di fb ya, bu…. 🙂

  343. anggieapril says:

    sekolah saya tiap taunnya jujur kok, gapernah mendukung yang namanya tim sukses, bahkan ulangan biasa saja jika ada yang ketahuan menyontek akan di tindak tegas.
    bahkan 2 tahun lalu 18 orang gak lulus di sklah saya.

  344. Huang says:

    Menolong murid ada waktunya..

  345. NENE says:

    MUNAFIK!!!
    EMANK IBU GAK PERNAH NYONTEK???
    ZAMAN IBU GAK ADA UN MAKANYA GAK NGRASAIN,,,
    LEBIH BAIK GAK USAH ADA UN KALO EMANK HASILNYA NYETAK KORUPTOR DARI DINI…

    1. Ahmad Faiz says:

      Tolong dong, etikanya diperhatikan mas/mbak…
      Anda bicara dengan orang lebih sepuh…
      Terlebih lagi yang dibicarakan adalah hal yang mestinya kita contoh…
      Tolong dijaga cara ngomongnya…
      Cukup, tak perlu dibalas karena akan jadi bahan debat berkepanjangan dan tak ada habisnya…
      Trims…

    2. Danu says:

      woooyy!!! kalo nulis dijaga. yg tau hati&masa lalu org itu ya orang itu sendiri sama Tuhannya. jangan nuduh org lain munafik!! lagi pula juga emang semua orang pernah nyontek?!?! masih banyak org yg jujur di Indonesia!!

    3. :) says:

      YAH GW TAU LU PLGAN ORG BEGO YG CURANG. JAMAN SKRG CURANG
      GA LVL KALE. F*CK YOU -_-

  346. Koboy says:

    Maaf mungkin saya berpendapat yang mungkin sebagian dari pendapat saya agak berbeda dari mayoritas disini. Saya sangat menghargai apa yang saudara tulis disini. Tetapi saya kira issue ini sudah lumrah, bukan rahasia umum lagi, hal ini dilakukan untuk mendongkrak capaian dari sekolah bersangkutan. tiap tahun ada kasus ini dalam 1 dasawarsa ini. bahkan ada guru yang diancam dikeluarkan (pernah di undang ke Kick Andy).

    Dalam hal ini saya iingin sekali tahu ending dari cerita saudara. APakah komplain saudara terang2an dengan pelaku namun tidak ada tindak lanjut, dengan risiko mendapat ancaman di kemudian hari, karena dari perkataan saudara ““Karena ini kebenaran, saya tidak bisa berjanji tidak akan bicara. Karena kebenaran pasti akan terbuka pada waktunya.”. Ungkapan ini jelas anda terang2an menyampaikan sesuatu yang bagi mereka adalah ancaman. kalo tanpa tindak lanjut (setelah omong begitu) ya sia2 bagi anda karena saat itu anda adalah ancaman bagi mereka.

    Kalo saya sih, buat para guru, saya sarankan. kalo berada di situasi ini, kalo memang tak berani bertindak, karena anda seorang diri, amankan diri anda :1) jangan terima uangnya (tanpa banyak omong), atau terima, tapi jangan buka amplop, kemudian simpan sebagai bukti, 2) kalo memang anda mau tindak lanjutin, jangan banyak omong ke mereka, langsung kirim laporan ke diknas atau polisi. kalo anda ngomong seperti yg saya kutip di atas, anda sama saja mengumumkan bahwa anda itu akan melaporkan. Kalo adana merasa punya kekuatan sih gak apa, bagus, tapi masalahnya anda belum tahu kekuatan anda, apalagi hal ini melibatkan orang banyak. Kalo anda yakin bahwa keselamatan diri dan keluarga anda terjamin, laporkan hal ini.

    Supaya jangan anda atau guru2 lain jadi pahlawan kesiangan, cuma ngomong sesuatu yang anda tunjukan ke pelaku, namun tidak ada tindak lanjut, karena dari situ anda hanya akan memancing ancaman buat diri anda di kemudian hari.

    Saya sarankan, laporkan! ada lewat internet, laporkan secara anonym, tapi tnjukan buktinya. apalagi ini kan bukan satu hari, laporan anda di hari pertama bisa langsung di tangkap tangan hari berikut, supaya anda pun tidak perlu sakit hati melihat masih terjadi di kemudian hari, atau, ya diamkan saja.

    Maksud saya supaya anda bisa menyetop aktifitas ilegal tersebut, tanpa menimubulkan ancaman di kehidupan saudara.

    Anda mencapai tujuan anda, anda tidak sakit hati, anda tidak diketahui orang.
    kan begitu.
    Kalo cuma seperti ini ya, apalagi anda telah mengucapkan ““Karena ini kebenaran, saya tidak bisa berjanji tidak akan bicara. Karena kebenaran pasti akan terbuka pada waktunya.” yang noteabene ada nuansa ancaman, tapi kalo tanpa tindak lanjut, ya anda telah melakjkan kesalah fatal yang sangat berbahaya buat anda. dan kalo tanpa tindak lanjut, ya anda pahlawan kesiangan. anda bisa celaka sebelum masuk medan perang
    Tapi secara keseluruhan, saya menghargai niat anda, namun keamanan diri lebih penting

  347. ahmad says:

    aku berharap para guru-guru mempunyai rasa malu kalau membantu siswanya dengan jalan memberikan kunci jawabn UN. dimna sikap jujur kalian sebagai contoh dan pembimbing generasi muda.

    rasa sayang kalian kepada siswa bukn dari kesuksesan UN, tetpi ilmu yg diberikan kepada mereka, itulah yang menjadi modal untuk mereka nanti. jangan sampai begitu mereka menempuh masa perkuliahan menjadi orang yang selalu berharap seperti para guru-guru yang selalu berani melakukan kebohongan.

  348. 9ethuk says:

    Nice share, terimakasih sudah berbagi.

    Salam kenal.

  349. JOKO says:

    ADA YANG BISA BUKTKAN KLO YANG POSTING ITU JUJUR GA…?

    1. :) says:

      KSIAN NI KOMEN GA AD YG TANGGEPIN GW TANGGEPIN DEH:
      LU SNDIRI BISA BUKTIIN KLO YANG POSTING ITU GA JUJUR GA?

      1. guwe ajah says:

        ADA YANG BISA BUKTKAN KLO YANG POSTING ITU JUJUR GA…?
        ===
        KSIAN NI KOMEN GA AD YG TANGGEPIN GW TANGGEPIN DEH:
        LU SNDIRI BISA BUKTIIN KLO YANG POSTING ITU GA JUJUR GA?
        ====
        dari 2 komen di atas ini, jangan2 orangnya sama neeh…. modus woooy…

    2. eyangsubur says:

      yok, sundul komen ini gan. kasiaan loh 😀

  350. Sebenarnya ngeri, baru pertama kali menjadi pengawas UN sudah melihat seperti ini. Semoga hanya segelintir saja sekolah yang melakukan seperti ini.

  351. Danu says:

    luar biasa mbaknya.. 🙂 tetep istiqomah y mbaknya, kalo bicara tentang sistem pendidikan di Indonesia,kita mungkin tidak bisa menyalahkan kebobrokannya pada pihak2 tertentu,karena memang kerusakan ini terjadi secara sistemik. lalu kira2 apa yg harus dilakukan? kalo menurut saya salah satu caranya ya menjadi orang seperti mbaknya ini. mulai dari diri sendiri,menunjukan idealisme sebagai manusia yg bermartabat untuk menciptakan pendidikan yg bermartabat juga. ini berlaku untuk siapapun yg terlibat di dunia pendidikan. entah itu murid,guru,kepala sekolah,kepala dinas pendidikan,menteri,bahkan mungkin presiden RI. Tapi itu pun belum cukup,jika masih hanya sebatas untuk lingkungan yg sempit. Perubahan secara sistemik juga harus diinisiasi oleh orang yg berkuasa. ngga mungkin lah pendidikan di indonesia jadi baik kalo petinggi2 di semua level mau berkontribusi mengubahnya.
    kalo ditanya tentang perubahan sistem,saya yakin indonesia itu mampu banget menciptakan sistem pendidikan yg ideal. dari segi SDM indonesia juga kaya. banyak orang pinter. bahkan saya pernah baca ada WNI yg malah jadi penasihat di dept.pendidikan di jepang.namanya pak ken. dan saya yakin masih banyak org2 seperti pak ken yg punya kemampuan untuk berkontribusi untuk pendidikan indonesia. kuncinya memang kontribusi semua pihak yg mengaku sebagai warga negara indonesia. toh kalo pendidikan indonesia baik,kesejahteraan yg diperoleh kita juga kan yang menikmati,, :))
    Maaf kalo terlalu panjang lebar, salam dari seorang siswa Indonesia.. 🙂

  352. No Name says:

    Tidak ada yang salah pada kasus ini.. apabila dilihat semua pihak telah salah…
    1. Dari pihak guru (sekolah): jika saja guru memberikan pembelajaran dan kisi-kisi yang tepat sehingga siswa mampu mencerna pelajaran tersebut dengan mudah maka siswa tidak akan merasa terbebani dengan adanya UN. Hal ini terbukti pada siswa yang saya temui dan mereka mengatakan (sendiri) “buat apa sekolah 3 tahun kalo bisa belajar privat haya dalam 3 bulan saja sudah mahir paham?.
    2. Dari pihak yang berwenang (pemerintah): UN memang bisa dan bagus dijadikan sebagai bahan evaluasi tapi apakah itu masih tetap dapat dijadikan bahan untuk memutuskan siswa lulus atau tidak (UN=hakim);
    3. Siswa dan orang tua: apabila memang sudah siap UN maka tak perlulah ada kasus seperti ini..

  353. Komentarnya banyak. ikut komentar ahh… Saya juga baru tahun ini jadi pengawas UN di tingkat SM, ternyata modusnya seperti itu ya… Lalu bagaimana dengan pernyataan menteri dan pejabat terkait yang menggembar-gemborkan bahwa jika ada bocoran kunci itu tidak benar… dan ditekankan agar “Jangan percaya dengan bocoran kunci jawaban”, wow, apakah itu hanya pepesan kosong?….

  354. Prof. Melanie says:

    Benar2 memprihatinkan… Teruslah berjuang, Tuhan selalu bersama yang benar….

  355. afrost says:

    ya elah…
    bu…saya sekarang mahasiswa yang skitar 4 tahun lalu baru saja ngejalanin UN yg busuk itu…
    ini tuh udah kayak rezim soeharto yang ga bisa diapa”in kcuali smua masyarakat bergerak…
    saya terus terang wktu UN dulu *SYUKUR* akan bantuan itu…
    bukan apa-apa, tapi ada aja beberapa mata pelajaran yang saya lemah ex: MTK
    saya inget bner waktu itu takut minta ampun, tekanan dari mana” dengan ancaman = gagal UN = GATOT alias GA LULUS….
    n skarang? moral saya ancur gara” itu?
    moral smua siswa yang selama ini ikut UN yg dapet kunci jawaban seperti itu, Ancur?
    mungkin ada beberapa, tapi itu bukan gara” NYONTEK, tp bisa jadi gara” hal lainnya…walaupun memang nyontek itu ga baik o.o
    kalo emang bner” niat, ya udah coba gerakin masyarakat untuk nanganin hal ini….dan TOLONG klo memang niat BAHAS masalah UN ini…saya udah lewat masa” itu sih ga ngancem saya lagi, tp kasian ade” kelas saya (bukan kasian gara” ga dapet contekan…tp kasian aja klo memang gara” salah satu mata pelajaran UN gagal n harus tinggal kelas)

  356. yusrizal says:

    Rupanya kenyataan yang terjadi seperti itu ya. 😦
    Semoga, hal yang dilakukan mbak ninok ini bisa menular dan menumbuhkan kesadaran terhadap pihak-pihak sekolah yang melakukan ketidakjujuran seperti ini.

    Bagaimana mau membentuk generasi masa depan yang mampu memperbaiki berbagai carut marut bangsa ini jika dari muda saja sudah diajarkan dengan ketidak jujuran seperti itu?
    Tetap konsisten ya mbak menegakkan kejujuran.

  357. yusakbum says:

    shock banget :”
    saya siswa yang tahun ini merasakan betapa gagalnya UN tahun ini, kertas LJKnya kotor dan tipis, pas dihapus, tintanya juga ikut luntur :”( tapi diruang saya nggak ada 1 anaknypun yg dapet kunci jawaban atopun bertanya sana sini. saya jamin itu karena saya duduk di paling belakang pojok. dan saya bisa melihat teman saya 1 kelas. semua sibuk ngerjain kodenya sendiri, nggak ada yg namanya dibagi kunci.
    kertas untuk orek2an memang dibagi untuk matematika dan kimia, tapi itu bercap sekolah, dan setelah selesai soal bahkan sampai kertas oret2an pun dikumpulkan.

    jadi, nggak semua sekolah melakukan kecurangan !
    masih ada kok sekolah yg jujur, walau rata-rata sekolah kami mau sejelek apapun tapi kami akan selalu bangga karena kami mengerjakan dengan usaha kami sendiri.

  358. shambustory says:

    Nice post mbak.. jadi sunggu prihatin dengan metode kependidikan negeri ini yang masih mengedepankan ketidakjujuran.. Semoga generasi berikutnya bisa lebih jujur, Amin.. Salam blogger 🙂

  359. namename says:

    Maaf numpang komen,,
    Ada yg komen/mengatakan bahwa skolah yg melakukan kecurangan UN hampir 100%, memang terasa lebay, tapi memang bisa dimaklumi kata2 tsb karena kecurangan pelaksanaan UN tiap tahunnya tetap terjadi di banyak sekolah. Kalimat tsb hampir mirip dgn kalimat “hampir 100% para pejabat melakukan korupsi”, padahal tidak semua pejabat melakukan korupsi.

  360. qwerty says:

    cih…
    sok2 an pengen bkin UN “bersih”,apa bisa u dan segelintir orang ngelawan pemerintahan?
    selain demo emng bisa ngapain lgi????aksi mogok ngajar??
    sadar woy ini negara apa,UN itu cuma formalitas dari pemerintah bwat tmbahin korupsi nya.

    1. ... says:

      cih…
      perubahan di mulai dri hal” kecil terutama dri diri sndiri klo lu org terpelajar mestinya tau akan hal itu
      BEGO!

  361. Ridho Ismoyo Putra says:

    Saya salut dengan keberanian ibu untuk mengungkap semua ini. Memang harus ada satu metode untuk memutus mata rantai akar permasalahan ini, yaitu ketidakjujuran.
    Jadi teringat salah satu anime movie Detective Conan ke – 6 dengan judul “Baker Street no Dourei”(Inggrisnya, “Phantom Of Baker Street”). Film ini menceritakan tentang seorang anak yang menggunakan kelebihannya untuk me-reset Jepang karena Jepang tidak akan berubah jika generasi anak dibuat seragam, karena hanya akan mewarisi peran orang tua-nya (Yang orang tua-nya seorang politisi korup, anak-nya akan menjadi politisi korup. Yang orrang tua-nya sorang direktur rumah sakit yang hanya memikirkan uang, begitupun anak-nya).
    Hanya saja, jika di luar negeri, seperti Jepang atau Amerika, anak – anak-nya disekolahkan supaya menjadi orang tua-nya (semisal, seorang petani akan menyekolahkan anak-nya untuk menjadi petani seperti dirinya), sedangkan di Indonesia, jika keadaan ekonomi dan sosial orang tua-nya kurang mampu, mereka berusaha menyekolahkan anaknya supaya anak – anak mereka tidak menjadi seperti mereka (semisal, seorang petani akan menyekolahkan anak – anak-nya agar tidak menjadi seperti mereka).
    Inilah hal yang saya saluti yang dimilki oleh para orangtua Indonesia. Hanya, ini menjadi beban untuk anak, karena dituntut untuk menjadi lebih baik, tetapi dengan cara didik yang tidak lebih baik dari para pendidik di sekitar-nya, seperti orang tua dan guru.
    Jika tulisan saya kurang dimengerti, saya mohon maaf. Hal ini dikarenakan kemampuan saya dalam menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan tidak terlalu baik. Tapi karena saya membaca artikel ini, saya tertarik untuk berpendapat walaupun kemampuan menulis saya tidak terlalu baik.
    Saya sengaja tidak menyinggung UN karena pada tulisan saya sudah cukup mengungkap pernyataan saya tentang UN.
    Tidak semua anak bisa disamakan, karena anak selalu berada pada lingkungan yang berbeda.
    Jadi teringat lagi dengan perkataan teman saya 2 tahun lalu setelah UTS salah satu mata kuliah. Memang pada saat itu kesalahan dibuat oleh saya karena saya belajar pada saat genting(mau UTS) dan saya duduk di kursi terdepan(“Cari mati”, katanya). Saya dinasihati “Dho, kamu kenapa duduk di depan? padahal di belakang aja supaya bisa sama – sama(anda tahu maksudnya, lah). Saya tahu kamu ingin jujur, tapi ini masalah nilai. Kalau bukan karena masalah nilai, saya pun ga akan di belakang.”
    Mungkin sekian cerita yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan menjadi pembelajaran untuk semua pihak, baik diri saya maupun yang membaca.
    Terima kasih atas perhatian-nya.

  362. cinta says:

    aneh…di akhir tulisan dikatakan bahwa seluruh guru dan kepala sekolah di tempat ibu bekerja mendukung langkah ibu? secara tersirat di sekolah tempat ibu bekerja tidak melakukan kecurangan kan? lantas kenapa secara tersirat juga tulisan ini meng-klaim bahwa hampir semua sekolah melakukan kecurangan semacam ini?
    postingan ini tidak bermaksud menjelek2an sekolah lain dan memuji sekolah ibu sendiri kan? membangun ketidak percayaan kepada guru lain, dan berharap dirinya dipuji2???
    sangat memprihatinkan ketika nila setitik merusak susu sebelanga..
    NGGAK SEMUA GURU DAN SEKOLAH SEPERTI ITU!!!!

    seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan, bukan bagaimana cara untuk tidak meluluskan para siswa..
    sapras pendidikan aja ga bisa disamain satu tempat dengan yang lain, kualitas guru aja ga bisa disamain, cara evaluasi kok disamain..
    mendidik saja tidak, pemerintah yang memutuskan seseorang bisa lulus atau tidak..ckckck,
    LJK setipis saringan tahu aja ga dibenerin, mau ngurus kecurangan..
    indonesiakuuuuuuuu…..

  363. Setelah memperhatikan komentar2 anonim alias ID gak jelas di atas sungguh konyol, langsung menjudge, yang intinya “buktiin dong”,”awas ntar kena UU”. Komen kayak gitu kenapa gak pakai ID asli (id socmed, blog, or email)? 🙂

    Takut kena UU ya .. ??

    Lepas dari apakah cerita benar/tidak saya tetap prihatin ..

  364. kensutanza says:

    Harusnya langsung ambil bukti dan publikasi, terkadang cara represif memang perlu untuk dilakukan, biar sadar! Engga adil dong sama anak-anak yang belajar dengan serius.

  365. sweet jane says:

    Seneng rasanya masih ada orang2 ky penulis artikel ini.
    Saya bersyukur dan bangga

  366. Hanan says:

    Saya adalah peserta UN SMA 2013 kemarin. Saya cukup kaget saat membaca artikel diatas dimana ada sekolah yang menerima kunci jawaban. Saya kira UN tahun ini kita sebagai peserta UN memang dituntut jujur untuk mengerjakannya. Di sekolah saya sendiri TIDAK tersebar kunci ataupun bocoran sama sekali. Jadi setiap siswa mengerjakan dengan kemampuannya sendiri. Dan di sekolah kami juga mengajarkan ujian jujur.
    Ikut prihatin dengan adanya bocoran. Disaat kami tengah berusaha berfikir keras untuk mengerjakan soal ternyata ada sekolah yang enaknya nyebar kunci jawaban. Ini gak FAIR dan SPORTIF!

  367. sweet jane says:

    Seneng rasanya masih ada orang2 ky penulis artikel ini.
    Walaupun ditawari temen-temen berkali-kali, walaupun selalu ikut kelas tambahan karena nilai Try Out yang tidak cukup bagus, Saya bersyukur dan bangga melewati Ujian Nasional dengan jujur

  368. Anonimus says:

    Indonesia ini memang sudah bobrok, baik sistem pendidikan, hirarki ataupun moralnya. Saran saya hati-hati mbak, banyak pengungkap kebenaran justru di cap sebagai pengkhianat dan tidak bermoral, walau kenyataannya yang tidak bermoral itulah orang – orang yang sok membantu. Munafik dan menjijikkan. Orang orang yang jujur hanya bisa diam melihat ketidakjujuran

  369. gue says:

    keliatan banget ni tulisan pengen dicomment gini, ‘IBU HEBAT SEKALI, IBU KEREN SEKALI, IBU SATU2NYA GURU JUJUR DI INDONESIA, NGGAK ADA DUANYA…!!!’
    WOOOOYYY, GURU JUJUR NGGAK CUMA ELU DOANG!!! SOK2AN BANGET!!!!

    1. andrew says:

      bro or sis… ni guru bukan mau sok2an, memang byk guru jujur di luar sana, tp apa byk yg berani terang2an menolak sgala bentuk kecurangan? Pastinya tdk byk yg brani, krn dgn alasan takut, yakni takut dipindah tugaskan, takut di skors ga blh mengajar, dan byk lainnya, karna di negeri tercinta Indonesia, yg namanya org jujur dan menentang kecurangan pasti di musuhi.

      1. makan pagi says:

        bener bro andrew. banyak kasus seperti bu nonik namun dengan konteks yang berbeda. memang susah menjadi whistleblower di negara Indonesia. ujung2nya di musuhi. ckckckck

    2. Steven C. says:

      Saya suka dengan pendapat anda yg terus terang.
      Tapi, ada baik nya kalau bicara nya lebih sopan bro.

      Buat bu guru, sebenarnya itu bagus langkahnya.
      Tapi jujur aja, saya sendiri sebagai murid.
      Kalau lagi suasana UN, terdesak. Pasti pake itu kunci jawaban kok.
      Namanya UN, itu bikin murid ketakutan gk lulus.
      Doktrin seperti itu dari sistem pendidikan kita yg salah sebenarnya.

      3 tahun belajar, takut karena UN. Sia2.
      Ketakutan, keraguan juga musuh utama konsentrasi pas jawab soal. 😛

      1. aulia says:

        kalo lu udah 3 tahun bener2 belajar kenapa takut nyet? lu pikir lagi tuh lu 3 taun paling kebanyakan main doang makanya lu takut. UN itu buat mencegah orang2 kayak lu ini supaya ga malu2in sebagai lulusan SMA Indonesia. Sekolah kan dibuat supaya orang2nya terdidik, kalo orang2 didalemnya belum terdidik ya jangan dilulusin dulu lah

    3. ... says:

      halah lu guru yg ga prnh di puji ? ngiri? loser you

  370. anonim says:

    saya lulus sma tahun 2012 dan tidak pernah melakukan kecurangan sama sekali, sayangnya teman-teman yang juga jujur sedikit sekali jumlahnya, bisa dihitung jari.

    sakit hati sekali rasanya, saya justru malah di bully dan dijauhi teman-teman karena tidak ikut-ikutan membeli kunci jawaban uan. mereka bilang curang itu sudah biasa. lebih sakit hatinya, si ketua osis sampai sempat-sempatnya melakukan rapat beberapa minggu sebelum ujian dengan teman-teman seangkatan untuk mengkoordinasikan proses pembelian kunci jawaban dan bagaimana cara mereka mencontek nanti, bahkan hal ini juga melibatkan adek kelas dan sekolah-sekolah lain. si ketua osis mengetahui prosedur kecurangan dari kakak kelas, jadi hal ini sudah biasa terjadi dari tahun ke tahun.

    saya tidak tahu dari mana mereka beli kunci jawaban, yang saya tahu adalah proses mereka mencontek yang tersusun rapi. jadi begini, kunci jawaban sudah disiapkan oleh seseorang dari sehari sebelum ujian, kemudian dikirim perwakilan adek kelas disetiap sekolah yang ditugaskan sebagai “server”. setiap jam-jam terakhir sebelum ujian selesai, dimana si pengawas biasanya sudah mulai lengah (ngobrol, baca buku, main hape, bahkan ada yang tidur!), si “server” mengirimkan kunci jawaban via sms kesetiap nomor hape yang sudah terdaftar jauh-jauh hari.

    ya, hape memang tidak selalu disita, tergantung pengawasnya. apabila hape disita, mereka pun sudah siap dengan dengan kunci jawaban yang disalin di kertas kecil. mereka biasa menyalin kunci jawaban tiap pagi di halaman sekolah, lucunya guru-guru tidak pernah curiga, tapi saya yakin mereka hanya menutup mata. setiap sebelum ujian, kelas juga diributkan dengan pembicaraan teman-teman tentang rencana mencontek ini, mereka bisa memprediksi siapa yang mendapatkan paket ujian yang sama itu lah yang menjadi “partner” mencontek mereka. saat ujian pun pengawas kalah dengan “kecerdikan” anak-anak yang saling bertukar kertas contekan dari meja ke meja, ada yang pura-pura bertukar penghapus/peraut lah.

    sebenarnya, saya sudah tidak kaget kalo teman-teman saya akan mencontek pada ujian nasional, karena sehari-harinya di ulangan harian, uts, ujian semester, sudah biasa terjadi percontekan. guru-guru di sekolah saya malah sering mengucapkan kalimat yang sudah terkenal di telinga kami “ngga apa-apa nyontek asal tidak ketahuan”. saat ujian biasa, pengawas malah ada yang sengaja meninggalkan ruang ujian, dimana itu lah waktu penyontek “berpesta” saling bertukar jawaban.

    nilai saya selalu baik, sering sekali teman-teman berbisik-bisik memanggil nama saya saat ujian untuk menanyakan jawaban, tapi tidak pernah saya hiraukan. karena mereka sudah tahu saya tidak akan memberi contekan, ada saja yang matanya sering melirik ke kertas ujian saya, bagaimana pun saya “melindungi” kertas ujian saya (sampai konsentrasi mengerjakan soal terganggu), tapi herannya mereka bisa saja melihat. bahkan jika berhasil mencontek jawaban ujian saya, hal tersebut menjadi buah bibir dan kebanggaan bagi si pencontek.

    saya kadang menangis sakin kesalnya, nilai-nilai ujian mereka terkadang tinggi tanpa usaha belajar yang keras seperti yang saya lakukan. tidak adil!

    saya sudah beberapa kali melaporkan kejadian ini ke guru bp dan kepala sekolah, tapi lucunya mereka malah menyuruh saya sabar dan membiarkan mereka. bahkan ada yang menyuruh saya ikutan mencontek “supaya adil”, katanya 😀

    saat saya menceritakan kronologi pembelian kunci jawaban ke kepala sekolah sebelum ujian nasional, dengan “manisnya” si kepala sekolah menjawab bahwa hal tersebut tidak akan terjadi di sekolah ini, karena mereka sudah sering memberi penyuluhan tentang pentingnya kejujuran, bla bla bla.. XP

    lagi-lagi kepala sekolah dan guru “tidak mau ambil pusing”. mereka menutup telinga dan mata “demi mempertahankan nama baik sekolah” yang nilai rata-rata uan nya selalu tertinggi dan lulus 100%.

    apalagi tahun lalu, untuk masuk perguruan tinggi lewat undangan, yang menjadi kriteria adalah nilai rapot. anak-anak yang nilai rapotnya tinggi karena mencontek pun dengan “bangga” dan mudahnya masuk ke perguruan tinggi yang mereka impikan. ketahuan mencontek bukan lah hal yang memalukan lagi.

    semoga pengalaman saya bisa menjadi bahan evaluasi.
    terima kasih.

    1. chubby says:

      Waduuuhh… ada sj ketua osis, yg notabene calon pemimpin, malah pintar mengkoordinasi orang2 u/ melakukan kejahatan spt itu. Kalo nanti dia jd pemimpin besar, mau jd ap indonesia…

  371. saya dpt cerita dri saudra sendiri yg jdi guru ,dia pernah bilang kalau pihak sekolahnya /guru2 disekolhnya selalu mensortir dan mengisi jawaban2 murid setelh jawaban dikumpulkan,jdi untuk mengejar target kelulusan pihak sekolah memng tidak melakukan kecurngan apapapun selama un berlngsung tetapi mereka melakukannya setelah lembr jwaban dikumpulkan tnpa sepengetahuan siswa,,dan dia mengakui kalau tnpa bantuan dri sekolahnya maka nilai2 un siswa disekolhnya pasti akan jeblok,jdi mereka dngan sengja telah membohongi siswa2nya sendiri,ketika siswa2 mereka menganggap dirinya lulus tanpa kecurngan padhl dlm kenyataannya sekolah mereka telh melakukan kecurangan tanpa sepengetahuan mereka,dan saudara saya ini bilng kalau praktek seperti ini sdah wajar dan biasa terjadi di hampir semua sekolah di wilayahnya.

  372. :) says:

    ijinkan saya memberikan sudut pandang seorang siswa yang melaksanakan UN…
    1. Saya merasa bahwa sekolah mirip dengan penjara kami ibaratkan napi dan guru sebagai polisinya, ketika kami berbuat kesalahan yang dilakukan adalah kami menerima ancaman dan sanksi. sistem sekolah sekarang yang hanya mementingkan NILAI. guru-guru hanya mencari nilai dan bukan menimba ilmu untuk para muridnya…

    2. 3tahun lamanya saya belajar di sekolah beribu-ribu kertas kosong telah saya coret, berpuluh-puluh buku telah saya beli dan baca, 3 tahun adalah waktu yang lama rasanya aneh ketika 3tahun itu di samakan dengan 4-5 hari menjalani ujian apa gunanya beribu ribu kertas yang kami coret ketika yang bernilai hanya beberapa lembar,

    3. saya akui sekolah itu penting, penting untuk kami mencari pekerjaan dan memperoleh ilmu, tapi bisakah sekolah menjamin jika saya berhasil lulus Ujian Nasional dengan jujur dan memperolah derajat S1 saya bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah ?
    nyatanya saya lihat banyak sekali lulusan s1 s2 bahkan s3 yang masih menganggur… memang itu tergantung dari pribadi masing”
    yg mau saya katakan disini saya bersekolah menulis mengingat dan belajar hanya untuk mengejar gaji 5-10 jt perbulan dimasa depan

    apa sekolah berhasil membantu saya mengejar mimpi ?
    dengan bersekolah disaat saya mendapat ranking 1 sekecamatan , sepenjaringan, 1sekolah, saya telah menunjukan bahwa saya adalah budak yang paling pintar mengikuti semua kata” guru

    ketika saya mengingat dan mencatat semua kata” guru , murid-murid lain sedang menggambar dan berbicara tentang hobi mereka…

    sistem dunia ini sudah penuh dengan kebohongan dan kecurangan,
    kenapa baru sekarang anda berprotes pada hal ini ?
    toh ketika mereka lulus Ujian Nasional dengan nilai cemerlang tidak akan membantu mereka mencapai impian mereka, semua kembali ke pribadi masing-masing

    1. makan pagi says:

      hehee,, termasuk lulus dengan IPK tertinggi tidak menjamin seseorang diterima di perusahaan ternama yaa sob ? hehehe 😀 pissss ..

    2. aulia says:

      ngomong apa sh ente?
      1. yang menimba ilmu itu murid bukan guru. ngomong aja masih belom bener.

      2. kayaknya otak ente udah kebalik deh, coba dipikir pake logika dikit.
      ente KATANYA udah belajar 3 TAHUN, masa cuma diminta ngerjain soal selama beberapa JAM selama beberapa HARI ga bisa?
      ente KATANYA udah baca BERPULUH2 buku, nyoret2 di RIBUAN kertas (anak TK kali main coret2an), masa cuma disuruh ngerjain soal BEBERAPA lembar ga bisa?
      mau cari alesan apa lagi?

      3. ente kayaknya masih bingung sama tujuan hidup ente ya? kalo ente punya agama sih harusnya ente tau, apa yang harusnya ente lakuin. dapet gaji 5 – 10 juta? cetek amat kaya selokan tujuan ente

      1. makan pagi says:

        tapi guru juga menimba ilmu lohh ! sebelum jadi guru kan juga jadi murid dari SD sampai kuliah .. wkwkwkwk pisss sob mencairkan suasana .. hehehe
        kalau diterusin ga ada ujungnya. memang bingung siapa yang harus disalahkan atas fenomena yang terjadi seperti ini.

      2. pandi says:

        ga usah diomelin om.. kalo emang mindset siswa gitu. berarti pada kenyataannya sekolah gagal membangun mindset siswa yang lebih baik, yang murni membuktikan bahwa knowledge is power.

    3. ibu says:

      1. for your info, sistem kelulusan sekarang, nilai UN hanya memberi kontribusi beberapa persen saja. sisanya adalah nilai rapot dari kelas 2 dan ujian sekolah.

      2. jadi menurut anda gaji 5-10 juta per bulan itu kecil? Bagaimana dengan tukang-tukang jualan, pekerja-pekerja kasar? Gaji mereka hanya sekian ribu sehari dan mereka bersyukur.

      Nak, banyak orang di dunia ini yang tidak bisa bersekolah, padahal mereka ingin, mereka ingin pintar agar bisa maju.

      Sementara Anda, sudah disekolahin susah-susah malah tidak bersyukur?

      Saya akan sedih kalo jadi orang tua Anda, bekerja siang malam untuk pendidikan anaknya malahan anaknya mengeluh bahwa sekolah tidak berguna.

      Bersyukurlah, nak.

    4. Mimih says:

      Hmmm… kamu bohooonnnggg yaaaa??? Ga mungkin ada orang yg pinter sekecamatan punya pikiran kayak begini. Orang pinter melihat temennya gambar2 ya ga ambil pusing. Kata orang tua dulu ya… Ilmu itu warisan sampai mati. Buat bekal hidup sendiri, syukur2 bisa ditransfer ke orang lain. So, bohoongg yaaa?? Wkwkwk..

  373. alta rosa says:

    Kejujuran tidak bisa ditawar, jangan ditawar!!!….dan jujur itu harus

  374. akhid says:

    UN = Ujian Ngapusi kah?

  375. Hoho says:

    Duh maaf ya semuanyaaa,emang kalian yakin tuh sekolahnya 100% jujur?atau mungkin emang sekolahnya jujur tp teman2 kalian?apa jujur?anda yakin mereka jujur?hellooooo ini berapa ya???100000001 macam cara biar bs nyontek tanpa hrus ketahuan,anda mungkin tdk tahu karna ya mungkin ada kuper atau apalah,tp gakmungkin gakada sekolah yg anaknya gakpake contekan walau hanya satu org,walaupun emang cuma tuhan yg tau,tp memang hal seperti itu yg terjadi dilapangan,lagi pula memang gak 100%kesalahan siswa tp memang sistem pendidikan kita yg udah bobrok sejak lama yg membuat para pelajar berbuat seperti itu

  376. momo :) says:

    Saya juga penah ikut un kok dan saya bukan siswa yang pintar juga 🙂
    tapi ya pas jaman2 kelas 3 ya mau ngga mau belajar soalnya kan mesti persiapan buat snptn, dan pas UN saya ngga ngrasa kesulitan tuh bahkan ada yang baru setengah jam ane udah beres bukannya sombong ya ngga ada yang kenal sama ane juga kan 🙂
    Jadi statement kalo UN nyusahin ya saya bilang merekanya aja yang malesnya kebangetan dan saya rasa bagi yang mau belajar soal2 un itu basic banget tau istilahnya tinggal masuk rumus 🙂

    Terus yang ente bilang kalo sekolah ibarat neraka dan polisi ibarat polisi ngeri banget kayaknya 🙂 emang ente sekolah dimana? sekolah itu hal paling menyenangkan kok dan saya rasa standar sekolah di indonesia ngga buruk2 amat kok menurut ane kalo ente mau mbandingin sama finlandia jelas beda dari segi pendekantannya juga jelas beda 🙂 tapi ngga jelek2 amat menurut ane :). dan selama ente ngikutin sistem yang ada ngga neko2 ane bilang fine2 aja tuh 🙂

    Ente bilang udah sekolah tiga tahun masak sih cuman ngerjain soal yang gampang gitu nggak bisa? yang lain pada bisa loh banyak malah yang dapet 10 serius 🙂

    Emang anda sekolah tujuannya cuman pengen dapet pekerjaan dangkal amat namanya sekloah itu untuk pengembangan diri, kalo kerjaan mah ngga usah dicari udah kayak jodoh kalo anda berkualitas anda akan dapat pekerjaan yang berkualitas dan sebaliknya. atau mungkin anda akan nyiptain banyak pekerjaan who knows?

    Yang anda tuliskan ini petikan dari pidatonya salah satu lulusan terbaik univ di amerika kan ane juga nonton kok videonya 🙂
    Memang iya kalo pendekatannya seperti itu kita semua juga budak kita mengikuti aturan, nilai2 apapun itu termasuk nilai agama. Jadi kalo kita memakai pendekatan yang menganngap semua orang yang patuh terhadap suatu aturan adalah budak, maka para pemuka agama adalah budak terbaik dalam urusan nilai agama iya kan 🙂 jadi masalahnya apa? “budak” hanya sebuah istilah disini tapi di masyarakat mereka dihormati bukan? anda dengan juara satu anda dihormati bukan? dan itu hal yang layak mereka dapatkan atas pencapaian mereka :).
    Jadi ngga ada yang salah dengan istilah “budak” disini 🙂

    Kemudian yang terakhir apa iya karena semua dunia telah hitam kotor kita mesti jadi bagian dari kekotoran itu? Tidak bukan dan saya percaya kok masih banyak diluar sana yang masih lurus jalannya. Dan memang iya dengan nilai UN yang tinggi tidak akan menjamin masa depan mereka tapi setidaknya pada titik itu mereka yang nilai UNnya lebih tinggi lebih baik dari mereka yang nilainya pas2an atau bahkan yang tidak lulus 🙂

    Simple kok intinya tuhan itu maha adil iya bukan 🙂 jadi percaya aja ngga mungkin bilamana kita sudah berusaha lebih keras hasil yang kita dapatkan lebih buruk 🙂

  377. Pegawai Luar Negeri says:

    1. emang UN dimulai hari minggu ya? ko tanggal 14? 😉
    2. “pendidikan menengah dan atas? SMP dan SMA maksudnya? Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas? atau emang SMA dan Perguruan Tinggi?
    3. itu serius pake kata-kata “dipolisikan?” wew, kejamnyaaaa, padahal yang saya tau seorang pengawas dituntut untuk tidak “menekan” atau “terlalu keras” serta melakukan hal-hal yang mengganggu konsentrasi, kenyamanan dan ketenangan didalam ruang ujian apalagi sampai membuat siswa terganggu mental dan psikisnya, untung itu anak kuat mentalnya jadi gak drop diancem gitu,kalo siswi saya yang digituin udah pasti langsung keluar dan nangis lalu pingsan, haha…

    Jangan terlalu Idealis lah, saya jujur kalo UN dulu pun saya tidak sepenuhnya “jujur” bukan berarti saya memiliki lembar kunci jawaban tapi saya lebih memilih bertanya kepada teman yang dibelakang saya jawaban dari soal yang saya sama sekali tidak bisa, Hanya beberapa nomor saja loh gak seluruhnya. sebuah hal yang wajar gak sih kalo ketika kita tidak bisa itu bertanya kepada yang lebih bisa? sama ketika Kita dapat Ujian Dari Tuhan, ketika kita sudah tidak sanggup lagi menghadapinya, maka kita secara “manusiawi” akan meminta tolong atau bantuan orang lain dan yang lebih sesat lagi kita minta tolong dan bantuan kepada Setan, hehe…

    ada cerita gini : ibu sama anaknya yang abis ujian,
    Ibu : udah pulang nak?
    anak : udah bu
    ibu : bisa ngerjainnya?
    anak : susah bu
    ibu : makanya belajar
    anak : kan udah bu, tiap malam ibu ndak liat saya belajar sampai larut?
    ibu : iya ya, lalu apa yang susah?
    anak : ya kalo emang saya gak bisa ya mau diapain bu, saya sudah berusaha sebaik-baiknya tapi emang kenyataannya soalnya susah dan saya benar2 gak ngerti, dan saya takut mengecewakan ibu kalau saya tidak lulus karena ibu sudah susah payah menyekolahkan saya maka dari itu tadi saya nyontek aja bu jawaban teman. (sambil nyengir)
    ibu : cah gemblung …

    ada semacam TANGGUNG JAWAB BESAR YANG DITANGGUNG DIPUNDAK PARA SISWA/SISWA itu yang membuat mereka berusaha sebaik mungkin, karena sifat manusia berbeda-beda jadi ya berbeda pula usaha yang mereka lakukan ada yang berusaha dengan sekuat tenaga belajar dan mengikuti bimbingan belajar disana sini serta mengerjakan soal ujian sendiri, ada yang belajar sendiri dirumah dengan tekun tapi karena emang kemampuan otaknya yang terbatas akhirnya dia nyontek karena takut tidak lulus, dan macam-macam lainnya. ya, mereka melakukan itu semata-mata hanya karena 2 kata ” HARUS LULUS” dua kata yang amat berat untuk ditanggung karena pada kenyataanya KELULUSAN Mereka ditentukan dari PAKET SOAL YANG BUKAN DARI GURU MEREKA SENDIRI YANG MENGAJAR MEREKA SETIAP HARI tapi dari ORANG LAIN DAN DISAMA RATAKAN SEMUA SOALNYA seperti si pembuat soal itu yakin bahwa Semua Murid Di Indonesia memiliki tingkat kecerdasan diatas Albert Einsten dan guru yang mengajar setingkat dan sekompeten BJ. Habibie 😀

    kunci jawaban itu emang udah 100% terbukti kebenarannya, sama dan cocok dengan jawaban dari soal yang diujikan?kan belum di cek dan ricek dulu, kalo memang terbukti ya tidak ada salahnya melakukan Ujian Ulang jika memang “kejujuran” dan “idealisme” di junjung tinggi, toh dari awal proses persiapan Ujian Nasional pun sudah menerapkan pola dan konsep “ketidak jujuran” mulai dari Pemerintah Pusat sampai Dinas Pendidikan Kota/Daerah entah itu dari segi anggaran dan biaya atau dari segi “hal basah” lainnya, kalau ternyata kunci jawaban itu tidak cocok dengan soal yang diujikan kenapa musti diributkan? nah itu jadi tanggung jawab si anak mau-maunya “dibodohi” orang lain yang mengakibatkan dirinya sendiri mengalami hal yang tidak diinginkan. 😀

    Mana ada sih guru atau sekolah yang mau anak muridnya TIDAK LULUS hanya karena sistem pendidikan Indonesia yang amburadul ini, semua sudah “terlanjur” dan jadi hal yang “wajar” karena para guru mungkin hanya berniat membantu walau salah, demi, sekali lagi DEMI ANAK DIDIKnya LULUS Ujian Nasional yang Kompetensi dan kredibilitas serta manfaatnya bagi siswa/siswi “masih diragukan”
    ooh iya itu saya baca komentar kok lucu ya “kalau ada anak didik kita sudah tidak jujur dalam mengerjakan ujian lalu nanti dia sukses maka akan muncul Koruptor-Koruptor baru”, gak abis pikir saya kok bisa ya ada hal lucu kaya gini, hahaha.. ups, aduh pak/bu, emang kita Tuhan yang udah tau masa depan si anak kaya apa -___-”

    untuk sekolah saya, sebelum Ujian sudah ada kontrol mengantisipasi kejadian seperti yang terjadi di sekolah tempat anda mengawas ini. dan kebetulan, Alhamdulillahnya ketahuan sebelum kejadian, kami para stake holder dan civitas akademika disekolah kami aktif dalam mengontrol “tingkah laku” para siswa/siswi sehingga akhirnya menemukan keganjilan dan laporan bahwa murid-murid kami sedang melakukan negosiasi pembelian paket Jawaban Soal Ujian dan kami pun menindaklanjuti hal itu dengan memberikan peringatan dan pengarahan kepada murid-murid kami dan pelaporan kepada pihak yang berwajib. 😀

    Kebetulan saya bukan guru hanya pesuruh Tata Usaha saja yang sebulan sebelum Ujian ini berlangsung sudah berjuang dengan data-data dan nilai-nilai serta permintaan-permintaan akan Data-Data peserta Ujian Nasional, manusia dibalik layar yang paling tidak dianggap jika ada HAJATAN UJIAN NASIONAL dan manusia biasa yang banyak salah dan khilafnya. Sudahlah jangan terlalu idealis, toh mereka juga anak-anak kita yang harus kita perjuangkan walaupun dengan cara salah 🙂

    Kejujuran dalam proses Ujian Nasional ini bukan suatu hal yang harus diperbincangkan sebenarnya, tapi sesuatu yang harus “dipelajari” lebih lanjut, toh diri kita sendiri pun belum tentu jujur, jadi PNS itu gak murah kan ya? hehe… karena setau saya di kota saya untuk jadi PNS itu harus mengeluarkan biaya sekian puluh juta dan hal ini aja gak disinggung-singgung kaya masalah “kejujuran” di Ujian Nasional, mungkin di kota anda lebih murah atau tidak ada praktik pengangkatan PNS seperti di kota saya 😀
    Jujur saja sama diri sendiri, Jujur sama Keyakinan masing-masing, Jujur sama Tuhan masing-masing dan Jujur sama Negara dan bangsa ini, penilai Kejujuran paling berhak ya Cuma Tuhan Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia hanya mampu saling mengingatkan bukan menghakimi atau menyalahkan 🙂

    mungkin banyak yang “menyinggung” dari pendapat saya, tapi itulah saya, maaf jika itu terjadi, saya hanya manusia yang banyak “tidak jujurnya” ketimbang “jujurnya” dan banyak salahnya daripada benarnya 🙂

    1. fajaws says:

      selalu ada pilihan untuk menjadi idealis, pragmatis, atau bahkan apatis.
      saya pilih yg tengah2 saja spt anda 🙂

  378. Sudah dua tahun ini saya menjadi TU di salah satu sekolah dasar. setelah dua tahun terjebak dalam sistem sepeti ini. saya melihat dan mendengarnya. sebuah kecurangan sebuah ketidak jujuran. tepat setelah waktu ujian habis, guru yang di tunjuk kepala sekolah sibuk mengamankan lembar jawaban, dan kemudian lembar jawaban tersebut lah yang di sulap, sehingga jawaban tidak sampai setengahnya salah. hampir satu kecamatan di lingkungan saya berada melakukan kecurangan tersebut. tapi saya membiarkannya, saya mengamininya. saya tidak melakukan apa apa. hati terus berontak tapi tak mampu bertindak. .

  379. Rohman says:

    Semua kembali pada pribadi masing2…. Tahun 1996 juga sudah terjadi yg demikian, dg bentuknya yg sedikit beda…. Teringat betul ketika diberikan arahan oleh guru kami..yg intinya harus “kerja sama” (kala itu namanya msh EBTANAS)… agar peringkat sekolah bisa naik…
    Mudah2an cukup sekali itu beliau lakukan yg demikian… karena bagaimanapun, beliau adalah sosok yg kami hormati….

  380. irwan says:

    emang begitulah pendidikan di indonesia, SUCK, jangankan murid, saya aja pernah menjadi pengawas ujian untuk guru-guru, malahan lebih vulgar nyonteknya, tanya kanan kiiri kayak ga ada yang jagain. itu guru, yang semestinya memberi contoh yang baik, pantas aja kl muridnya kayak gitu, 3 tahun belajar dari kelas satu sampai kelas 3, kemudian ujian tiba yang cuma seminggu, dikasih bocoran jawaban, kl gitu caranya ga usah sekolah , langsung aja ikut ujian. Begitu murahnya ijazah, cuma seperti sampah yang tidak ada nilainya. Jadi jangan heran kl ijazahnya SMA tapi cuma jadi babu di negeri sebrang. Mending ga punya ijazah tapi bisa membuat usaha yang menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan GNP pemerintah, dan yang paling penting mempunyai mental pejuang. Jangan takut, ga lulus, jangan takut ga dapet ijazah, takutlah kalau tidak jujur. tidak jujur tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga menipu diri sendiri, merusak mental,. Malangnya ketidak jujuran yang berlaku dalam pendidikan di indonesia ini digerakkan oleh “SISTEM” , secara serempak dan terorganisir, sehingga tidak bisa menyalahkan seorang siswa yang mencontek. Kalau anak anda ingin selamat dari sistem yang telah menjerumuskan bangsa ini selama 30 tahun, mending keluar dari “SISTEM”, sistem yang digerakkan oleh orang-orang sakit yang tidak bisa dipercaya. bisa home schooling, pesantren terpadu, dlsb yang bersih dari sistem sakit seperti ini yang akan merusak anak anak anda. Coba bandingkan dengan sistem pendidikan di Finlandia : http://mediaonlinenews.com/dunia/firlandia-negara-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia

  381. andrean says:

    saya sebagai pelajar mungkin kurang setuju dengan adanya pengawas seperti ibu. coba bayangkan kami bersusah payah mengejar ilmu 3 tahun. hanya ditentukan dengan waktu 4 hari. yang benar saja.
    saya mengerti anda bu, tapi mohon jangan jadikan ruang ujian seperti kadang harimau yang harus tegang.

    catat saja siswa yang mencontek, nanti siswa tersebut akan mendapat hukuman dari belakang. tidak dihakimi dikelas seperti yang tertulis diatas.

    peserta ujian juga membutuhkan suasana yang menyengankan bu. supaya mendapat konsentrasi yang maksimal. tidak dirundung ketegangan dari mata pengawas.

    mohon maaf dan terimakasih.

  382. Nursyamsi says:

    Inilah salah satu potret pendidikan, semua bisa dimanipulasi, alasan yang klise dipakai adalah menolong siswa, padahal sebenarnya mencelakakannya….

  383. saya sebagai pelajar mungkin kurang setuju dengan adanya pengawas seperti ibu. coba bayangkan kami bersusah payah mengejar ilmu 3 tahun. hanya ditentukan dengan waktu 4 hari. yang benar saja..
    saya mengerti anda bu, tapi mohon jangan jadikan ruang ujian seperti kadang harimau yang harus tegang.

    catat saja siswa yang mencontek, nanti siswa tersebut akan mendapat hukuman dari belakang. tidak dihakimi dikelas seperti yang tertulis diatas.

    peserta ujian juga membutuhkan suasana yang menyengankan bu. supaya mendapat konsentrasi yang maksimal. tidak dirundung ketegangan dari mata pengawas.

    mohon maaf dan terimakasih.

  384. Abdullah says:

    ..sudah..sudah Bapak/Ibu Guru/Pendidik/Siswa/Alumni sekolah masing-masing,kita jangan terus malah menyalahkan,meng-judge satu sama lainnya,menyerang,merendahkan,atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji…Bapak/Ibu Guru/Pendidik/Siswa/Alumni sekolah benar semua dengan argument masing-masing(semua berjuang untuk menyikapi kecurangan/didikan kepada semua siswa yang tidak semestinya)…marilah kita sedikit demi sedikit memberikan usulan/masukan untuk tidak melakukan kegiatan seperti yang dituliskan dari artikel diatas,saya OPTIMIS Bapak/Ibu Guru/Pendidik bisa untuk menjadikan Generasi Indonesia menjadi lebih baik ditangan orang-orang JUJUR seperti Bapak/Ibu Guru/Pendidik/Siswa/Alumni sekolah sekalian,(bagaimana caranya kita bersatu untuk memerangi tindakan tidak terpuji tersebut)……marilah kita BERJUANG bersama-sama!…terima kasih untuk semuanya!!!!!!

  385. darkstar says:

    Gila, panitianya sampe ngedarin kunci jawaban! edan! Salut buat keberanian Bu nino! Hebat bu!

  386. BERANI JUJUR HEBAT…….

  387. andribramasta says:

    sebenarnya pemerintah dalam hal ini kemdikbud sudah tahu, oleh karena itu mereka memetakan ada 3 kategori sekolah dalam pelaksanaan UN. Sekolah putih artinya tidak ada kecurangan, sekolah abu-abu artinya separuh nyontek separuh nggak, sekolah hitam artinya seluruh peserta di sekolah itu nyontek semua. tapi mengapa tetap diteruskan? menurut saya (secara subyektif) karena UN adalah megaproyek trilyunan rupiah, sayang bagi mereka kalau dilepaskan.

  388. leyndhah says:

    kecurangan itu juga terjadi karena ketakutan dari siswa siswi sendiri.
    seandainya kita, murid guru maupun seluruh elemen bisa bekerja sama dengan baik, insyaAllah ga akan pernah terjadi hal demikiian.
    saya ikut UNAS tahun 2009. berarti 4 tahun lalu. saya sebenarnya, hampir tidak percaya bahwa ada hal demikian pada pendidikan saya. tapi nyatanya ada.
    gimana g siswanya bisa curang, kalo gurunya ngajarnya monoton?
    gimana g curang kalo gurunya sering g masuk?
    gimana g takut kalo 3 tahun sekolah, dibayarnya sama 5 hari unas? *jaman dulu cuma itu penentu kelulusan*
    seandainya ada yang lebih efektif ketimbang unas, saya lebih memilih jalur itu.
    karna demi Allah, sangat teramat semakin melemahkan mental anak2 didik
    sepertinya memang unas sudah kurang tepat lagi ditetapkan sebagai tolak ukur kelulusan siswa siswi SMA maupun SMP.
    *menurut saya sebagai siswi yang pernah terlibat didalamnya 🙂
    CMIIW

    bapak ibu,
    PERUBAHAN diperlukan kan, untuk menandakan kita HIDUP
    semoga segera ada
    :))

    1. saya setuju dengan pendapat anda.

  389. sofyan says:

    kejadian seperti diatas mungkin sudah biasa di sekolah-sekolah yang ada di kota, saya sangat yakin 85% sekolah melakukan hal yang sama. tapi bukan itu fokus masalahnya, semua sekolah punya kekhawatiran terhadap anak-anaknya pada UN. buat saya kalau UN tidak ada maka tidak akan ada juga kejadian seperti diatas. Hapuskan UN dan kementerian pendidikan fokus untuk memperbaiki kuriikulum agar kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

  390. Joni says:

    Yah begini jadinya kalo sok idealis…banyak yg komentar gak perlu, kalo guru tahun sebelum & pasca kemerdekaan masih OKlah…lha jaman sekarang? tahun 80an saja guru sudah bisa menganiaya murid hanya karena PRnya banyak salah.., sudah merasa superior oknum itu….sampai tahun 2013 pun lebih parah lagi, peraturan dibuat sesulit2nya supaya murid mudah tersandung pasl..buat apa? buat menciptakan kantung2 uang tambahan. Padahal berapa gaji guru sekarang dibandingkan kebutuhan hidup rata2 ? sudah berlimpah dgn macam2 tunjangan, sdh bergaya bukan sebagai guru lagi layaknya mereka..Tidak tergambar citra mereka sebagai guru seorang pengayom & pelindung. Buktinya..??? baca cerita diatas baik2.. : “Kertasnya bawa sini. Ibu mau lihat itu kertas apa. Kalau tidak mau, Ibu polisikan kamu!”

    Ini guru atau pengacara?

    Tulisan diatas hanya seperti CURHAT minta pembenaran, ciri manusia egois…
    Coba anda lihat dari 2 sisi ya mbak…sisi anda sebagai guru mungkin benar menurut anda, lha kalau dari sisi murid & orangtuanya?

    Tugas guru menciptakan manusia yg beradab bukan menciptakan monster, manusia dgn penuh dendam…Apa yg anda lakukan akan diingat sepanjang masa, bahkan sampai mereka dewasa & mampu melakukan seperti yg anda lakukan sekarang.

    Apa yg sdh anda lakukan mungkin menyakitkan hati orang lain yg akibatnya pada saatnya nanti mungkin sdh terlambat, krn diwaktu anda bertemu murid anda & dia sudah mampu melakukan apa yg anda bisa lakukan sekarang, sedangkan anda sdh tidak mempunyai kekuatan..maka anda hanya pasrah masuk kedalam karung & dibuang ke sungai.

  391. sin sitter says:

    untung saya cuma 5 tahun ngajar di sma
    setelah itu resign
    😀
    hati nurani gak bisa dibohongi
    nangis sampe mati juga percuma 😀
    karena yang bertolak belakang itu
    yang mengisi perut, darah … hati
    😀

  392. rischan says:

    haduh2 klo dari kecil aj dah diajarin kek gitu, gimana besok gedhenya ya?

  393. M Nur Wakhid says:

    ADA TUH SEKOLAH YANG MSIH MENG GUGU KEJUJURAN WALAOPUN 1 /1000 …LIAT AJA DI SEBELAH TIMUR LAMPUNG TIMUR ADA SEKOLAH YANG GA TAKUT DENGAN PAKET UN WALAU BERAPAPUN PAKETNYA …..YANG TERGOLONG MASIH MUDA TU SEKOLAHAN KURANG LEBUH BARU 3 KALI NGLULUSIN

  394. bisnisman says:

    untung ga di awas si ibu yg bikin blog ini.haha

  395. wawan says:

    Kita hidup di negeri yang sedang merangkak, ngesot ke level yang lebih tinggi, pasti akan banyak ujian didalamnya, dunia pendidikan jadi tonggak dasar proses ini, kita pasti terhenyak dengan kenyataan bobroknya pelaksanaan system pendidikan kita, ingat..pelaksanaannya bukan systemnya, melawan kultur kecurangan dan yang sudah tertanam cukup dalam memang bukan tindakan mudah, namun itu harus dilakukan, hargai saudara kita yang berani mengungkap kenyataan itu, tidak dengan membahas artikulasi dan terminology persuku kata yang digunakannya, tapi dari esensi informasi itu sendiri, sehingga tidak membelokkan point permasalahan pada pembelaan individual dan institusional yang tidak berujung…. karna yang jauh lebih urgent adalah bagaimana feedback seperti ini tersampaikan pada pemegang kendali system pendidikan Indonesia, dan bukan saling hujat atas pernyataan individual, marilah sodara sodaraku, Indonesia membutuhkan anda anda yang berhati mulia mengawal pelaksanaan system pendidikan Indonesia yang bermoral dan berkualitas, jauh lebih bermakna jika hal ini tertuju pada pemerintah, supaya pendidikan kita tidak dijadikan komoditi dagang ataupun dipolitisir, generasi kita begitu potensial untuk membangun negeri ini menjadi besar…

    1. saya setuju dengan anda. tapi perlahan. jangan dipaksakan. hal tersebut malah menjadikan siswa down, gugup. sebaiknya dilakukan yang saya utarakan diatas.
      saya pelajar. yang merasakan UN tahun ini.
      jadikan UN sebagai hal yang menyenangkan. tapi juga menentukan nasib siswa.

      MENCONTEK, biarkan..
      ketika UN selesai, tahan dulu siswa tersebut. tanpa sepengetahuan siswa lain. jangan menghakimi siswa tersebut saat UN dilaksanakan. ini menyangkut mental siswa, Sdr. Wawan.

  396. neysa says:

    widih bener yakin semua sekolah 100 persen?? fakta atau opini ??

  397. neysa says:

    okay , mungkin anda lebih mementingkan un dilakukan secara jujur dan anda menganggap sekolah anda 100 persen jujur. namun , apa anda yakin selama 3 tahun mereka semua melakukan uts uas dan ujian bulanan dengan jujur? kayaknya setiap murid pasti pernah deh *walaupun sedikit saja

  398. HAPUSKAN UN says:

    yaelah..
    Baru jadi pengawas ajah udah SOK SYOK.. ngeliat anak nya nyontek..
    lu gak mau nyelametin anak murid lo..?
    ya enak..

    lo kan PNS…

    makan gaji BUTA…
    gak ngeliat kondisi anak yang penting NGAJAR.. dan dapet DUIT!
    BEGONYA guru PNS gitu!!

    mending SWASTA!!!

    1. -_- says:

      halah plgan klo murid lu slh stu yg curang klo lu gru lu slh stu yg berbuat ga bnr boooo klo anak pinter sih pinter aje y ilmu ga cuma di dpt dri gru tpi dri buku jga cups #notinterested

  399. ayahebocah3 says:

    Sudah belasan tahun saya selalu jadi salah satu anggota panitia UN di sekolah, meskipun dipinggiran yg mungkin mnrt orang sangat jauh dari favorit, tapi nyatanya tidak pernah ada tim sukses seperti yg sering dimuat teman2. selalu ditanamkan pada diri siswa hanya Tuhanmulah yang bisa membantu di saat kau mengalami kesulitan, maka mintalah petunjuk dariNya saat kau mengalami kesulitan dlam menjawab soal UN. kalaupun ada siswa kami yg mungkin ikutan tergiur dengan oknum penjual kunci UN sy tidak tahu, karena selama ini tidak ada laporan dari pengawas ruang UN yg komplain kalau ada siswa saya curang, padahal kami tidak pernah melakukan service istemawa kepada pengawas ruang un, agar lunak dalam mengawasi un. mendengar ada sekolah yg bermain gituan rasanya koq tidak rela ya ? meskipun kunci un yg beredar perlu dibuktikan kebenarannya

  400. Anonim says:

    Saya ikut UN tahun 2011, jadi ngga merasakan shenanigan yang terjadi tahun ini, walaupun waktu itu saya kelinci percobaan juga, pertama kali 5 paket dalam satu ruangan. (Yang mau bilang ‘booo….’ karena tahun ini 20 paket, tahan ya. Saya juga ngga terlalu setuju kok dengan jumlah paket sebanyak itu dalam satu ruangan. Pertimbangannya, kasihan siswa-siswinya, ada yang dapat soal susaaaah sekali, ada yang gampaaaang sekali. Ini kesaksian adik saya sendiri yang ikut UN tahun ini.) Jadi komen ini dari sudut pandang peserta ujian.
    Sedih dengernya banyak kecurangan waktu UN. Saya sendiri belum pernah menyaksikan sendiri kecurangan yang dilakukan oleh pihak panitia dan sekolah. Puji Tuhan, SMA saya dulu tidak melakukan kecurangan seperti yang diceritakan di atas. Tapi kalau dengar ada yang beli kunci jawaban atau ada soal ujian bocor, rasanya di hati kayak *jleb* gitu. Banyak siswa-siswi yang belajar susah-susah supaya ujiannya lulus dengan nilai semaksimal yang mereka bisa, dan ternyata ada orang lain yang ngga perlu susah-susah bisa dapat jawaban. Rasanya, ya…. *jleb* *jleb* *jleb*
    Padahal UN sekarang (dan waktu itu) cuma 40-60% saja dari nilai akhir yang menentukan nilai kelulusan. Jadi nilai-nilai rapor yang selama 2-3 tahun kita kumpulin itu bukannya ngga ada gunanya. Kelulusan juga ditentukan dewan sekolah (kalau saya ngga salah ingat), bukan semata-mata lulus UN atau tidak. Sekarang tidak se-black-and-white itu. Tapi yang curang masih ada aja. Rasanya ya, keki juga.

    Wah, saya jadi ngelantur ya? *huff* Saya memang begini sih. Daripada ngelantur, saya sudahi di sini saja dengan sebuah kesimpulan. Laporkan saja kasus ini. Ketidakjujuran ini bukan hal yang lumrah atau wajar. Tidak adil bagi sekolah-sekolah dan siswa-siswi yang lain. Dan jangan sampai ketidakjujuran menjadi wajar. Kalau sampai itu jadi wajar, hancur sudah dunia pendidikan di negeri ini.

  401. kejujuran, begitu mahal..

  402. defantri says:

    Izin copas ya, sumber terlampir….

  403. 123 says:

    Saya peserta UN 2013, dari awal kelas 3 kita bener-bener pada takut sama yang namanya UN. Tapi guru-guru kami sabar dalam mendidik kami. Perlahan tapi pasti, akhirnya semua SKL sudah dibahas. Guru-guru meyakinkan kami bahwa pake kunci UN itu bukan suatu jawaban dari segala kesulitan. Nilai jelek tapi murni itu lebih mulia daripada tidak jujur dan nilainya bagus. Sebelum mulai UN, kepala sekolah saya sendiri yang memandu kami berdoa dari tengah lapangan. Saya salut sama guru-guru sekolah saya yang bener-bener berjuang untuk kebaikan anak didiknya dengan jalan yang halal. Walaupun gonjang ganjing tentang RSBI dan sekoolah gratis, mereka sama sekali tidak terpengaruh. Sekolah berjalan seperti biasa, AC dan berbagai fasilitas juga tidak sampai dicabut karena mereka gigih mencari sponsor. Dan mereka akan menjadi saksi bagi kami untuk mengubah Indonesia yang lebih baik. Walaupun jumlah kami hanya segelintir, kami siswa siswi Indonesia yang JUJUR akan berusaha yang terbaik demi bangsa Indonesia.

    Kalo anda menganggap bahwa 100% sekolah nggak jujur, mungkin maksud anda 100% siswa di sekolah anda ngga jujur. jangan samakan sekolah yang lain bro.

  404. Satria says:

    Geram rasanya…. namun apa daya? Oh negriku…

  405. well.. PNS?

    udah terlanjur masuk sistemnya kayak gitu, kalo ga ngikutin silahkan jadi guru di swasta atau buka sekolah sendiri. kalau tahu cerita awal UN itu ada dan jika dibandingkan dengan sekolah2 di indonesia yang tingkat marjinalitas tinggi (bukan KOTA2 BESAR) mungkin anda agak sedikit luluh. Idealisme memang layak dipertahankan tapi di dunia birokrasi masih ada batasan2 yang ga bisa ditembus. Kalo gak bisa maju kedepan untuk masalah UN, coba untuk tahun depan (kalau anda masih tetap mengajar) silahkan doktrin murid2 anda sedini mungkin tentang kejujuran di UN.. itu yang saya lakukan, walaupun pada saat hari H tak terbendung juga, dan jadilah guru yang sesempurna dan seideal mungkin sesuai dengan idealis anda saat anda mengawas UN 😀

  406. Naufal says:

    I think, penulis punya prinsip yg bagus.
    Boleh jadi memang kecurangan telah merajalela, tapi tak ada salahnya berpegang teguh pada prinsip yang memang benar menurut nurani 🙂

  407. eci says:

    UN thn ini banyak yang mengeluh soalnya susah, utamanya fisika n biologi, anak saya bilang soal tidak sesuai dgn SKL (Standard kompetisi kelulusan), kok bisa ????

  408. NO NAME says:

    YANG INGIN SAYA GARIS BAWAHI DISINI ADALAH, SEBEGITU BUTA DA BODOHNYA KAH ANDA YANG MAU MENJADI ANTEK ANTEK POLITIK? TIDAK SADARKAH ANDA BAHWA SEBENARNYA UJIAN NASIONAL DI NEGARA INI SUDAH SEDEMIKIAN DIPOLITISASI DAN DIBUAT SISTEM YANG MEMAKSA KITA UNTUK CURANG?
    COBA ANDA PIKIR DENGAN HATI NURANI. SISWA MELAKSANAKAN UN DENGAN PENUH TEKANAN FISIK, MENTAL, BEBAN, DAN RASA TAKUT LUAR BIASA. BELAJAR SELAMA 16 BTAHUN DITENTUKAN HANYA 4 HARI DENGA DURASI WAKTU TOTAL 12 JAM. JIKA DILOGIKA, SISWA YANG MELAKUKAN KECURANGAN PASTI SISWA YANG (MAAF) KURANG MAMPU SECARA KEMAMPUAN. MEREKA HANYA INGIN LULUS SAJA KAN? MENGAPA MESTI ANDA PERSULIT? SEMENTARA DI IN DONESIA, KORUPTOR BERMILYAR-MILYAR DIBIARKAN BERKELIARAN, PENJARA CUMA BEBERAPA BULAN, BISA KELUAR MASUK PENJARA (GAYUS TAMBUNAN, BAIL OUT BANK CENTURY, MANTAN PRESIDEN SUHARTO) TANPA HUKUMAN BERARTI. JIKA ANDA MEMANG INGIN JUJUR, BUKAN BEGITU CARANYA. ANDA BENAR, TAPI SANGAT TIDAK TEPAT. MEREKA SAJA CURANG BELUM TENTU LULUS. JIKA MEREKA MEMANG PINTAR, MEREKA TIDAK AKAN MAU MENCONTEK DAN CURANG, KARENA ORIENTASI MEREKA KE PERGURUAN TINGGI, YANG NOTABENE SOALNYA LEBIH SULIT. TAPI MASALAHNYA KAN MEREKA KURANG MAMPU. PALING MENTOK MEREKA HANYA BERHARAP BISA SEGERA LULUS, BEKERJA, DAN MERINGANKAN BEBAN ORANG TUA KAN?
    JIKA ANDA MEMANG INGIN JUJUR BEGITU, KENAPA ANDA TIDAK MENJADI AKTIVIS SEKALIAN? LALU MEMBURU PARA KORUPTOR DAN KKN DI INDONESIA? JIKA INGIN MEMBASMI KECURANGAN DAN MENEGAKKAN AKHLAK, LANGSUNG SAJA PENGGAL DARI ATASNYA. LANGSUNG SAJA UBER PARA PENJAHAT, USAHA MATI-MATIAN JEBLOSKAN KE PENJARA. JANGAN MENINDAK YANG LEMAH(DALAM KASUS INI SISWA UN TERSEBUT). NANTI SAYA YAKIN, SEGALA BENTUK KECURANGAN AKAN MUSNAH DAN MISI ANDA MENEGAKKAN AKHLAK LEBIH MUDAH TERLAKSANA.
    SATU HAL LAGI, KETIKA ANDA MENANGIS MENYESALI TINDAKAN ANDA YANG KECOLONGAN KETIKA MEREKA CURANG, APAKAH ANDA MENANGIS KETIKA MEMBACA KORAN DAN TAHU BANYAK KORUPTOR BARU BERKELIARAN? APAKAH ANDA MENANGIS MERAUNG-RAUNG KETIKA SEKARANG, DITEMUKAN BUKTI BARU AKAN ADANYA GRATIFIKASI SEKS YANG MARAK DILAKUKAN PEJABAT? MANA AKSI ANDA KETIKA ITU TERJADI? NO ACTION?

    LAGIPULA, JIKA ANDA TERMASUK ORANG-ORANG YANG BERFIKIR, MANA BISA UNAS DISAMAKAN DAN DISTANDARKAN? MISAL SAJA DI JAWA TENGAH. ANDA TINGGAL DIMANA? DI JEPARA? MENGAJAR DI SMA APA? SEBERAPA BAGUS SIH SMA ANDA? JIKA MEMANG BAGUS, APAKAH BISA DISAMAKAN STANDARNYA DENGAN SEKOLAH YANG KUALITASNYA TERBURUK DI JEPARA? TIDAK BISA KAN? INPUTNYA BEDA, FASILITASNYA BEDA. NGGAK KASIHAN SAMA MEREKA YANG HARUS KETAKUTAN SETENGAH MATI DEMI LULUS UNAS?

    DAN APA TUJUAN SEBENARNYA ANDA MEMPOSTING TULISAN INI DI INTERNET? UNTUK MENCARI SENSASI AGAR TERKENAL DAN DUNIA MELIHAT ANDA? ATAU APAKAH AGAR ANDA TERLIHAT BERSIH SEOLAH TANPA CELA? PICIK SEKALI. MAAF, TAPI SEPERTI ANDA YANG TIDAK BISA MENAHAN SEGALA SESUATU LALU MENANGIS, SAYA PUN TIDAK BISA MENAHAN DIRI SAYA MELIHAT KETIDAK ADILAN YANG ANDA PERBUAT DENGAN MENYUDUTKAN SISWA YANG CURANG KETIKA UNAS.

    APA DASAR ANDA MEMPERSULIT MEREKA? TIDAK USAH MEMBAWA0BAWA AGAMA. ALLAH SAJA MEMPERBOLEHKAN BERBOHONG, JIKA TERPAKSA. APAKAH ANDA MELEBIHI TUHAN? ANDA DIBAYAR BERAPA OLEH NEGARA, HINGGA MAU SEBEGITU KETATNYA?

  409. eerrd says:

    Hebat…yg kasih komen bayak…

  410. Adnan says:

    wah kalau begitu nilai bukan jaminan.

  411. bukan silent reader ;) says:

    maaf agak nyimpang hehe saya mau curhat dikit ye ^^
    saya juga ikut un tahun ini saya sih fine aja sama adanya un ASAL tingkat kesulitan soal sama. bodo amat sama 20 paket atau barcode. sebenernya ga ngaruh juga kan mau 100 paket sekalian juga yg dikerjain tetep 1 paket soal. bingung sama orang yg suka permasalahin gara2 adanya 20 paket sama barcode jadi “ngehalalin” bocoran. lagian toh un kan sekarang bukan satu satunya penentu tapi 60% nilai un ditambah 40% nilai sekolah (uas dan rapor). paling gasuka apalagi sama orang yg pura2 ga make padahal make trs ada juga salah satu orang yang pake bocoran nulis entah di twitter atau di bbm “bismillah.. in the name of Allah” padahal dia make.. itu doanya sebenernya minta dilancarin nyontek apa gimana? HAHA maaf ya tapi rasanya orang kayak gini minta bgt diketawain. ngapain soksok bergantung samaTuhan kalo ujung ujungnya bergantung sama bocoran? ga malu tuh sama Tuhan? apalagi sama orang yg sampe rela bayar mahal buat bocoran.. duh miris amat. tapi yang paling miris ada orang yang ngomong gini “kita yang make bocoran aja ngehargain yang ga make kenapa yg ga make bocoran ga ngehargain yang make?” dan yang paling parah ada yang ngomong kalo orang yg ga pake bocoran itu sok pinter, naif, muna, dll hahahaha miris liat indonesia gini jaman bener2 udh kebalik ya masa orang yg jujur malah diserang -_-

  412. bukan silent reader ;) says:

    oh iya maksut saya tingkat kesulitan sama itu didalem 20 paket soalnya hehe bukan secara regionalnya

  413. Danish says:

    UN=Ujian Ndasmu!! *joke
    yang perlu di hilangkan bukan UN melainkan oknum2 tenaga pendidik yang bermental sampah merusak generasi muda itu yang harus diberantas…

  414. Putri says:

    izin share ya ibu..

  415. siswa sma yang baru aj selese un says:

    Saya siswi jurusan ipa d jawa tengah. Sbg murid sy tidak tutup mata terhadap praktik kecurangan un di sekitar saya. Saya sekolah di sekolah swasta yang rata2 muridny menengah ke atas dan berasal dari luar kota atau luar pulau.
    Sekolah saya memberikan kepercayaan dan memandang kami sebagai anak2 mereka yang telah dewasa dan mandiri karena kami kebanyakan anak kos.
    Kami tidur dikelas dan bercanda bersama guru.
    Guru kami ada yang keras dan nyentrik. Kami murid juga begitu. Ad yang jujur ad yang beli kunci jawaban. Saweran bberapa ratus ribu perorang dan jadilah.
    Saat un pengawas dari sekolah lain ada yang tidur ada yang kupingnya di sumpal headset. Ad yang dengan teliti mengecek bulatan2 kami di LJK jangan sampai salah isi identitas.
    Tapi rata2 pengawas baik dan serius.

    Bentuk kecurangan kan sebenarnya karena kekawatiran tidak lulus. Itulah yang harus di perbaiki.
    Kami di sekolah guru menjabarkan.panjang lebar sistem kelulusan. 40% UN dan 60% NS. nS nya saja.gabungan dari ukian sekolah 60% dan 40% nilai rapor. Hmm peluang kelulusan sudah sangat besar. Jadi kami bisa atur strategi. Contoh saya.. Guru bilang harus serius.mengerjakannya misal dari 6 mata pelajaran.yang di uji paling susah mat dan fisika. 2 pelajaran itu min 8 nomor harus benar. Kalau yang lain katakan lah 60-80 saja sudah.pasti lulus. Nah masa dari 40 nomor 8 nomor saja tidak bisa.

    Kalau sekolah tidak.punya kepercayaan diri thdp muridnya pasti ada oknum guru yang membantu. Dan biasanya…

  416. siswa sma yang baru aj selese un says:

    Yang sekolahnya tidak jujur.. Bukan sekolah unggulan. Nah sekolah bukan unggulan. Kenapa? Jelas dong. seperti lingkaran setan. Dimulai dari siswanya lulus karena curang. otomatis sebenarnya.murid yg lulus tidak sesuai standart. Kenapa bisa tidak sesuai standart pdhl kurikulum semua sekolah sama? Ada banyak faktor penyebab. Bisa saja karena guru yang katakanlah tidak se qualified guru sekolah unggulan. Bisa karena muridnya sendiri bisa saja rata2 ekonomi kebawah. Ad yang harus sambil kerja ada yang kurang terpenuhi gizinya makanya tidak bisa mengikuti pelajaran. dll.
    Nah ini kan lingkaran setan.
    Guru tidak qualified akhirnya murid tidak qualified juga… Di satu sisi guru memikirkan anak2 ny.. Sudah susah 3 tahun belajar masa tidak lulus.
    Atau sudah bisa sekolah sudah untung. Kalau tidak lulus harus mengulang 1 tahun lagi. Duit dari mana. Akhirnya guru campur tangan.

    Tidak bijaksana menilai kecurangan oknum guru serta merta menjatuhkan vonis amoral.
    Peemasalahanya.menurut saya berpusat dari sistem di negeri ini yang tidak memihak rakyat. Tidak menjadikan rakyat makmur.
    Coba kalau rakyat makmur?
    Anak2 gizinya terpenuhi. Cukup konsentrasi sekolah dan bermain. Bisa berhubungan sosial dll. Akhirnya saat waktunya un mereka siap dan tdk.perlu curang. Guru yakin mereka bisa. Di masa mendatang generasi tsb mnjadi generasi yang berkualitas dan menjadi pengajar yang berkualitaa pula menghasilkan anak didik yang berkualitas.

    1. Calon Mentri says:

      sok tau anda, pada tahun angkatan saya sekolah saya (salah satu SMA Negri terbaik di Ibukota) menorehkan tinta hitam dikarenakan beberapa muridnya tidak lulus UN(sebelum perbaikan) karena mata pelajaran Biologi yang disebabkan oleh salahnya kunci jawaban yang beredar.ini bukan masalah sistem bung tapi masalah moral yang semakin ber-degradasi secara eksponensial

  417. siswa sma yang baru aj selese un says:

    Tidak perlu ada kecurangan karena sekarang asal rajin sekolah ikut .Pelajaran tidak usah nilai bagus2 asal cukup bisa mengikuti nilai 7 udah sujud syukur. Pasti LULUS.
    Asal tahu saja pelajaran sekarang sulitnya minta ampun. Jujur un itu berat. Di sekolah saya yang anak2 nya walaupun anak kos makan cukup banyak gizi. Tidak.hidup rekasa. Kesekolah naik mobil atau motor.. Bimbel les sana sini ad masih ada juga yang bener2 (maaf) kemampuan otaknya kurang. Apa lagi saudara2 kita yang harus sambil kerja. Mau belajar susah tidak ada penerangan. Beli buku tidak mampu makan daging jarang??
    Sekian maaf panjang. Mohon doa reatu semoga saya lulus. Semoga indonesia semakin jaya

  418. Rendhis says:

    baru tahu yaaaahhh…

  419. someone says:

    Saya mengundurkan diri menjadi Guru, tidak sesuai hati nurani dan saya jadi sendiri ditengah keramaian, alhamdulillah. sekarang saya jadi ibu rumah tangga, Walaupun hati ini rindu mengajar lagi, rindu dikerubungin dan saling berebut ingin bicara, diskusi, bahkan curhat masalah pacar, ortu.., seru.. mungkin nanti. mudah-mudahan dapat sekolah yang sesuai ( ada kok mas/mb, mohon doanya)

  420. Valen says:

    Ijin sy post di fb + twitter sy ya..

  421. christina says:

    trimakasih untuk penulis yang mau mengungkapkan hal ini. Karena ada type orang dalam menanggapi suatu kejadian. Ada yang brani berkata ya atau tidak, dan
    itu yang tepat karena tidak ada yg abu-abu untuk kebenaran. semua ada resikonya.
    masalahnya kita brani tidak mengatakan Ya atau TIDAK dalam lingkungan yang abu-abu. saya berharap kebenaran akan mewarnai kehidupan ini.
    Selama kita hidup seharusnya kita mampu dan berani untuk mengatakan Ya atau Tidak. Marilah kita menjadi orang yang mampu mewarnai dunia dengan cara hidup benar yang sesuai dengan firman Allah.

  422. heeshinju says:

    Wah, saya salut dengan pemikiran mbak. Tenang saja mbak, insyaallah banyak yang akan menemani mbak kok…

    Kalau ditanya mengapa bisa begini, siapa yg salah, dsb, jawabannya tidak akan pernah selesai, mulai dari individu hingga negara. Solusinya juga tidak sederhana. Mungkin kalau semakin banyak dampak negatifnya, lebih baik UN dihapuskan saja. Soal kalau tidak ada UN, maka materi yg diajarkan menjadi semakin asal2an karena tidak ada target, saya rasa tidak juga. Kan tetap ada raport yang dinilai apakah siswanya sudah layak lulus atau tidak.

  423. alex says:

    sekarng yg pntg gmn caranya agar pemerinth mau bertindak
    n menghkum pihak terkait

  424. Arifin Thaha says:

    Demi masa depan bangsa harus membantu mencarikan jalan perbaikannya

  425. Chip says:

    Sistemik.
    memang sistem pendidikan di Indonesia yang harus di salahkan, seharusnya sistem pendidikan di negeri ini yang di perbaiki, kita semestinya tidak menyalahkan Guru yang memberi jawaban UN atau Kepala Sekolah yang mendukungnya, pun kita tidak boleh menyalahkan Pengawas yang tidak mau bekerja sama atas dasar prinsip kejujuran yang dimilikinya. Apa yang mereka lakukan semata-mata untuk anak didiknya. semuanya baik menurut persepsi masing” dan semuanya baik untuk anak” didik mereka.
    yang seharusnya dirubah adalah sistem pendidikan pemerintah kita yang memang masih carut marut bukan maksud menyalahkan pemerintah tapi inilah kenyataan.
    bayangkan saja semua siswa lebih mempercayai Lembaga Pendidikan guna menunjang prestasi belajarnya di bandingkan belajar di sekolah. mereka lebih memilih Les Privat di lembaga-lembaga pendidikan tersebut. itu menunjukan bahwa sekolah hanya lembaga Formalitas saja untuk mendapatkan IJAZAH dan bukan tempat untuk menimba Ilmu yang nantinya akan berguna untuk kelangsungan hidup seluruh generasi bangsa.

  426. Silver Room says:

    SAYA DUKUNG KERAS BU. LANJUTKAN. KALO SEPERTI INI KENYATAAN NYA|. PENDIDIKAN HEWAN LAH YANG PANTAS SEPRTI INI>

  427. in says:

    bukan masalah moral ataupun apa. UN disini memberatkan beban pikiran siswa/i perjalanan jauh selama 3 tahun ditentukan besar olehh UN (walau tidak 100% lagi) dan sedangkan setelah UN kita masih tetep test di PT. bayangkan saja. anak cerdas yang nilai selalu baik di sekolah lagi agak sakit ataupun tidak mood dan mencoret LJUN kurang jelas ataupun salah itu bisa merugikan siswa, UN dibiilang evaluasi siswa, tapi bukan evaluasi tetapi sebuah paksaaan yang dimana mau tidak mau siswa/i itu memakannya. setiap sekolah pun juga khawatir, karena apa, siswa yang tidak lulus UN pasti sekolah menjadi cap sekolah yang gagal mendidik siswa/i nya. UN sekarang bukan hanya sebagai evaluasi bagi siswa/i. tetapi sebagai penilaian bagus atau tidaknya sekolah itu. saya menolak UN karena negara tidak terlalu mengerti perkembangan setiap siswa. yang mengerti itu yah orangtuanya di sekolah (guru,red) pemerintah memberikan soal2 yang dibagi dalam 3 wilayah. saya pernah datang kesekolah terpencil didesa di madura sana, tetap masih satu wilayah dengan surabaya, tetapi, seandainya tau, fasilitas dan pembelajaaran disana sangaaat jauh berbeda dengan dikota besar. sedangkan pemerintah menyamakan soall ujian dengan sekolah2 di kota besar. itu masih menjadi kelemahan UN.

  428. Bangaunan baru akan terbentuk setelah Bangunan utama runtuh, Klo Memang itu terjadi dan menurut anda bisa untk membangun bangunan baru yang lebih bagus, maju pantang mundur demi NKRI…. semua ada resiko pikirkan dan pertimbangkan, cepat tepat akurat

  429. Abu Dzakiy says:

    Sistemik. Sukses = Nilai Tinggi, anaku tak akan ku sekolahkan ke sekolah negeri maupun swasta. Homeschooling pilihan terbaik saat ini !!

  430. Leo Prabangkoro says:

    membaca blog saudara, saya bersyukur masih ada guru seperti ibu. saya saat ini berumur 27 tahun. Dari sedari saya SD, SMP, SMA, saya tidak pernah mendapat rangking yang bagus. bahkan ketika SMA saya hanya selisih 0.1 dr ambang kelulusan. setidaknya saya bangga, hingga saat ini saya belum pernah satu kalipun mencontek / bertanya. yang saya pegang hanya pesan almarhum kakek saya yang masih terngiang hingga saat ini. pesan kakek di pertemuan terakhir kami sebelum beliau meninggal seminggu kemudian, pesan dalam bahasa jawa yang pendek, simple, tapi sangat prinsipil, “Aja goroh yo, le”.. yang jika dibahasa-indonesiakan mungkin “jangan curang”, atau “jangan berlaku licik”… hal itu yang saya pegang hingga sekarang, meski banyak yang akhirnya memusuhi saya. “JIKA KAMU MEMPUNYAI MUSUH, BERSYUKURLAH.. KARENA BERARTI MEMEGANG SALAH SATU PRINSIP YANG KAMU ANGGAP BENAR”.

  431. Mimih says:

    Wahhh!!! 10000 jempol buat Mba Ninok!!! Hmmm…klo menurut saya hampir serupa dengan pikiran banyak orang. Ini lingkaran setan!! Ditilik dari hati nurani, moral dan kejujuran itu yg utama! Tapiiiiii, emang moral bisa beli beras???

    Ini pendapat saya menurut pengalaman saya yang sempit ini. Maaf kalau salah, mohon dikoreksi :

    1. Orang Tua. Saya lahir dari orang tua yang kolot. Btw, Papa saya Guru lowhhh!! Dimana jaman mereka belajar, Guru adalah dewa yang pasti mengajarkan kebaikan buat murid-muridnya. Kalau nilai saya jelek, ya sudah pasti saya yang salah karena tidak belajar. Di sentil, jitak atau di jewer bahkan ditempeleng *ini blom pernah sih* guru itu hukuman yang wajar. Ngadu ke ortu? Ga bakal dibelain, yg ada dapet jeweran tambahan di rumah. Kalau ketemu Guru dijalan pas lagi main, pasti langsung ngumpet! Takut ditanyain udah ngerjain PR apa belum. Guru juga ga segan2 memberikan keluhan tentang kita di ‘buku penghubung’ *masih ada ga ya buku ini??* Theeennn, mari kita lihat jaman sekarang???? Klo nilai kita jelek, Guru yang ga bisa ngajar! Dijewer, pelanggaran HAM! Gw yg sebagai ortu ajah ga pernah jewer, enak banget tuh Guru jewer anak gw sembarangan! Dikit2 ortu ikut campur! Dikit2 ortu lapor Kepsek. Guru?? Jd impoten dehh…

    2. Orang Tua. Ehhhhh, ortu lg deyyhh!! Dari dulu saya di doktrin “Awas klo nilai jelek!!” Walhasil, ya nyontek daripada bonyok dihantam ortu. Ga pernah tuh ada ortu yg bilang “Nilai jelek gapapa, yang penting jujur”! Aiihhh, surga banget klo ada ortu yg begitu. Jd, kenapa salah ortu lagi? Pengalaman saya, saya diwajibkan belajar dari jam 7-9 malam. Dan itu ada sesi tanya jawab dari sang ortu! Klo ga bisa, ya dibaca lagi sampe bisa. Apalagi klo ujian, bisa tidur jam 12! Bete? So pasti! Benci? Banget! Tp saya bersyukur sekarang, krn ga pernah ngandelin dapet bocoran walaupunnnn ya kadang nyontek juga! Wkwkwkkw… Tp klo ga ada kesempatan nyontek, tetep pede krn mayoritas soal pasti bisa dikerjain. Balik ke masa sekarang? Ortu cm ngandelin bimbel dan guru. Dan ga nyoba test sendiri kemampuan anak2nya. Bikin ujian ulang di rumah misalnya dengan random soal yang udah dikerjain pas mid semester.

    3. Guru. Well, percaya ga percaya entah mengapa saya agak percaya nilai kompetensi Guru2 sekarang kayaknya sangat drastis menurun. Beberapa teman saya menjadi Guru. Maaaffff klo saya punya pikiran buruk *nyembah* tapi apa bisa mereka jadi Guru? Pikiran sempit saya mengatakan klo jadi Guru harus bisa menguasai apa yang diajarkan bukan? Blom lagi ‘cara mengajar’ faktor sangat2 penting buat jadi Guru yang baik dan dipahami siswa. Saya kenal mereka saat hmmmm lola. Maafff lagi, mungkin saat proses belajar jadi Guru mereka berubah jadi pinter. Mungkin..

    4. Sistem / Pemerintah. Hmmm… Yang saya lihat sekilas, mungkin persentase kelulusan mempengaruhi rating sekolah. Sekolah favorit, banyak yg daftar. Banyak yang daftar, banyak pemasukan. Banyak pemasukan, mudah2an Guru2 sejahtera. Plus, sekolah bisa tetap eksis. Dan, bukan rahasia umum lagi. Dari Guru honorer ke PNS itu luaaamaaaa!! Ga tau ya klo ada yg bisa ‘sprint’ mungkin ada faktor X-nya. Kenapa ada beberapa Guru diam? Well, hidup itu butuh makan Mas Bro! Klo honorer diberhentiin, siapa yang nanggung makan? Klo PNS di mutasi, siapa yang mau pasang badan agar bisa tetap ditempat?

    Tulisan panjang gini, nyambung ga ya sampa topik di blog?? Wkwkwkwk.. Yang jelas, saya percaya keberhasilan UN dimulai dari proses. Bukan hanya Guru/Pengawas, tapi juga ortu dan sistem berpengaruh. Murid? Kan ga semua bisa ilmu sosial? Atau lemah di matpel ini itu?? Saya percaya klo anak2 itu ibarat kertas putih. Gembleng aja sampe nurut. Itu emang udah tugasnya orang dewasa kok. Semua pasti bisa klo mau usaha. Bukan usaha semalem yaaa.. Tetep pada proses. Klo prosesnya bobrok, ya pasti finalnya juga bobrok. Cheers!!

  432. Mimih says:

    Hmmm.. kenapa musti dihapuskan?? Saya pernah SD di swasta yang ujiannya lebih banyak dari sekolah negeri. Karena ada ujian dari yayasan sendiri selain UN. Kalau udah belajar, ngapain takut?? Ga mungkin kan ujian SMP dapet soal anak SMA??

  433. LanakCmz says:

    All . ..
    ini kan tadi Anak SMP UN nih. .
    Semua Nya Kan 20 Paket
    NAH di SOAL kan ada itu Nama dan NO Peserta
    Klo itu tidak di ISI bisa Ngakibat Kan FATAL gk yah . . .
    takut nih. . .
    SOAL nya tadi Wa LUPA ngisi . .

    TOLONG di Jawab ALL . . .

    1. rafel34912 says:

      Fatal sepertinya, soalnya kan nanti nilainya ngarah ke mana kalau nggak ada nama?

    2. -_- says:

      ngakak yah fatal bgt lah -_- bsa ga lulus ….

  434. Anon says:

    Ini kejadian tahun berapa ya? 2013 bukan ya? Klo 2013, koq aneh ya tanggalan nya? 14 April 2013 itu kan Minggu, bukan Senin..

  435. ebong says:

    saya setuju kalau tuduhan 100% sekolah sudah melakukan kecurangan di UN adalah pendapat yang gebyah uyah … meng-generalisir; saya masih yakin masih ada sekolah-sekolah yang mempertahankan integritasnya, mengajarkan kejujuran dan kerja keras kepada para murid; hanya memang pelaksaan UN harus dikaji ulang oleh pemerintah; format EBTA/EBTANAs masih lebih baik.

  436. ikh1 says:

    Cih.. gw gak butuh kunci jawaban

  437. sindra says:

    Saya dulu waktu Unas juga curang,, tp dapat jawaban dari bimbel,,
    Sekolah sangat tegas..
    Kecurangan sekolah pasti terjadi, tapi kalau digeneralisata keterlaluan juga,, sama dengan banyak penegak hukum korup tetapi kl dibilang hampir 100persen korup itu kebangeten,,
    Justru kalau kita hanya liat dari media justru itu berwawasan sempit,, karena yang diangkat media pasti hanya hal negatifnya,,
    Yang pasti salah adalah UNASnya karena menyalahi UU yang mengatakan kelulusan berdasarkan satuan pendidikan tempat menuntut ilmu,,
    Dan percuma belajar pelajaran lain kalau ujung2nya yg penting untuk lulus cuman beberapa pelajaran..
    MARI YANG SETUJU KITA GALANG GERAKAN ANTI UNAS UNTUK MENINGKATKAN LAJU PENDIDIKAN BANGSA>>>

    1. 123 says:

      Anda curang dan anda bangga? HAHAH aneh ya Indonesia.

      UN itu sebenernya prinsipnya bagus, supaya anak-anak kelas 3 paling engga ada kerjaan gitu. Kalo UN dihapuskan, kelas 3 “yang ingin masuk PTN” ya belajar gigih mempersiapkan PTN. Sementara yang anak masa bodoh sama PTN alias berpikiran kalo udah lulus ya udah selese belajar mau ngerjain apa di kelas 3? Misalnya anak-anak kampung alay yang suka tawuran, makin-makin jadi dah tuh tawuran. Jangan liat sisi negatifnya aja. Jelek-jelekin pemerintah doang (emang mereka salah juga sih). Tapi liat efek positifnya, anak-anak kelas 3 paling engga lebih mempersiapkan diri lah, paling engga lulus mau nilainya kayak apa juga.

      Anak SMA yang pake kunci tuh cenderung bilang “hapuskan UN” loh. Saya anak kelas 3 yang UN tahun ini, Alhamdulillah ngga pake kunci dan puas ngerjainnya walaupun soalnya sulit. Dan saya ngga setuju kalo UN dihapuskan. Cuma orang-orang yang males yang menganggap UN itu nyusahin. Toh apa salahnya belajar, ilmu pasti kepake kok. Pantesan aja ya pemerintahnya korup, ngeliat anak-anak mudanya kayak gini (pake kunci, dll) ya pastilah ya gedenya ga bener. Ngga kuat mental. Lebih milih jalan instant dan nyusahin orang banyak.

  438. ceritarara says:

    Reblogged this on Cerita Rara… and commented:
    Miris.. Sudah menjadi rahasia umum, tapi seolah pemerintah (dan masyarakat) tutup mata, hati dan telinga.

  439. Sofian says:

    Waktu saya UN, saya dapet kunci jawaban, tapi saya tidak percaya, saya coba mengerjakan sendiri karena apalah arti saya belajar 3 tahun bila ujian akhir ini malah menggunakan kunci jawaban??
    Namun yang saya kagetkan, kunci jawaban itu 95% sama dengan jawaban UN saya, saya sempat menuliskan Jawabn UN saya, karena penasaran dengan Kunci jawaban yang peroleh sehari sebelumnya, bukan saya sombong, tapi ketika itu saya memperoleh nilai 9.5 untuk Bahasa Indonesia, sekolah saya sendiri sekolah negeri favorit di kota yang cukup dikenal di Indonesia, Proses pembelajaran dikami sangat ketat walau saya tidak menutup mata, ada “kecurangan” di kami, karena saya sendiri mendapat kunci jawaban yang entah dari mana asalnya
    Saya sedih dan kaget, bila 5% perbedaan jawaban sy dengan Kunci itu adalah benar, maka kunci jawaban itu bernilai 10 untuk mata pelajaran Bhs. Indonesia.. T.T
    Saya sangat mendukung usaha penulis, di Negara kita, pendidikan itu “INDUSTRI”
    Bukan Lembaga Pendidikan.
    Semoga Tuhan senantiasa memudahkan dan melindungi Penulis
    Amiin

  440. lukman says:

    ibu harus berpikir juga bagaimana nasib anak kalo sampe tidak lulus… apa adil kalo sekolah 3 tahun hanya ditentukan oleh 3 hari ujian nasional.
    memberikan kunci jawaban itu memang tidak benar, tapi tidak meluluskan siswa hanya karena ujian nasional itu menurut saya juga salah… banyak faktor yang bs dinilai selain ujian nasional kan utuk menjudge kelulusan siswa… kalo hanya siswa disuruh belajar terus langsung bisa trs bisa itu hanya teori bu… ibu harus tau kalau kecerdasan manusia tidak bisa diukur dari bisa atau tidaknya pelajaran unas saja. selain itu (da banyak konsep kecrdasan selain kecerdasan akademik kan), klo mengerjakan ujian grogi karena dibayang bayangi persaaan takut tidak lulus.. psti hasilnya tidak memuaskan. banyak contoh orang pandai tapi gagal dalam unas,
    menurut saya, sistem pendidikan kita masih salah dan para pengawas ujian tadi hanya ingin membantu siswanya (mungkin caranya salah). ibu tolong sebagai guru harus melihat dengan hati, jangan saklek kalo tidak jujur dalam unas itu salah. harus dilihat dari segala aspek.

    bukankah dalam agama itu berbohong itu boleh asal ada hal syar’i yang membenarkan seseorang itu berbohong….proyek ujian nasional yang kacau balau, penuh dengan ketidakjujuran dan ketidak adilan saat perencanaan, pemerintah yang menyamaratakan soal ujian nasional padahal standar pendidikan tiap daerah berbeda (indonesia barat tentunya beda standar dengan indonesia timur) menurut saya merupakan syarat syar’i yang membenarkan siswa berbohong.

    menurut saya sikap ibu benar. sikap ibu mencerminkan abdi negara yang jujur, sikap panitia juga benar karana mereka tau kemampuan siswanya yang pas pasan dan hati nurani mereka tidak tega jika muridnya tidak lulus hanya karena uan, tapi harusnya mereka tidak memberikan kunci karena itu kebohongan berat..
    sistem pendidikan kita ini yang salah bu. seharusnya benahi sistem pendidikan dulu, bangun aturan dengan adil baru dukung aturan dengan kejujuran.. bila sistem kurang adil, banyak kecurangan disana sisni, pasti banyak orang yang berontak dengan segala cara.

    sebagai bahan pertimbangan, tolong ibu baca opini berikut..

    http://budisansblog.blogspot.com/2013/04/momentum-mengevaluasi-unas.html

    ini opini dari seorang guru besar bidang pendidikan yang tentunya jauh lebih berpengalaman dalam hal mendidik dengan hati daripada ibu…

    kalo saya salah saya mohon maaf.

    1. edi subkhan says:

      Oleh karena itu mestinya yang dicacai dan hujat adalah pemerintah, bullshit semua klo cuma marah sama mbak Ninok padahal yang punya kuasa soal UN adalah pemerintah, semua yang komentar di sini punya rasionalitas yang kuat, cuma sayang sasarannya malah ke personal, mbok ya langsung ke pihak pemerintah sana, saatnya rapatkan barisan menggugat pemerintah, jangan cuma jadi penonton saja… beruntung ada orang seperti mbak Ninok yang berani jujur itu hebat…

  441. adam says:

    lebay mbak,indonesia ya seperti ini,

  442. putri says:

    Siswa :
    1. Ujian > Nyontek > Lulus > Tobat, selesai. Atau,
    2. Ujian > Ngak nyontek > Ngak lulus > Tobat > Ujian > Nyontek > Lulus > Tobat (lagi), selesai

    Pemerintah
    Ubah Kurikulum > Tambah anggaran > Ubah ujian > Tambah Anggaran > Modifikasi Soal > Tambah Anggaran >Tambah “basah”

    Gitu-gitu aja ampe kiamat.

  443. Dhani says:

    Saya pernah mengalami peristiwa yg mirip dg kasus Bu Ninok tahun 2009.. Bedanya, saya sbg pengawas UN, saya dititipi kunci jawaban oleh panitia yg masuk ke kelas” dg pesan, tlg disebarkan, letakan di bawah absensi siswa. Ketika itu saya hanya terperanjat, terdiam. Stlh panitia pergi saya kembali ke tmpt duduk, saya tatap anak” yg sedang ujian, dahsyatnya lg, mereka pun tgh menatap sy, dg tatapan seolah berkata “ayo Bu cepat bagikan..”
    Malu!! Itu yg saya rasakan. Tp saya tdk bergeming, saya hy berkata”knp? lanjutkan pekerjaan kalian” kunci tsb tdk sy bagkan. Stlh ujian, pengawas dan panitia berkumpul spt tdk ada apa”. Keesokan pgnya, tepat sblm k sekolah, sy di sms kepala sekolah tmpt saya mengawas bahwa hari ini dan hari ketiga, tgs sy sbg pengawas digantikan olh guru dr sekolah lain.

  444. anak pinggiran says:

    UN tahu lalu di sekolah saya juga melakukan praktek seperti itu. namun dari pihak siswanya yng mencari kunci, sekolah tidak tahu bahkan sangat sangat melarang. sekolah saya merupakan sekolah pinggiran. bahkan yang lebih parah siswa yang tidak mau kompak menggunakan kunci tersebut dikucilkan dari pergaulan termasuk saya. sejak awal saya memang berprinsip tidak akan mencontek dan berbagi jawaban, sejak sebulan sebelum un tmn-tmn sudah mulai pesan untuk bekerjasama dengan saya. namun saya tegas menolak akibatnya sebulan sebelum ujian tmn sekelas mulai menjauhi saya, dan tidak ada yang mau berbicara dengan saya. saya pun tidak ada motivasi untuk sekolah, setiap hari saat istirahat tiba saya harus segera memutar lagu keras-keras agar tidak mendengar beberapa cibiran teman yang sangat menyakitkan. saat ujian tiba, hari pertama saya dipaksa untuk menuliskan jawaban yng saya punya dan diserahkan saat akhir ujian, ternyata jawaban tersebut untuk mencocokan kunci yang tepat digunakan untuk hari berikutnya. kunci yang beredar di sekolah saya waktu itu ada banyak sumber, dan di hari berikutnya mereka menggunakan kunci yg 80% jwbny sama dengan saya. sakitt sekali saya ketika tahu hal tersebut, dan menyesal sekali tentunya. ada kisah lucu setelah hasil diumumkan, ada beberapa anak yang hanya mendapat nilai sangat mepet dan ada juga yang mendapat peringkat kedua se sekolah padahal mereka sama sama menggunakan kunci. itu membuat pertengkaran dan permusuhan sesama pengguna kunci, bahkan sampai sekarang.. ironiss sekali, padahal samasama kompak pake kunci. alhamdulilah saya tetap dengan prisip saya dan mendapat hasil yang terbaik disekolah saya. plus udah g dijauhi sama temen temen baik pihak yng sukses pake kunci maupun tidak 🙂

  445. benou says:

    Sebenarnya hal ini terjadi di hampir semua sekolah yang memang kategori sekolah pinggiran yg siswanya kurang cerdas (Hal ini juga terjadi di Sekolah Saya). Sebenarnya inti dari pemberian kunci jawaban adalah tuntutan dari pemerintah sendiri mengenai standar kelulusan Ujian Nasional. Mereka menganggap bangsa kita cerdas, pandai, dll lah pokoknya. Padahal sebagian besar siswa memang tergolong kurang pandai. Jadi intinya kalau tidak pengen ada kecurangan PEMERINTAHlah yg koreksi diri. G perlu ada standar ujian nasional, biarkan nilai peserta didik kita apa adanya tetapi tetap lulus krn memang kemampuannya segitu. Mengenai standar UAN pun telah masuk MA dan pemerintah kalah dalam hal ini, GOBLOGNYA PEMERINTAH KENAPA UAN dengan standar NILAI masih dilanjutkan? Hanya akan menimbulkan kecurangan.
    JAWABANNYA KARENA PROYEK UAN INI MEMAKAN DANA 500 M bahkan membengkak sampai 900M.

  446. Andrian Octavianus says:

    kecurangan dalam un emang uda ada sejak lama..

    semua sekolah pasti pengen muridnya 100% lulus biar terlihat bagus di antara sekolah lainnya..
    saya sekolah di swasta skrng sma 2..
    pas dulu smp3 guru-guru juga blg kepada yang pintar agar jgn pelit jawaban karena ini UN jdi bantu” gpp klo semester emang ketat di jagain..

    klo masalah soal emang klo mau belajar soalnya gampang..
    tapi semua orang di kelas pasti pegang itu kunci buat jaga..
    yg pinter kadang cuman cocokin yg bodoh ngikut semua..
    malah temen gw yg bodoh ngikut semua nilainya 100 yg pinter malah 80-90an aja..
    nyesek di yg pinter..hahaha..

    klo masalah guru rata-rata emang ngawasnya gak ketat..
    kenapa?
    klo ngawas ketat nnti di lapor sama siswa ke guru”/kepala sekolah maka nantinya di sekolah asal guru yg ngawas lain x akan di ngawas ketat juga..
    sama” rugi lah..
    makanya liat aja guru” killer pas ngawas semester gila amet tapi pas un ya kebanyak loyo..
    kebanyakan ya bukan semua ku blg..

    ini realita pendidikan indonesia..
    murid amat takut bahkan terbebani oleh un..
    sekolah di indonesia semua orang pasti naik kelas..
    kecuali murid yg goblok gak ketulungan sama murid yg bandel gak ketulungan..
    sisanya naik kelas aja terus dan un beli kunci..

  447. Omaay says:

    Gak usah pada sok tau deh! Ada yg berani jamin, generalisir, semua bullshit yang bikin muak bacanya. Yang sebenernya kasian tuh anak SMA kita, coba liat muka anak SMA sekarang pada tua-tua. Saya yakin mereka stress!

    Kembalikan ujian akhir seperti dulu!

    1. Bukan Omaay says:

      set dah guwe dikatain tua.
      elu kali yang tua!
      huh!
      lam kenal eaaa… :*

  448. Anonim says:

    Cerpen yang bagus. ^_*

  449. JD PENGAWAS JGN SOK NETRAL says:

    sory bukan ap yah,cuma mau bilang.un smp-sma/smk tuh bikin stress..karna d sana kita cuma d tuntut mengenali bidang yg kita minati,semisal multi media,yah study ini bisa jadi patokan untuk di maksimalkan lalu lanjut d kuliah,klau harus d paksa bisa mtk/bahasa indonesia,kenapa ga sekalian aj dri sd-smp-sma/smk pelajaranya 4 mata study un aj biar pada botak pelajar indonesia …toh guru pun ga akan sempurna,semisal anda guru mtk,saya tanya soal multimedia/animasi/desain grafis toh ga akan ngerti…ingat manusia itu ga semuanya bisa menguasai bidang study…+sma/smk bukan penentu masa depan,tp penghambat.dia ga lulus un blom tentu kan dia ga sukses…jd pengawas jangan sok netral,kalau mau netral kenapa ga di buat aj un 1 murid 5 pengawas ruangan terbuka ..saya mau liat 1 indonesia yg lulus un brp orang wkwkwkwk .lg pula un membuang” angaran negara kok,hasilnya pun ga muktahir..mending d buat orang yg tidak mampu agar bisa hidup layak

    1. Abu Humairo' says:

      ya udah, nt tinggal dalami satu mata pelajaran, mapel lain dapet nilai asal lulus….
      ane juga gitu…..
      1 mapel yg ane suka nilainya tinggi, yg lain mepet2 asal lulus
      yg penting jujur dan ga’ nyontek…
      Nt bilang mbak diatas sok suci??? ane rasa nt pantes dibilang setan

  450. Huda says:

    SOK SUCI COK JANCOK,

  451. Prana says:

    Salah dari awal sih, kenapa tidak dari sd sudah mendalami satu matpel saja? saya kira kalau seperti itu UN gak bakal pakai kunci lagi karena dia hanya perlu fokus pada satu matpel saja..

  452. ebid says:

    semangat kak… aku bangga jadi teman kakak, semoga tulisan kakak bisa menginspirasi guru – guru, pendidik, pemangku pendidikan untuk bersikap tegas, JUJUR, berani bersikap, berani berkata tidak pada yang salah. semoga tulisan kakak membuat sadar pendidik yang masih mengatasnamakan toleransi kepada anak – anak, kasihan pada anak – anak, justru sikap tidak tegas mereka yang membuat anak – anak generasi penerus bangsa ini menjadi bobrok nilai, moral dan karakter mereka karena selalu di biarkan bahkan di dukung…. 4 jempol buat kakak \(^.^)/

  453. Ozz says:

    Bangsa ini akan hancur, bukan karena arahnnya memang ke sana. Tapi karena mereka yg melihat proses penghancuran itu membiarkannya.
    Terima kasih untuk tidak membiarkannya. I’m with you.

  454. baby says:

    MENURUT SAYA, PEMERINTAH SELAIN MENUNTUT KUALITAS MURID JUGA HARUS MENUNTUT KUALITAS TENAGA PENGAJAR NYA, DALAM HAL INI ADALAH GURU. SERING KALI MASIH BANYAK GURU YANG ASAL SEKALI MENGAJARNYA, MUNGKIN ENTAH KARENA KELELAHAN ATAU UPAH YANG MINIM ATAU ALASAN LAIN. SEHINGGA MENGHASILKAN KUALITAS ANAK DIDIK YANG MASIH MINIM. 🙂

    TIDAK ADA MURID YANG BODOH, YANG ADA HANYA KUALITAS TENAGA PENGAJAR DAN FASILITAS YANG MASIH MINIM. MENURUT SAYA NOVEL TOTO CHAN MENJADI GAMBARAN IDEAL TENTANG DUNIA PENDIDIKAN, SANGAT BAIK DIBACA PARA GURU DAN ORANG TUA. 🙂

    JADI KALAU MASIH BANYAK ANAK YANG MENCONTEK, TIDAK LULUS UJIAN, MAUPUN BERBUAT CURANG LAINNYA, MARI KITA KOREKSI DULU DIRI KITA SENDIRI, APAKAH SUDAH BERSUNGGUH-SUNGGUH MENGUPAYAKAN MURID KITA MENJADI ANAK YANG PINTAR?? ANAK SERING KALI BERBUAT CURANG KARENA PADA DASARNYA TIDAK PUNYA RASA PERCAYA DIRI AKAN KEMAMPUANNYA SENDIRI. 🙂

  455. Wish says:

    sebagai (bekas) siswa sekolah menengah atas… saya juga pernah mengalami kejadian seperti ini(sebagai siswa)… jujur saja, saya kecewa ketika melihat pengawas UN yang dengan tenang membiarkan kecurangan terjadi (bahkan cenderung ‘menyuruh’), seolah idak menghargai kerja keras siswa yang belajar keras untuk memberikan yang terbaik saat ujian.,
    Semoga, Untuk kedepannya tidak terjadi lagi (AMIN)

  456. riri says:

    comment teh lalieur kabeh….

  457. dini says:

    Gak semua sekolah curang, kalau mau teriak jujur disebut inisoal sekolah mana . sebagai peserta UN saya gak terima kalau UN tahun ini yang saya kerjakan gak jujur.

  458. nunung says:

    Waaah rame… artinya banyak yang peduli masalah ini. Yuk kita sama-sama berjuang demi bangsa ini dengan implementasi pendidikan karakter pada kehidupan sehari-hari, bukan cuma verbalisme dan sekedar rencana di RPP.
    BRAVO INDONESIAKI TERCINTA!!!

  459. Gombal says:

    Menunggu:
    Langkah selanjutnya dari Ibu Ninok,
    Langkah selanjutnya dari Kemendiknas
    Atau ……..semua cukup hanya sampai disini????????

  460. anonymous says:

    mas mbak semua UN udah terkenal dengan kunci kunci yang memang tersebar di seluruh indonesia . jadi jangan salahkan pihak sekolah . harusnya pemerintah sendiri yang instrospeksi . UN = EFEKTIF ? sama sekali tidak . orang udah belajar mati matian 3 tahun kok penentuan nya cuma dalam 4 hari . seharus nya toh mikir . mungkin dulu UN pas tahun tahun mbak dan mas semua tidak seperti ini . cuma 1 atau 2 paket soal saja . bisakah mbak bayangkan ada 20 paket soal ? wajar kalo UN udah beredar kunci . itu sudah jadi hal yang lumrah . skrng tergantung dari peserta dan pengawas itu sendiri . hati nurani mereka yang berbicara . dari peserta apakah dengan kunci mereka tertolong ? serta dari pengawas ” apakah anda menerima ? ” coba pikir di saat mbak dan mas UN tahun tahun dulu pernah tidak berbuat curang walau hanya satu soal atau sekedar bertanya bagaimana rumus dari satu soal saja . coba pikirkan itu baik baik . jadi tolong sebelum dunia pendidikan di indonesia yang bobrok ini membaik tolong bagi peserta dan pengawas harap sama sama mengerti !

  461. mayasari,MPsi says:

    Hal ini dapat terjadi bukan mutlak kesalahan oknum guru tapi ada oknum ortu yg berperan, mereka kasak kusuk cari tau di mana bisa beli soal UN dan mereka patungan dg beberapa ortu utk membeli soal dan kunci jawaban. Mengapa saya katakan oknum karna saya yakin tidak semua guru seperti itu dan juga tidak semua org tua berbuat seperti itu. Yach paling hanya 2% dari jumlah penduduk ind yg berbuat spt itu

  462. encun maksuni mihardja says:

    Memang untuk menjadi org jujur perlu keberanian yg konsisten, betul. . .dlm jangka pendek kemampuan akademik dpt dicapai tetapi pembentukan ‘moral’ butuh waktu lama . . .subhanallah . . .

  463. postingan ini punya traffic yang lumayan by the way. @penulis bisa coba dipasang iklan.

    —–
    saya lebih cenderung untuk meniadakan unas.. sudah saatnya desentralisasi sekolah. biar seleksi alam yang bertindak shg kualitas output bisa lebih baik..jadi sekolah2 nanti akan menentukan standarnya sendiri2, mau lulusannya baik atau tidak tergantung kualitas transfer ilmu dan pengajarannya..

    lebih baik satu sekolah yang lulus cuma 10 tapi lulusannya kompeten dan siap bermasyarakat daripada semua lulus tapi ya, seperti sekarang ini..

    @123 menurut saya UN itu prinsipnya bagus, Tetapi, IDEnya kurang sesuai dengan perkembangan jaman. Melangkahlah lagi lebih jauh saran saya.. tujuan Pendidikan Nasional itu yang paling penting. Tidak semua dipaksakan seperti saat ini. Setiap anak memliki kemampuan di bidangnya masing2. Itu pointnya. Maka memaksimalkan potensi adalah skema pendidikan itu sendiri. Tapi ini menurut saya lho ya…

  464. sera says:

    buat gw,UAN cmn formalitas,ga mikirin mereka dapet bocoran atau gak.

    yang ditekankan apa sih dalam pendidikan? Proses belajar atau evaluasi belajar yang hanya dalam 4 hari?

    benerin aja sistem pendidikan,ga perlu UAN2 an

    lulus UAN juga bukan jaminan kalo tuh anak udah punya cukup skill untuk hidup.

  465. believeinGod says:

    Masya Allah Lihat Comment Comment koq malah Tambah Keruh, Intinya tulisan ini adalah salah satu potret Pelaksanaan UN di Indonesia. koq dituduh yang tidak tidak. saya mengerti keadaan bu Ninok, saya pernah menjadi panitia UN, walaupun kami berusaha memperkecil kecurangan kadang siswa mendapat jawaban dr oknum lain, kerjasama , bertanya pada teman itu juga salah satu bentuk kecurangan. menjadi pengawas pun, ternyata memang ketegasan dalam pelaksanaan UN itu sering tidak terjadi. Kalo memang dijalani prosesnya dengan benar, mental, moral yang benar. anak anak tidak akan menganggap UN itu sebuah momok, apalagi sekolah dan orang tua yang mendukung anak anaknya mengerjan UN yang penting jujur tidak masalah pada nilai untuk kelulusannya.

  466. fajar says:

    rame banget ya,,:)

  467. yusuf says:

    ayo2 yg punya anak mulai sedini mungkin diberikan pendidikan moral, seingat saya dulu ada pelajaran Pendidikan Mora Pancasila (PMP) yg skarang diganti PPKN, namun yang terjadi pelajaran PMP-lah yang bagus.
    ini sedikit kalimat yang masih saya ingat di pelajaran PMP SD kelas 1 tahun ajaran 1990-1991 “Sikap terpuji adalah melakukan suatu hal kebaikan dengan tulus dan ikhlas” coba anda renungkan kalimat diatas dan jabarkan menurut pemikiran positif anda masing2.

  468. eL says:

    tidak semua sekolah seperti itulah.. saya lulus SMA tahun 2011.. dan saya masih mendapatkan perlindungan kejujuran.. masih ada orang-orang dan sekolah-sekolah yang bermoral kok di tengah kebobrokan masa kini.. sekalipun sedikit, tetap ada.. mari tetap optimis!

  469. Anhar Wahyu says:

    Jujur dalam UN gak mempengaruhi nasib seseorang, lebih baik berusaha maksimal dengan cara apapun agar lulus UN mo nyontek,mo beli kunci jawaban, mau belajar sendiri juga boleh yang penting UN bisa lulus.

    Sudah ada cerita bintang kelas / anak yang terkenal pintar di kelas dan selalu dapat rangking terus ternyata tidak lulus UN, karena banyak faktor yang harus dihadapi saat mengerjakan soal UN. Tidak siap secara mental bisa berpengaruh juga, sepintar apapun orang kalau pas UN dia grogi bisa dipastikan dia pasti gagal.

    Jujur dalam UN gak mempengaruhi masa depan seseorang karena masuk ke Universitas tidak ditanya apakah pas UN dia jujur atau tidak. Begitu juga saat melamar pekerjaan tidak akan ditanya dulu pas UN dia nyontek atau tidak.

    Belajar itu proses…

    Buat ibu guru yang nulis di blog ini saya salut dengan prinsip anda tetapi anda juga harus mengerti kenapa sekolah melakukan itu, sekolah melakukan itu karena mereka takut anak-anak muridnya tidak pada lulus, kalau tingkat kelulusan di sekolah mereka kecil otomatis mereka tidak akan dapat siswa apalagi sekolah itu swasta (sepertinya ibu mengawas disekolah swasta karena dalam 1 lingkungan ada sma dan smp)

    Silahkan Kunjungi blog saya untuk tahu lebih lanjut di http://www.lintasberita.web.id

  470. Suwanto says:

    Ijinkan saya menangis dan berdoa bersama Anda. Kiranya Tuhan memberikan pengampunan bagi mereka yang merusak moral generasi penerus bangsa. Tuhan memberikan kekuatan bagi setiap orang seperti Anda untuk menjadi agen perubahan. Tuhan memberikan masa depan yang cerah gemilang bagi setiap generasi penerus bangsa. Amin

  471. fatur says:

    Menurut ilmu yng saya terima memang kebeneran harus ditegakkan walau langit harus runtuh karenanya, tapi bila mencontoh ke tauladan kita nabi Muhammad SAW maka teknis menyatakan kebenaran juga tidak kalah penting dengan kebenaran itu sendiri. Pertanyaannya adalah sudahkah kita menjadi contoh yg baik buat diri kita sendiri? Buat keluarga kita? Buat masyarakat? Dan buat negara? Karenanya nabi Muhammad disebut sebagai uswatun hasanah.. Terimakasih maaf bila ada kata kata yg menyinggung

  472. Rifqi Faqihy says:

    Terima kasih ya Allah masih engkau lindungi orang-orang jujur

  473. I’m with you, dan saya percaya banyak sekali guru-guru yang mulia di negara ini, yang gak akan mengunderestimate anak didiknya dengan membagikan kunci jawaban seperti ini, yang kaya gini layak untuk diangkat, yang kayak gini layak untuk segera dihentikan. Gak mau juga nyalahin UN, tapi ini berawal dari guru-guru yang gak mau susah ngajar sampe anak didiknya ngerti, guru-guru yang gak mau kreatif untuk nyampein materi ke murid-muridnya sampai dimengerti, dan lebih lagi mereka gak sadar bahwa praktik ini memberi experiential learning kepada murid-muridnya untuk menghalalkan segala cara mencapai tujuan yang bahkan adalah standard semu dari hasil belajar mereka, saatnya bukan hanya melihat dan menilai hasil, tetapi mendandani proses dalam hidup kita. Sesungguhnya untuk segala sesuatu, hanya proses yang dapat kita kuasai, karena hasil adalah adalah milik Yang Kuasa…. it’s a simple practice that have ruined every good concept in student’s life, it’s not just giving a key to open the door to persons who are not eligible to enter…..

  474. Bambang Sukotjo says:

    Betul, tidak semua sekolah di Indonesia bobrok, tapi yang harus dilacak, ditangkap dan di gantung justru si penjual kunci soal UN karena dia penyebab kebobrokan moral tersebut seperti NARKOBA pabrik dan pengedarnya yang di gantung, bukan pemakai demikian juga kebobrokan moral ini, dan Guru, Pengawas, Murid adalah konsumen yang berperan yalah penjual kunci sekali lagi lacak tangkap gantung kalao perlu di alun2 gantungnya.

    1. galih says:

      Mas Bambang Sukotjo sangking semamgatnya ampe ga sadar.

      “…… ditangkap dan di gantung justru si penjual kunci soal UN karena dia penyebab kebobrokan moral tersebut seperti NARKOBA pabrik dan pengedarnya yang di gantung……”

      Pabrik gimana gantungnya ya ahahahaha

      Daaaah jagain aja anak masing2, belajar dr pengalaman yg ada. Didik anak masing2 dgn baik. Sehingga anak kita tidak ikut2an beli kunci jawaban dari langit itu. Ahahaha

      Lagian kan sayang, d kasi uang jajan malah beli kertas yg ada hurup2 ga jelas gitu.. di biayain skolah malah beli kunci jawaban.

      Masi mending deh klo kerja sama sama temen sekelas. Jadi kompak gt ^_^ (bukan buat d contoh).
      Lagipula dr SD kita jg d ajarin kerja kelompokkan??

      PIlih mana?
      Hasil 3 tahun sama sama di uji dalam wktu 3-4 hari.
      Dijalani dengan:
      A. Kerja sama sama temen satu kelas ( tanpa kunci jawaban)
      B. Kerja sama sama temen satu kelas ( dengan kunci jawaban)
      C. Kerja sendiri (tanpa kunci jawaban).
      D. Kerja senndiri (beli kunci jawaban).
      E. Lain-lain

      Pilihan ada d tangan orang tua masing2. Ga perlu khawatir sama oknum penjual atau pabrik yg mau d gantung tadi ^_^, asal orang tua mengarahkan anaknya dengan benar, saya yakin ga bakal laku tu kunci jawaban. Gulung tiker tu pabrik. Ga jadi main gantung2an deh..

      Guru jugaaa. Jgn asal ngajar. Jangan sampe ada guru jewer murid krn murid ga bisa jawab pertanyaan. Kondisinya ada dua, emang tu murid bebel atau gurunya ga ngajar dengan baik sehingga murid ga ngerti.

      Murid jugaa, blajar yg bener. 3 taon sekolah, ujian cuman 4 harian ko jajan kunci (kalah kuda lumping). Kesian orang tua lo biayain lo sekolah tp lo malah tawuran, bolos, beli kunci.
      Mending lo sambil pacaran sehat. Bisa saling dukung wat ningkatin prestasi (ga dipaksa).

      Kepala sekolah jugaaaa, awasin tu guru2 nyaaa. Murid banyak yg lulus, emangnya tau bakal jadi apa? Makanya gurunya diliat, ngajarnya bener gaaaa. Jgn sampe malah ada guru yang masuk infotaimen lg. Jadi bingung kan klo d tanya wartawan.ahahahaha

      Oknum jugaaa, ngapain si jualan gituan, yawda, klo mau niiih, abis bikin dosa krn jualan gituan, bikin amal dikit. Laporin tu yang bocorin sapa. Kan beresss hehe (susah klo oknum mah)

      Pemerintah jugaaaaaaaaa, besok2 jangan salah milih pemenang tender ya. Murid sangat dirugikan. Kertas tipis lah, di hapus robek lah, telat pengiriman lah. Makanya habibi jangan d usir, jadinya gini deh.
      Klo masi ada habibi, bisa bikin alat sendiri buat cetak soal n lembar jawaban dll. Bisa kirim sndiri mo kapanpun dimanapun kemanapun tanpa nyewa jasa. Ini semua cela terjadinya kebocoran.

      Pengawas jugaaaa, kreatip dikit di ruang ujian lbih bagus. yang penting Ngawas lancar, murid tenang alias ga tegang, berita dapet, duit ttp dapet, keamanan dapet, cari sendiri solusinya. Ahahahaha
      Gausa takut d ancem. Slow ajaaaa, ada apa2 tinggal teriak tolooooong. Beres..
      (Gatau juga sii hehe)

      Bloger jugaaa, next time liat tanggal dl sblm posting barbuk kaya gitu. Krn UN ga serempak d indonessia. Takutnya malah bikin kacau yang belakangan UN nya. (Saran aja sii). Overall saya dukung aksi ibu.

      Commentator jugaaaaaaaa, (termasuk saya dong) ahahahaha. Komentar boleh, tp BAHASA nya dijaga. Kan pada pernah makan bangku sekolahan kan hehe.. jangan sampai diskusi nya malah jd jauh dari pokok pembahasan. Malah bahas *maaf* jancuk, asu, cih, sok suci, sok gemblung, dsb (apalah itu).
      Sedikit selingan candaan gpp untuk mencairkan suasana..

      Semua yg ada disini jugaaaaa, salam kenal
      Hehe ^_^

      Mohon maaf kalau ada kata yang tidak berkenan dan ada yg tersinggung.. dimaapin yaaaa^_^

      Salam hangat,
      Alumni TK, SDN, SMPN, SMAS, PTS 😛

  475. Pengalaman Ujian says:

    Pengalaman Ujian

    Swaktu UN d SMA (Jakarta), d ruang ujian saya jg beredar kunci jwbn & contekan lainnya. Pngawas tau tp pura2 tdk tau krn contekn masuk dr pintu kelas d dpn meja jaga pengawas. Saya du2k d pojok/ujung plg blakang jauh dr sberang pintu. Dulu saya s4 kecewa krn ga pernah kbagian contekan tsb krn posisi duduk yg trjauh dr pintu.

    Bgitu kuliah, di kampus saya yang ketauan pengawas mencontek dg ada bukti contekan akan langsung di DO. Ksempatn mngulang pendidikan hanya untuk mereka yang nilainya kurang bukan di matkul inti. Tp lain ceritanya kalau mencotek. Meski di semester sebelumnya mahasiswa tsb mmiliki nilai A atau IP yang tinggi, begitu ketahuan ujian semester (matkul apapun) mencontek langsung di DO. Ga ada tawar-menawar. Kata pihak kampus, ujian saja mencontek bagaimana nanti jadi aparatur pemerintah yg bersih? Di kampus saya sudah sering dihujat karena lulusannya ada yang melakukan korupsi setelah memasuki dunia kerja, padahal pendidikan etika dan moral di kampus sangat utama. Begitupun kedisiplinan. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelangga. Gara-gara 1 mahasiswa mencotek, kualitas moral lulusan lainnya dianggap buruk. Gara-gara 1 orang korupsi, jutaan orang yang menanggung bebannya.

    Dari sana mendapat hikmah:
    1. Saya bersyukur tidak mendapat contekan sewaktu ujian di SMA.
    2. Ternyata mencotek itu bisa jadi kebiasaan buruk. Dan jika sudah terbiasa, perilaku ini tidak membawa beban bagi mereka. Justru sebaliknya, siswa2 yang jujur & mnentang perilaku mencontek malah dianggap sok/sombong/munafik bahkan bisa dimusuhi.
    3. Mencontek & plagiat bisa membawa efek yang lebih buruk dalam perilaku sosial, baik di linkungan masyarakat maupun dunia kerja.

  476. indra says:

    saya ga habis pikir…sejak kecil saya tidak pernah memikirkan masalah UN, saya kena batas minimal kelulusan UN sejak SMP, dan hal itu sama sekali tidak membuat saya menjadi takut utk menghadapi UN. hal ini terjadi karena saya bersyukur saya dididik disekolah yang memiliki kualitas Guru yang super, meskipun nilai saya tidak pernah memuaskan, (dr SD-SMA, nilai UN saya hanya rata 8, sekian) namun itu murni saya kerjakan sendiri. saya lebih percaya diri dengan pekerjaan saya sendiri. kemandirian yang diajarkan oleh guru2 saya sejak kecil menjadikan saya pribadi yang tidak kalah kualitasntya dengan teman2 saya dari luar negeri, kebetulan saya menyelesaikan S1 saya disalah satu universitas terbaik di Jawa Tengah, dengan dengan predikat Cumlaude dan waktu tercepat, dan saya menyelesaikan Master saya di universitas yang sama dalam usia 22 tahun. disela saya menyelesaikan studi master, saya berkesempatan untuk mengenyam satu semester di Belanda, saya dengan percaya diri oleh pendidikan kemandirian yang di ajarkan oleh guru saya sejak SD membuat saya menjadi terkemuka di kalnagn-kalangan teman saya baik dri asia maupun europe. sehingga apa yang ingin saya share kan disini, bukan bermaksud saya untuk menyombongkan diri, namun lebih dari itu adalah UN sebaiknya bukan dijadikan sebagai beban bagi guru, dan membuat guru menjadi melakukan hal-hal tidak terpuji, jika guru itu berkualitas dan mampu mendidik muridnya dengan baik, maka siswa tersebut akan lulus dengan baik tanpa ada bantuan dari siapapun kecuali kemampuan dirinya.

  477. Apa sih sebenarnya manfaat UN ? anak itu diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing2, Dan seharusnya sekolah itu bisa membantu anak berkembang dengan kelebihan masing2 yang tentu saja tdk sama. Bukan sekedar mendapat nilai 100 diatas kertas.Tapi pengembangan diri dan karakter yang paling penting. Memang kalo membicarakan system pembelajaran di Indonesia itu bikin miris..bikin resah. Pemerintah seolah tutup mata tidak mau melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan anak2 bangsa ini.

    Tapi tetap kok tergantung sekolahnya juga, ga 100% seperti itu. Masih banyak sekolah2 swasta favorit yang berbasis ” character building” pendidikan karakter yang utama, fun learning dengan system pembelajaran aktif tidak monoton yang membuat anak2 pun fun dalam belajar. Anak murid tidak dizinkan bawa HP ke sekolah apalagi saat ujian, bahkan bawa uang jajan ke sekolah pun jg tidak diizinkan.Guru2 nya pun tidak ada yang membawa HP ke dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar.

  478. andri says:

    Memang negara Ini bisa maju dengan standard UN? harusnya yang dikedepankan Akhlak para pelajar, jika Akhlak itu baik, InsyaAlloh pelajaran ikut baik, Buktinya banyak orang Pinter Di negri ini, tapi Pinter Korupsi, contohnya Oknum Pejabat Korup, Oknum Anggota DPR Korup, Oknum Pegawai Pajak, dan masih banyak lagi di Pemerintahan ini Oknum2 yang otaknya korup, di Negara ini Sarjana, bahkan Profesor itu banyak sekali, tapi kenapa blm bisa maju saja ini negara?, Karena Akhlak mereka tidak ada, Rasa takut akan Tuhan itu Nol, sehingga mereka berbuat korup, jadi apakah standard UN itu bisa membuat anak, tidak korupsi?di Negara kita ini Negara dengan Umat Muslim terbesar di Dunia, tapi negara ini krisis Akhlak, lihat, Tawuran Pelajar apakah standard UN bisa menghentikan tawuran pelajar? saya merasa kasihan dengan pelajar sekarang, terkekang oleh sistem, sehingga mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab yg besar, mereka ketakutan tidak akan lulus UN, sehingga mereka melakukan berbagai cara, salah satunya dengan mencontek, disadari tidak disadari, UN itu mendidik agar siswa berbuat curang, yaitu dengan mencontek

  479. susi says:

    Tulisan diatas menginspirasi loh, sebagai orang tua, saya akan mendampingi anak2 saya yg akan mengikuti UN dengan jujur, menjaga moralitas mereka dan juga dari sisi agama yg saya anut, semoga anak2 saya memiliki kemampuan yang optimal dan tidak tergiur dengan lembar2 kunci jawaban.

  480. Dzulfikar says:

    Reblogged this on Just Share and commented:
    hmmm,,, UN 2013 memang paling bersejarah (bobroknya).

  481. kacung says:

    hahaha,ada”aja

  482. kacung says:

    saya dulu gak lulus ujian negara,nyampe ujian 2x,
    ujian ke 2 alhamdulillah lulus,
    maklum lah jujur itu penting

    1. Abu Humairo' says:

      Ajib gan…
      ane juga pernah ga’ lulus, walau itu gara2 konspirasi….
      tapi percobaan kedua Alhamdulillah lulus dengan nilai tertinggi selama ane sekolah dari SD ampe SMA….
      tidak lulus bukan berarti kiamat
      justru itulah kesempatan untuk intropeksi dan memperbaki diri…
      😀

  483. Atila says:

    UN sendiri aja udah jadi degredasi moral bangsa….
    tujuan tulisan ini apa sebenarnya, mau menjujurkan UN yang menjadi degredasi moral bangsa ?
    berarti mendukung UN dong ?

  484. Bimbim says:

    Sudah lah, itu semua sudah diatur, dan titipan agar lulus semua, lebih mementingkan quantity daripada quality. Selamat atas degradasi moral, ketidak jujuran.

  485. anung says:

    hari tanggal 24 april saya jg menemukan lembar kertas seperti itu juga di tempat sampah salah satu MTS.

  486. imran Jamal says:

    Peduli dan Sayang, itu ada pada diri kita semua diseputar UN.
    Semua guru2 ingin anak didiknya bisa mengerjakan dengan baik, karena tidak ingin melihat anak didiknya tidak lulus. Saking sayang dan pedulinya, kadang ‘membantu’.
    Semua orang tua ingin anak2 lulus, tanpa harus mengulang lagi, tanpa harus mengeluarkan biaya lagi, biar si anak juga mentalnya baik2 saja tanpa ada perasaan “mogok”. Karena mogok sudah sebuah pukulan moral yang sangat membentuk mental anak semakin jatuh. Pindah sekolah adalah alternative dr orang tua, demi mental tidak semakin drop. Yup, orang2 tua pada peduli dan sayang kepada semua anak-anak.
    Negara, ingin agar anak2 serius belajar, menjadi anak yang bertanggungjawab atas tugasnya belajar. Supaya anak bisa kuat dan mandiri nantinya. Negara peduli dan sayang kepada generasinya.

    Dimana peran kita semua? Orang tua, guru, negara? Jangan kita mengorbankan waktu 1 tahun mubazir, mental anak drop, dan biaya orang tua terbuang.

    Saya secara pribadi tidak setuju nilai UN sebagai penentu kelulusan anak. Biarkan nilai itu hanya sebagai tolak ukur keberhasilan guru mengajar. Anak tetap lulus, apapun nilainya. Biarkan sekolah yang menentukan sendiri, bukan dari pusat. Standardisasi nilai tetap berlaku, kurikulum tetap seragam.

    UN sudah momok setiap tahun, banyak makan korban (anak stress, bunuh diri, guru membiarkan saling tukar jawaban, dan sebagainya yg akhirnya merekapun disalahkan, pelaksanaan distribusi materi dan potensi kebocoran ditengah jalan, dana UN yg lumayan). Wow….

    Kalau saya kaya, saya akan buat sekolah tanpa UN, saya akan tampung mereka kuliah di kampusku tanpa nilai UN, dan kalau sulit kerja, akan saya tampung kerja di perusahaannku, dengan gelar dan keterampilan dr sekolah atau kanpus itu. Sekolah saya di akreditasi? Who care…..yg penting belajar, bekerja, serius, berprestasi, ciptakan lapangan kerja sendiri, berahlak dan beragama.

    Kesimpulan saya: hapuskan UN. Cape deeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee

    1. anonim says:

      To the point. Aja
      Banyak amat nulis nya.

  487. adryan says:

    saya sebagai siswa jg ingin bertanggapan, bukanya kami tidak ingin belajar/tidak ingin memakai bocoran tetapi kegiatan belajar mengajar kami di sekolah selama 3 tahun kenapa hanya di tentukan oleh Ujian Nasional? itu hanya membuat kami stress, dengan memikirkan kalo kami tidak lulus UN kami akan mengulang tahun depan.

    Kenapa kami di paksa untuk mengikuti sistem yang hanya mementingkan pelajaran-pelajaran akademik? bagaimana jika saya memiliki keahlian di bidang non – akademik seperti atlet Baseball,Lari,Renang,bulu tangkis dll?

    1. anon321 says:

      hahaha tenang aja mas bro dulu gw pas sma juga kaya gitu

      gw juga bertanya-tanya kenapa gw 3 tahun belajar di tentuin ama 3 hari ujian rasanya gak adil tapi ya sudah kalo mau lulus ya mesti belajar udah belajar gak lulus ya coba lagi

      malah gw udah bertekad kalo emang gak lulus gw mau ketawa sekenceng-kencengnya
      tapi untung aja masih lulus walaupun nilai pas-pasan

  488. Salah satu murid yang ikut un 2013 says:

    bego amat muridnya, soal un gampang gitu aja nyontek.. gw ikut un taun ini kayaknya biasa aja deh, ga ada susah-susahnya.. kok bisa ya sampe nyontek.. kagak belajar kali tuh anak

    1. bekas murid says:

      hahahha… bagus gan, jadi inget iklan.
      klo gak salh bunyinya gini….
      mau pinter? minum air selokan 😀

  489. Kenapa anda repot urusi urusan orang yg sedang dalam kondisi ketakutan tidak karuan?
    Anda jujur? Tidak pernah berbohong?
    Tidak pernah ya anda berbohong dan mendapatkan toleransi dari org lain.

    Bukan masalah besar, coba bayangkan anda punya anak, anak anda rajin dan sudah berusaha, lalu ikut un tanpa bantuan kunci jawan.
    Ternyata tidak lulus..
    Apakah anda mau menulis tulisan sok2an ini menjatuhkan citra un, salahin kepala sekolah, dan orang2 lain?

    Kasihan..

    1. U Mad bro?

      Anda pikir bohong itu harus ditoleransi?
      Dan apa anda pikir, kita mendapat toleransi dalam berbohong itu baik?

      Coba pikir baik-baik, proses yang buruk tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik.
      Jika semua orang berfikir seperti ini, maka Indonesia akan tetap seperti ini, penuh koruptor, dan mereka akan tetap di”toleransi”.

      1. bekas murid says:

        setuju. ane quote dari film nih, sampe saat ini terus melekat di pikiran saya.
        IF YOU WANNA DO RIGHT THING.. LET’S DO IT RIGHT WAY

    2. Joni Susanto says:

      yak betul 100%

    3. bekas murid says:

      APA ANDA BANGGA KLAU SUATU SAAT NANTI ANDA ORANG YG PALING SERING DIBOHONGI ANAK ANDA SENDIRI?

  490. Calon Mentri says:

    Percuma kode soal sampai begitu banyak hanya pemborosan anggaran saja yang seharusnya bisa di alokasikan ke hal lain seperti pembaharuan infrastruktur dan pensejahteraan guru,Sudah wajar anak2 sma zaman sekarang lebih memilih menggunakan bocoran dibanding belajar sendiri,sistem pendidikan di indonesia sudah terlalu kuno dan di kemas secara membosankan,lebih baik di ganti sistem nya dengan sistem sks seperti di perkuliahan agar tiap anak dapat memiliih sendiri pelajaran yang ia suka dan potensi-nya tidak akan sia-sia seperti kebanyakan anak bangsa di negara ini.

    1. Joni Susanto says:

      ini benar2 calon mndikbud

  491. CUMLAUDE says:

    Kayanya untuk orang yang pernah merasakan bagaimana panasnya bangku saat UN, dan bagaimana euporia desakan dan beban serta ancaman dari berbagai pihak , guru, teman, alumni, orang tua , dsb… pasti dan pasti tidak akan berbicara seperti ini paling cuma “BUNGKAM” saja dan tersenyum ^_^,

  492. CUMLAUDE says:

    mengingat kenangan yang tidak ingin terjadi untuk kedua kalinya, apa lagi kalo ada orang yang berkata , “lu sekolah 3 tahun disini cuma ditentukan dengan tiga hari “, hayoooooo mau gimana lu….
    GUE yakin Lu pade pas kemaren di bangku sekolah.. Belum ada UN ya… ^_^

  493. anonim says:

    Tidak semua nya seperti itu !

  494. fbsitunnes says:

    Diam setelah menerima amplop, padahal jelas2 melihat yang hak dan yang bathil di depan matanya sendiri. Saya yakin tdk SEDIKIT yg seperti itu, semuanya di kemablikan kepada manusianya, Klo dia hanya mementingkan duniawi saya yakin dia mengenyampingkan kebutuhan akhirat. Saya salut buat pemilik web ini.

  495. slamsr says:

    saya temani bu ninok
    buset… kok ada yang koment “sudah menjadi mentalitas turun temurun”
    mau anak anda seperti ini?
    dahaulu kalau UN ya belajar, kerjakan soal sendiri..

  496. junamel says:

    yang dibutuhkan negara ini adalah pendidikan moral yang bagus, bukan nilai tinggi, saya mendukung para GURU yang benar benar GURU, yang mendidik murid murid nya, bukan sekedar mengajari bagaimana cara mendapat nilai bagus. Guru adalah ujung tombak perubahan negeri ini. Jika dan hanya jika negara ini mau terbebas dari jeratan lingkaran setan koruptor

  497. yuyun says:

    Tadi pagi dapat link ini dari teman, dan langsung penasaran..
    Kebetulan saya juga bekerja di satuan pendidikan, dan alhamdulillah selama saya di sini nggak pernah ada kejadian2 seperti itu.
    fyi aja, syarat kelulusan saat ini bukan hanya 100% nilai UN, tapi 16% dari nilai rapor smt 1 s.d 5, 24% nilai US, dan 60% nilai UN. Jadi untuk melakukan kecurangan atau tidak, kembali lagi ke sekolah masing2.

    Tapi saya pernah dengar juga cerita dari salah satu sekolah yang menganjurkan para peserta didiknya untuk saling bekerja sama dalam mengerjakan soal UN, jadi mereka bagi2 kunci jawaban gitu, tapi caranya gak seekstrim yang di atas.

    Mengenai kualitas pendidik, saya sendiri juga sering ngelus dodo. Yach, ada beberapa guru yang melaksakana tugas hanya sebagai “pengajar” saja, bukan “mendidik”

  498. ahmad says:

    tuk Ts…. jika anda muslim maka saya akan menasehatkan :

    laporkan apa yang anda ketahui kepada atasan anda selaku pimpinan kepala pengawas UN…. pertanggung jawaban dunia tidaklah seberat pertanggung jawaban anda kelak ketika di akherat….

    berdoa kepada NYa tuk diberikan kekuatan dalam berani menyatakan mana ya HAQ dan mana yang BATHIL….

    ingat selemah lemahnya iman adalah dalam hati… yaitu membenci dan mengingkarinya yaitu dengan meninggalkan nya… (dgn kata lain kalau anda tidak sanggup mengatakan kebenaran dalam instansi anda, akan alangkah lebih baiknya anda keluar dari instansi anda demi mendapatkan ridhoNya tuk kebahagiaan dunia akherat kelak)

    tulisan anda sudah mencerminkan apa yang anda rasakan, jadi realisasikan langkah anda tuk kebaikan ummat ini kedepannya… (^_*)

  499. faisal says:

    mbak ninok, saya boleh minta emailnya mba?
    terima kasih!

  500. generasi 86-98 says:

    wah rame y…….jujur ato tidak adalah personal dan pilihan hidup…..begitu juga dgn seorang guru….so jangan men-judge siapapun, instropeksi diri aje, dah jujur belum?? kalo udah teruskan….
    saya juga setuju dgn pendapat bahwa ada guru yg mendidik dan ada juga hanya sebagai pengajar, karena saya pernah merasakan sebagai murid mereka…….
    tapi saya juga mengetahui sedikit banyak kehidupan guru, karena hidup dilingkungan guru dan satuan pendidikan (guru lulusan jaman dulu, yg kalo mo jd guru harus sekolah khusus guru dari sma sampai pt) bagaimana perasaan mereka saat mengetahui bahwa ada muridnya yg kurang bisa menerima pelajaran atau tidak lulus….dan itu beban berat juga bagi mereka…..
    dan pada saat mereka harus tunduk pada sistem dan peraturan yang sangat tidak sesuai dan mungkin kurang adil bagi mereka dan muridnya kelak…..seperti beban kurikulum yg terkadang tidak sesuai dgn jumlah jam pelajaran yg harus ditempuh, ato dgn materi yg tidak sesuai, misal anak smp sudah harus menerima pelajaran ttg unsur kimia (ion dan kation), tp dasar pembelajaran materi tersebut tidak diberikan dlm kurikulum spti saat sma, maka ada guru yg menyarankan gunakan pengetahuan yg ada dan perasan, bagaimana tidak, murid tsb harus mengetahui mana unsur ion dan kation dan harus hafal, tp hal tsb tidak ada di satpel……
    kembali lagi soal UN, ini adalah masalah sistem pendidikan yg semakin hari semakin tambah ruwet karena banyak yg tidak sesuai baik bagi murid juga guru dan tujuan guru adalah bagaimana muridnya jadi orang yg berguna kelak…
    dan saya sendiri merasa bahwa masih lebih bagus sistem yg dulu (saat saya jadi murid th ’86-98, begitu juga menurut ibu dan adik saya yg jg guru) dan menurut mereka muridnya yg sekarang dah stress duluan sebelum UN karena sistem yg berubah dan ribet….
    so tinggal kita yg harus memposisikan diri kita masing2, kalo guru y…harusnya bagaimana, n murid juga berlaku hal yg sama…kalo ada yg tidak baik y jangan ditiru…
    just reminder : “Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, kalau tidak mampu maka ia rubah dengan lisannya, dan kalau tidak mampu juga, hendaklah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman”.
    (hadist Rasulullah SAW)

  501. putra says:

    ijin repost

  502. sudah maem nok ?? sehat kan ??
    jadi gimana ?? apa perlu aku kirim orang kesana buat liputan ?? berita besaar nih …

  503. Cuse says:

    SEMUA KARENA UANG. BETUL TIDAK SODARA-SODARA ?…

    1. bekas murid says:

      gak juga om/bu ada prestise juga klo di sekolah tsbt yg gak lulus.

  504. gals says:

    emang soal UAN yang sekarang susah banget banget banget ya? kok kayaknya dulu waktu saya UAN (tahun 2009, program IPS, paket soal lupa :D) biasa aja soalnya. ngga susah-susah banget sampe segala beli-beli kunci jawaban/nyontek. emang siih hasil rata2 ujian saya biasa aja (8 kurang dikit :D) tapi emang itu salah saya yg rada males belajar. tapi serius deh itu soal2 yg keluar di UAN tuh yg banyak berkeliaran dibuku2 paket kok cuma dirubah2 dikit angka/kalimatnya.

  505. setelah membaca artikel diatas>> ini mungkin salah satu fakta berupa ‘aib’ yg ada didunia pendidikan saat ini yg mesti diperbaiki..memang banyak yg tidak ditemukan hal seperti ini ditempat lainnya, mungkin sistem yg berlaku ditempat tsb sudah cukup mumpuni (kejujuran, kesadaran, dll) namun dalam konteks ini alangkah baiknya kita mencermati sebagai suatu bentuk ‘borok’ yg jika tidak segera disembuhkan, akan membawa dampak yg kurang baik kepada hal yg lebih luas (psikologis/mental dll)..sudah saat nya, bagi yg mampu; untuk bertindak, dengan berbicara ataupun dengan ‘hati’ adalah selemah-lemah iman…karena saya bukan ahlinya, mudahan ada solusi untuk dunia pendidikan yg mampu membawa perubahan kearah yg lebih baik lagi 🙂

  506. Joni Susanto says:

    knapa jd saling memusuhi gara2 un, musuh kita bukan sesama sekolah, sesama guru, sesama pengawas, ato sesama komentator, musuh kita bersama bernama UN, adakah yg brani melawannya?

  507. Naja L Umar says:

    Numpang komentar…
    Takut karena tak mampu/siap.
    Jika anak-anak diberi modal yang cukup selama proses pembelajaran baik secara materi pelajaran ataupun secara moril (akhlakul karimah).Saya berani jamin anak-anak dapat menghadapi ujian apapun bentuknya, berapapun paketnya, siapaun boleh mengujinya.
    Setiap tahunnya saya bandingkan level soal materi ujian semakin rendah. Harusnya anak-anak bisa menjawab maksimal jika mereka dalam keadaan siap.
    Jadi tak perlu menakut-nakuti, tetapi gembirakanlah.
    🙂

    1. Joni Susanto says:

      sampeyan itu ngomong fakta ato fatamorgana?

  508. Skanderovich says:

    Mbak yang punya posting, hati2…. Kok saya buka posting ini, sama firefoxnya diperingatin… tempatnya udah pernah di “report as spam”…. *Sekilas info*

  509. pasti sebentar lagi jadi berita nasional. sebenernya UNAS memang lebih banyak sisi negatifnya. meskipun maksudnya baik, tapi masy kita banyak yg “belum siap” menghadapinya. ini semua tidak lepas dari masalah kemiskinan yg membuat mereka tidak mampu meraih pendidikan yg tinggi dan juga pemerintah yg sibuk sendiri dengan agenda korupsi berjamaah-nya. seandainya pemerintah benar-benar fokus utk meningkatkan taraf pendidikan anak bangsa, mengalokasikan banyak dana dlm bidang pendidikan, mengubah mindset masy ttg pentingnya pendidikan, barulah saat itu UNAS yg bersih dapat benar-benar diterapkan

  510. APRIL says:

    GURU BAU KENCUR AJA SOK BELAGU… NGERTI APA ANDA TENTANG DUNIA PENDIDIKAN ???

    KAYAK GINI KOK DIUPLOD DI BLOG !!! OTAKNYA DITARUH DI MANA BUU !!!

    BAYANGKAN JIKA YG UN ITU ANAK ANDA, DAN KEMAMPUAN YG DIMILIKI ANAK TERGOLONG RENDAH.. APA YG ANDA LAKUKAN !!!
    BAYANGKAN JIKA ANDA YG MENJADI KEPALA SEKOLAH, KEMUDIAN BANYAK SISWANYA YG TIDAK LULUS, DIDEMO MASYARAKAT,, SIAPA YG AKAN DISALAHKAN !!! APA YG AKAN ANDA LAKUKAN !!

    SAYA UCAPKAN SELAMAT KEPADA ANDA.

    1. bekas murid says:

      HMMM. SEKARANG NYONTEK SAAT UJIAN. UDAH GEDE BISA JADI KORUPTOR.
      MASIH MENDING KLO KORUPSI NYA GAK BANYAK MERUGIKAN YG LAIN.

      GMN KLO NI ANAK UDAH BIASA GAK JUJUR DAN MEMBODOHI ANDA SEBAGAI ORANG TUA.
      APA ANDA AKAN SENANG KLO ANAK ANDA SUDAH PINTAR MEMBODOHI ANDA?

      BAGAIMANA ANDA BISA MENGHARAPKAN ANAK ANDA SEBAGAI ORANG YANG BAIK KALAU JALAN YANG DITEMPUH BUKAN JALAN YG BAIK?
      MOVE ON DUDE…!

      SAYA UCAPKAN SELAMAT HIDUP ANDA MASIH DALAM DUNIA FANA

      kuot dari pelem KPK: if you wanna do right thing.. let’s do it right way

  511. Bathara Kresno says:

    Apapun yg benar maka katakan benar dan apaun yg salah maka katakan salah…saya secara pribadi mendukung apa yg telah anda lakukan untuk perbaikan penerus bangsa kearah yg lebih baik, jujur dan benar…
    Biarlah anjing menggonggong khafilah kan tetap berlaku…
    Halten den Geist….

  512. janoe says:

    Saya juga pernah jd pengawas un tp g laten ky gt

  513. justice says:

    pemerintahannya aja sukanya korup, masa bisa mikir bener.
    UN ITU BUKAN TARAF UKUR SISWA BUAT LULUS! 3 THN SEKOLAH ditentukan bbrp hari?
    GMN YG DI PEDALAMAN? GMN YG SEKOLAHNYA AJA MASIH DI HUTAN?
    PENINGKATAN TARAF PENDIDIKAN ITU CARANYA BUKAN DI UN KAN, DAH SALAH BESAR!! STANDARISASI GLOBAL ITU YA MERATA DAN HARUS ADIL, SEDIAIN FASILITAS n SEKOLAH YG BENER DOLO BIAR ADIL

  514. introspeksi says:

    kalo sy analisa dr modus yg terjadi, anda memiliki idealisme tinggi. artinya pelaksanaan UN pd tahun ini berjalan sesuai yg diharapkan dan sesuai aturan. Baik pihak sekolah, panitia, dan pengawas UN saling jujur dan tidak ada negosiasi kecurangan. cuma yg menjadi pertanyaan sy,
    1. kok bs pengawas mengijinkan masuk ruangan ujian padahal dalam tata tertib pengawas, seorang pengawas tidak diperkenankan siapapun masuk ke dalam ruangan sekalipun yg mau masuk itu pejabat negara.
    2. anda menguplode bocoran kunci dalam bentuk gbr, artinya anda sebagai pengawas membawa alat elektronik/HP ke dalam ruangan UN. artinya anda sebagai pengawas tidak taat terhadap aturan sebagai pengawas. benar tidak ya

    jika anda pengawas yg mempunyai idealisme tinggi mestinya hal seperti ini juga diperhatikan. Tidak hanya menyalahkan pihak pelaksana UN. Benahi dulu kinerja anda sebagai pengawas,

    semoga menjadi koreksi bersama.

  515. hosana says:

    Ayo ngawas di sekolah kami, kami berjuang habis-habisan mendidik siswa kami kejujuran dan kerja keras: yang menyontek saat ulangan saja kami tempelkan fotonya shg timbul jera. Saya juga heran mengapa mental byk guru indonesia jadi demikian pada hal menyesatkan satu saja generasi muda akan dihakimi Tuhan,Gbu Guru Sejati.

  516. poer says:

    udah di share sama e100 suara surabaya loh mbak..ntar kalo udah kecium sama wartawan tvone ato metrotv,gemparlah blog ini jadi berita nasional..

  517. SUPRIJADI says:

    Kejadian seperti yg anda alami bukan terjadi di wilayah saudara, tetapi juga hampir semua daerah sudah mempunyai trik sendiri-2 kalau hal ini saya umpamakan wabah sudah sangat kronis dan perlu diberantas, caranya adalah dibinasakan dalam satu generasi, hal ini perlu ada keberanian untuk berkata TIIIIIIDDDDAAAKKKK

  518. Yang kaya gini udah biasa bu
    Dulu pas masih jaman saya masih SMA juga kejadian di sekolah saya
    Malah lebih parah lagi, sebelum ujian dimulai semua murid disuruh ngumpul di dalem kelas dan didalemnya udah ada jawaban yang terpampang di papan tulis buat dicatet siswa
    Mungkin pada dasarnya bisa dimaklumi, mengingat sekolah saya termasuk sekolah dengan reputasi paling jelek di Bandung, dan ini bisa dibilang langkah desperate yang diambil sama pihak sekolah buat meminimalisir jumlah murid yang ngga lulus
    Dan meskipun saya termasuk pihak yang diuntungkan, tetep aja hati kecil saya ngerasa kecewa dan dibohongi
    Seakan-akan semua usaha belajar saya jadi ngga dihargai

  519. achmad sholiq says:

    Maju terus mbak Ninok….kejujuran lebih penting dari nilai UN…..kami mendukungmu!!!!

  520. tr says:

    ijin nyimak…

  521. ahsanoel says:

    Saya dukung ♏βåk, karena mengetahui banyak kecurangan selama 3x UN saya menolak utk menjadi panitia atw pengawas UN

  522. maaf kalau kami cuman setengah berhasil menggagalkan pembelian kunci jawaban UN oleh siswa, masih ada yang mbandel sih 😀

  523. Joni Susanto says:

    mnrt logika orang normal, mslh un sdh jelas, tp banyak yg salah diagnosa: dikira pnyakitnya adlh ketidakjujuran, pdhl itu cuma reaksi alergi. knapa pasien alergi? pasti ada pemicunya, obat itu memang brtujuan baik, tp faktanya banyk org yg alergi thd obat trtentu, bhkn trjadi kmatian. obat yg dkasi prof doktor m nuh yg brnama un inilh yg g cocok sm pr pasien, akibatnya sprti skrg: trjd khebohan soal un. ko bisa? gampang, sblm ada un ada khebohan macam ni g? mngatasinya y super gampang: hentikan pngobatan pake obat yg brnama un itu? apa g ada obat lain? yg bisa mnghntikan pengobatan y si prof doktor haji insinyur m nuh itu, makanya dia hrs dingatkan. mslhnya adalah siapa di antara para guru, kasek, kadinas, dosen, pakar dll yg brani mnentang dia? kalo g brani brarti kita sdh menuhankan m nuh, soalnya yg hrs ditakuti manusia cuma 1: Tuhan, mnuhankan manusia, apa g dosa buesar? g takut sm Tuhan, buktinya banyak yg curang

  524. muliani says:

    Saya dukung anda 10000%. Saya tdk mau berkomentar panjang lebar spt yg lain.Hanya sdkt kalimat yg saya tulis……Spt yg diusulkan DPR : UN DIBATALKAN SAJA. TAHUN INI DIANGGAP LULUS SMUA. NILAINYA GA VALID. Mendikbud bilang ga fair klo lulus smua. 22 propinsi bisa ikut UN, kenapa hanya “musibah” 11 propinsi yg jadwalnya tertunda menyebabkan UN harus dibatalkan? Inilah jawaban orang bloon. 22 propinsi yg ikut UN serentak sebagian besar masih kacau. Soal tertukar, kurang lembar jawaban, ada soal yang terselip dalam amplop, ada yang sobek dsb…..inikah yang dianggap beres? Klo toh ada yang beres smua, kunci jawaban beredar di mana-mana. Di mana letak keadilan? Murid yg jujur tidak dihargai. Mereka pasti takut nilainya kalah dgn yg pake kunci. Apa yang dicari dari UN ini?Nilai ataukah kemampuan siswa? Jujur ataukah ketidakjujuran yang dikejar???
    Nasib siswa di 11 propinsi malah lebih parah. Klo dijabarkan disini bisa berlembar-lembar. Jadi…..peserta UN di 22 propinsi dan 11 propinsi sama-sama kacau akibat ketidakbecusan kemendikbud ngurusi UN. Kenapa UN tahun ini dilegalkan dan tetap dijadikan acuan kelulusan dan daftar di PTN?
    Soal kunci jawaban, jaman saya sekolah di SMA tahun 1987 sudah ada, tapi ga separah dan sebobrok sekarang. Jaman dulu 20 peserta UN, hanya 2-5 anak yg pake kunci….skr hanya 2 anak yg ga pake kunci…..benar-benar kemunduran akhlak manusia!!!!

  525. Akhmad Tefur says:

    Maju tak gentar, membela yang benar…

  526. Riano says:

    Saya jg sering mengalami hal yg sama seperti yg anda alami bu. Jgn patah semangat bu. Mari kita bersama2 membenahi sistem ini.

  527. Si Lika Liku says:

    Jangan disalahin sekolahnya atau gurunya, salahinlah orang pemerintah yang bagian pendidikan. Ujian yang buat kan pemerintah kalau bocor begini itu salah oknum yang tidak bertanggung jawab pemerintah.

    MAKAN DUIT SOGOK tapi tidak sadar mengesengajakan generasinya sendiri jadi bloon semua.

  528. kang enjang says:

    Saya sangat sedih membaca blog ini.

    Semoga terjadi perubahan yg signifikan dalam pendidikan Indonesia.

    Saya salut kepada penulis blog yg mencoba membuka kecurangan yang terjadi ini.
    Salut juga kepada sikapnya yang mencoba melawan kepada pihak sekolah!

  529. ghazali says:

    sewaktu saya sekolah dulu, tidak separah yg penulis alami
    kalopun siswa mendapatkan kunci jawaban, siswa tsb membeli di luar lingkungan sekolah
    manulifekita.wordpress.com

  530. Naning says:

    Ini bukanlah hal baru didunia pendidikan kita,karena tekanan dari intitusi tertentu agar sekolah mampu meluluskan muridnya sehingga guru dan kepala sekolah melakukan hal seperti itu,bukankah hal yang demikian wajar ??? Tapi mereka tidak berfikir pendidikan moral apa yang telah mereka berikan pada anak didiknya ?, perlu tinjauan ,kajian ulang tentan Ujian Nasional itu sendiri apakah memberikan dampak yang buruk atau baik terhadap anak didik.

  531. Fauzan says:

    Hhmmh.. Komen2nya panjang2 amet yach.. (-_-)

    Hhuufftt.. Yaa moga aja, BOCORAN UN 2013 bener bener SESAT hanya 30% yg benar..

    Aaamiiiin…

    Kasian toh.. Yg udah matimatika.. Eh salah..
    Yg udah mati-matian..

  532. Dilema masa kini. Serba salah. Yang penting sudah berusaha untuk mengingatkan agar jujur. Jadi pengen EBTANAS lagi aja kaya dulu. Lebih aman..

  533. misterguru says:

    tenang mbak…..mbak ga sendirian kok
    di sini saya dan teman2 pas un kemaren kerjaannya juga ngambilin kunci jawaban anak2 yg bertebaran hehe
    bahkan th kemaren salah seorang guru di sekolah saya sempat dipermasalahkan karena nyita hape anak dan nyerahin ke polisi hehe…tp yaaa tetap aja; anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, besoknya sita lagi wkwkwk…sampe skarang jd public enemy kl pas un tp tetap cuek2 aja
    kalo menurut saya hampir semua guru ga setuju; cuma oknum2 aja yg bersedia menjadi kuncen. trus kenapa takut? karena persatuan guru belum lagi militan kayak persatuan2 lain…anggotanya ‘diganggu’, malah seperti tutup mata…cmiiw

  534. Laras says:

    UN menjadi momok saat ini karena banyak isu bahwa tahun depan untuk masuk PTN nilai UN juga turut masuk dalam penyeleksian mahasiswa baru. Apalagi tahun depan kurikulum akan diubah, saya pribadi tidak akan mencontek saat UN. Saya kelas XI, bersekolah di SMA swasta katolik dan di sekolah saya, kejujuran diutamakan.

    Teman saya pernah mencontek saat ulangan dan ketahuan, dia dimarahi oleh guru sekaligus dipermalukan di kelas. Menurut saya tidak hanya pecontek yang bersalah, tapi juga lingkungannya. Misal anda jujur tapi lingkungan anda mendukung untuk mencontek apa anda bisa mempertahankan kejujuran? Untungnya saya belajar di lingkungan yang sama sekali tidak mendukung kegiatan contek-mencontek.

  535. Agus says:

    Wah payah generasi macam apa kalau pakai contek mencontek…
    Calon2 korupsi tuh kayanya lama-lama hehe
    Ke ITB aja mencontek langsung DO (Drop Out)… Cius!
    hehehe

    1. zain al ayyubi says:

      miapaah?

  536. jumiroh says:

    sy temani mbak…dari dulu UN mmg semacam sandiwara yg efeknya sangat negatf tuk karakter generasi muda mendatang. Banyak kasus yg lebih parah dr yg mbak temui cuma tdk berani memunculkannya dg berbagai alasan. Yg jelas unsur politik yg ikut menghancurkan dunia pendidikan

  537. sayaonlydee says:

    Wah postingan yg bagus. saya ga memihak sih sebenernya.
    jujur aja, antara harus mempertahankan sikap jujur sbg guru atau menjadi gila krn gak lulus cuma gara2 keputusan final yg dilihat cuma dr hasil UN, lalu hasil 3 tahun sekolah dikemanakan? sama sekali ga jadi pertimbangan?

    Buat saya pribadi, sistem pendidikan di Indonesia itu ngaco sengaco2nya koruptor.
    Kemampuan setiap individu gak bisa disamain, ada yg pinter merata disegala mata pelajaran, ada yang pinter disatu atau dua mata pelajaran.

    Pendidikan sama Politik duduknya bersebelahan, semua orang2 cari muka dengan berlomba2 membuat program pendidikan yg terbaik, walau sebetulnya anak2 jaman skarang cuma jadi tikus lab. Kasian. Hal2 yang begini yang memaksa anak2 itu harus membeli kunci jawaban, DEMI LULUS UN. konyol menurut saya. filosofi yang mudah dan simpel, “orang yang tau apa yg dia kerjakan, adalah orang2 yg akan suskses dimasa depan”. seharusnya mereka itu dibantu diarahkan minatnya, bukan di’paksa’ belajar semua mata pelajaran. SD dan SMP menurut saya cukup untuk belajar dasar2 semua mata pelajaran. SMA mulai pengembangan minat dan KULIAH dimana dia mencari jati dirinya masing2 demi bertahan di kehidupan liar dan kejam setelah lulus kuliah nanti.

    Solusinya, mulailah sistem pendidikan yang mengarah kepembentukan karakteristik anak di masa SMA.
    Ga banyak anak2 yang tau mereka mau kemana setelah lulus UN, yg mereka tau cuma LULUS. tapi masa depan suram, krn salah jalan ngambil jurusan kuliah, walhasil banyak yang drop out, males2an kuliah krn ga cocok atau lebih parah lulus kuliah tapi pengangguran krn lulus dengan IPK pas2an, tambah parah krn ga punya kreatifitas untuk ngembangin diri sendiri misal jadi wirausahawan, kesasar sana sini krn ga tau mereka itu siapa, persis judul blog ini, “WHO AM I?”

    Guru ga bisa disalahkan atas kejujuran ataupun ketidakjujuran, antara terpengaruh politik mempertahankan nilai standar sekolah atau melihat “kasian anak2 ini kalo ga sampe lulus UN, nama baik sekolah juga jadi tarohannya.” benar begitu? pasti benar. Kesusahan batin pasti milik guru2 yang jujur seperti ANDA yg menulis blog ini, dan patut dipertahankan sikap anda, Bu.

    Tapi kembali lagi menurut teori saya, kita hidup di ERA INDONESIA DILEMA. Semua serba dilema dengan meng-atasnama-kan KEBAIKAN BERSAMA. TAPI APA YANG BAIK kalo sistem INDONESIA DILEMA ini membuat anak2 curang demi lulus UN dan membanggakan orang tua? membuat guru2 gak jujur demi anak2 lulus UN dan nama baik sekolah tetap terjaga? (walaupun yang tau busuknya cuma intern sekolah aja).

    KEBAIKAN bersama seharusnya dijalan yang benar. sistem pendidikan yang benar, kemampuan intelektualitas staff sekolah yang benar, lingkungan sekolah yang benar, dan fasilitas pendidikan pendukung yang benar. DAN MERATA disetiap institusi bernama SEKOLAH di INDONESIA, sabang sampai merauke. (kenyataannya tanya dan jawab sendiri ya.)

    Coba contoh Green School yang sekarang mulai marak, harga setinggi langit, tapi sistem pendidikannya BENAR! mereka memacu anak untuk tau siapa diri mereka sedari dini, dan tau membawa kesusksesan setiap individu yg sign up disekolahnya nanti kedepannya akan sukses, minimal bahagia dengan pilihannya, tidak curang dan tidak merugikan batin orang2 yg jujur, mereka mengajarkan bagaimana kehidupan bersosial yang baik dengan sesama, membangun kerjasama antar sesama dan membina HARMONISASI dengan alam. Itu juga penting! cara kita membina ‘hubungan’ dengan alam, agar lebih peduli lingkungan, bisa kritis, cermat dan sensitif terhadap sekitarnya, setelah itu lahirlah individu2 yang seimbang dalam setiap diri anak2, paling tidak mereka tau dasarnya.

    yah rasanya kepanjangan juga bahasannya, semoga bisa dimengerti maksud saya, jika ada yg tersinggung, mohon maaf, ini hanya pendapat semata yang saya pun yakin gak akan jadi nyata. setidaknya terdengar sedikit atau mengganggu sedikit dibenak anda2 semua yang membaca.

    selamat dan sukses untuk pendidikan INDONESIA DILEMA! 🙂

  538. Sheany says:

    Terima kasih cerita ini udah di sharing. Benar-benar membuka mata. Saya mahasiswi dan usia saya 19 tahun, pas jaman SMA saya lulus melalui proses UN, tapi lewat ujian Internasional Cambridge yang disebut IGCSE O Level. Pengalaman masa SMA saya jauh berbeda dari banyak orang lain seumuran saya di Indonesia, dan saya selalu bertanya-tanya apa yang sudah saya lewatkan. Tentunya saya selalu punya keinginan tersendiri untuk ikut UN dan hal-hal lain yang biasanya terjadi di SMA Nasional. Setelah lulus, saya kuliah dan bertemu dengan orang-orang baru. Kebanyakan dari mereka lulus dari Ujian Nasional, dan saya sangat kaget karena mereka bilang pada saya bahwa mereka pada dasarnya nyontek untuk ujian. Kekagetan saya bertambah karena semakin mengenal mereka saya tau bahwa mereka sebenernya mampu, namun kenapa mereka memilih untuk menyontek? Apakah karena pertanyaannya begitu sulit dan berbeda dari apa yang sudah mereka pelajari semasa sekolah? Atau hanya karena ini adalah sesuatu yang “biasa” sehingga mereka menjadikannya sesuatu yang normal untuk dilakukan? Saya masih gak mengerti sampai sekarang. Saya juga sedih karena sekarang saya semakin tahu bahwa hal ini memang terjadi dimana-mana, dan banyak sekali yang tau dan menjalankannya demikian. Kenapa ?

    1. Sheany says:

      *tidak lulus melalui proses UN,

  539. barox says:

    seg nulis blog kwi BODO BEGO seg dukung podo ae BODO BEGO gampang di apusi

    1. zain al ayyubi says:

      yg komen ini nggak pernah sekolah yaa??
      pantesan bicaranya kasar kayak gituuu…
      sekolah dulu sana!!!

  540. useng says:

    ha,ha,ha,,,,,,alangkah lucunya negeri ini,,,,,,

  541. bekas murid says:

    Kalau oknum nya gak ada, gak mungkin juga tu anak2 ikutan nyontek.
    anak/remaja cenderung mengikuti apa yg dia peroleh dari lingkungan sekitar.
    SAAT KECIL TIDAK JUJUR, DEWASA CENDERUNG TIDAK JUJUR JUGA.
    kalaupun dewasa jadi jujur, penyesalan nya bisa seumur hidup.
    beda kalau sejak dini diajarkan jujur, SAAT DEWASA AKAN BANGGA DENGAN KEJUJURANNYA.
    kalaupun dia dewasa tidak jujur, pasti karena langkah menuju dewasa tersebut dia mengalami ketidakjujuran dari lingkungan sekitarnya.
    TERSERAH ANDA MENDIDIK ANAK ANDA MENJADI SEPERTI APA.
    dalam agama saya TANGGUNG JAWAB BUKAN HANYA DIBEBANKAN DI DUNIA, DI AKHIRAT ADA BEBAN YANG LEBIH BERAT DAN TAK AKAN NISA MENYANGKALNYA.
    kuot lagi ah:
    IF YOU WANNA DO RIGHT THING.. LET’S DO IT RIGHT WAY

  542. Reblogged this on honeymoonbackpacker and commented:
    Allah, pantas saja pendidikan di negeri kita carut-marut!

    Salut pada Mbak Ninok yang teguh pendirian dan berkarakter seorang pendidik, teruskan Mbak, kami mendukungmu! 🙂

    Tetap semangat ya 😉

  543. papabonbon says:

    sebenarnya nggak lulus dan mengulang sekolah adalah suatu hal yang biasa. mencontek jangan dilakukan secara sistematis dan diorganisir oleh siswa dan guru. moral yg justru jadi rusak

  544. kozam says:

    Sebenarnya tidak semua…Namun amat sangat banyak…
    Sewaktu saya SD, tidak ada yang nyontek….. apalagi yang memberikan lembar jawaban..

    Sewaktu SMP/MTsN, semua jawabanya berasal dari guru.. Jadi 3 guru datang ke tiap kelas, dua orang di pintu dan satu orang nulis jawaban dipapan tulis…. dan murid2x disuruh menulis dengan cepat…..

    (alasan mereka, agar tidak jatuh harga diri sekolah)..

    Namun ada juga sekolah yang sangat anti dengan kecurangan, namun sekolah itu tidak mengikuti UN…. dan Tidak akan pernah ikut UN.,. Yaitu Pondok Modern Gontor… Disana, jika ada yang ketahuan curang, maka hukumannya antara di berhentikan setahun atau di usir langsung dan tidak boleh mendaftar lagi di Gontor… dan jika ada guru yang memberitahukan jawaban meski sedikit maka guru dan murid itu bisa di usir..

  545. Siti Hapsah says:

    Itulah dampak UN sebagai penentu kelulusan. tapi saya yakin masih banyak sekolah yang tidak melakukan kecurangan demi kesuksesan mereka, masih banyak solusi positif untuk membangun sukses UN

  546. Jimy El-Korabum says:

    Ya begitulah, sesuatu yang baik tapi metode pelaksanaannya tidak benar, maka kebaikan itu bias dan keburukan saja yang terlihat dan terasa. UN pada dasarnya baik, yaitu untuk mempolek kualitas siswa demi jenjang akademik selanjutnya, tapi kalau kenyataannya seperti di atas? Ckckck.. Lebih baik gak usah ada ujian. Pepatah pondok mengatakan, “Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian” & “Ujian itu bisa memuliakan seseorang atau menghinakannya”

    Tulisan yang informatif! 🙂

  547. eyang gun says:

    Teruslah berjuang anakku, negeri ini memerlukan manusia2 sepertimu! Bukan saat ujian guru diperlukan, tetapi saay proses belajar mengajar lah anda dibutuhkan untuk membimbing mereka menjadi manusia yg bertanggung jawab. Th 70 an eyang kaget ketika menempuh ujian di jakarta karena guru ternyata menjual diri melalui lest dirumahnya……. Semoga ananda menjadi guru yang pantas digugu dan dan ditiru oleh anak didik ananda dalam bimbingan dan lindungan Allah SWT. Aamiin…….

  548. Padahal kata almarhum kasino,
    kejujuran adalah budi yang paling luhur.
    sayangnya kejujuran sudah menjadi budi yang hilang di indonesia
    mau jadi apa ya nih negara 10 tahun ke depan ya??

  549. Insaf says:

    tugas paling besar pendidik adalah membentuk moral dengan metode keteladanan guru harus menjadi contoh yang baik bagi muridnya..jgn cuma menyerang sang murid yang baru belajar..tapi gurunya harus intropeksi dulu

  550. eduardoxmenezes says:

    tidak sia-sia saya berusaha membenci mencontek. Bulan ini adalah bulan terakhir saya (kuliah) ngajar di sekolah. Ada kepuasan tersendiri ketika menjadi Grim Reaper nya anak yang nyontek hahaha.
    Tapi bagaimanapun, kita sebetulnya sedang bertarung dengan sistem UN yang -sewajarnya- memunculkan ketakutan akan ketidaklulusan.
    Tentang pengawas yang begitu, ya itu mah -mhn maaf- goblog ajaa. Ingat bung, tidak ada kejahatan yang tidak disengaja, kecuali dalam keadaan gila. Mari bersama-sama bertahan pada integritas kualitas sumber daya manusia Indonesia sebenarnya, pak, bu.

  551. eduardoxmenezes says:

    aargh mohon maaf ceplas ceplos

  552. ian says:

    ga perlu dibahas. bener deh. anak2 itu hanya jadi korban. ingin berpartisipasi mengubah hal ini semua? mulailah dari diri sendiri. coba fikir, ini yg ngajarin siapa? guru2 berani ga berbicara? sana hadapi kepala dinas pendidikan. katakan semua keluh kesahnya. sampaikan bahwa pemaksaan UN sebagai tolak ukur kelulusan ini salah besar. semua juga tahu. kalo sudah tahu, kenapa tiap tahun masih diadakan? apakah menurut bapak ibu guru kurikulum anak2 sekarang sudah tepat? anak TK disuruh bisa baca tulis. apa2an ini??? harusnya usia segitu mereka masih bernyanyi, bermain, dan sosialisasi. anak kelas 1 SD sudah ada pelajaran macem2, bahasa inggrisnya juga conversation. apa kementrian pendidikan sudah gila? apa yg mereka harapkan? eindtein yg langsung bisa segala macam pelajaran???? coba jujur. Lembar Kerja Siswa seperti jaman sekarang sudah layak??? belum lagi saya berbicara masalah buku pelajaran ABCD yg diterbitkan pengarang tertentu, pengarahan kepada 1 kontraktor tertentu, harus beli disekolah (jangan katakan bisa beli diluar, karena akan diperenguti habis2an), seragam juga, semua 1 paket dengan uang sekolah. masuk TK, SD uang masuknya jutaan, ada lagi uang mebeler. YANG PALING BIKIN GIGIT JARI KALO PERPISAHAN ATAU KENAIKAN KELAS JAMAN SEKARANG ADA MEMBERIKAN UANG ATAU HADIAH KEPADA GURU. baikkah hal ini? trus bila hal ini sudah lumrah padahal ini jelas gratifikasi (sodaranya korupsi), apakah guru2 jaman sekarang berharap anak2 muridnya untuk jujur??? tidak nyontek??? ironi sekali kalo guru2 berharap banyak pada muridnya. berbenah dari diri sendiri, perangi kurikulum yg memaksakan. lanjut ke kepala dinas, ke kementrian pendidikan. benahi. ga usah nyiksa murid, udah susah, ga boleh nyontek. KALO GA BISA MEMBENAHI, SARAN SAYA ANAK2 GA USAH SEKOLAH, PADA BIMBEL AJA DILUAR, TOH LULUS GA LULUSNYA CUMA PATOKAN UN.

  553. titin says:

    saya, sebagai orangtua biasa. daripada kita berdebat, lebih baik kita bersama-sama beraksi demi kemajuan negara kita. Yuk didik anak2 kita dengan baik dan kelembutan hati….

  554. Joni Susanto says:

    seperti biasa, semua beakhir antiklimaks, semua kembali ke ego masing2, ngapain pusing2. guru brani bersatu menentang un? cuma mimpi

  555. zamerseven says:

    Un selalu jadi polemik. Gak murid gak Guru….

  556. Bayu Setianto says:

    apapun itu, UN harus dihapus.. beberapa hal yang nggak bisa dijadikan basis kelulusan..

    UN bagus dilakukan di kota-kota besar, karena sistem pendidikan dan fasilitas di kota2 besar memadahi siswa untuk belajar. Sedangkan di pedalaman ? boro-boro sistem pendidikan, fasilitas nggak terjamin, banyak guru ogah ditaruh di pedalaman, dan banyak hal. Saya pernah ke daerah pedalaman NTT berbatasan dengan Timor Timur; saya lihat sendiri ruangan kelas yang nggak kondusif untuk belajar.. siswa/i nya saja ke sekolah nggak pakai sepatu (barefoot) dan pakaian seadanya (seragam saja ada yang pakai dan ada yang enggak).. apalagi bicara buku pelajaran.. bagaimana mungkin UN disamaratakan antara di kota besar dengan pedalaman ? untuk bahan kelulusan lagi.. Saya setuju UN hanya digunakan untuk melihat daerah mana yang perlu ditingkatkan kualitasnya (nggak cuman dikorupsi saja).. saya miris lihat anak sekolah SD tanpa sepatu, pakaian seadanya, ke sekolah berjalan berkilo-kilo meter, sekolah tanpa listrik.. di jaman sekarang ini; belum lagi Menteri Pendidikan yang arogan dengan gaya-nya UN passing grade-nya dinaikkan terus..

    Saya nggak akan mempertanyakan di kota besar, secara mereka sudah ‘standar’ secara umum. Kalau di pedalaman ?? untuk sekolah saja perjuangan, apalagi beli buku pelajaran ? bagi saya.. mereka mau dan bersedia sekolah saja sudah saya apresiasi.. apalagi dengan segala kekurangannya (materi dan fasilitas sekolah, kualitas guru, dll.).. tetapi mereka dihadapkan dengan UN yang standarnya dari kota (atau P. Jawa); ujung-ujungnya.. siswali stress, nggak mau sekolah, kalaupun lulus belum tentu kerja.. apalgi kalau nggak lulus karena soal UN yang bukan ‘selevel’, siapa yang salah ? apakah mereka..

    kita memang ingin siswa Jujur, tetapi kita juga harus FAIR melihat masalah.. apakah pemerintah sendiri jujur dalam memberikan ‘kualitas & fasilitas pendidikan yang sama’ untuk setiap warga negaranya ? Saya sendiri akan tidak tega melihat mereka menderita (tidak lulus UN, stress, bunuh diri) yang sejatinya bukan karena disebabkan oleh mereka, tetapi sistem yg membuat mereka tidak bisa mengenyam level pendidikan yang sama dengan di kota besar..

    bukan saya membenarkan mereka mencontek, tetapi UN sudah saatnya dihapuskan.. karena sudah tidak relevan dan tidak menjawab masalah besar negara ini.

  557. hendri says:

    intinya UN itu salah satu produk yang ga berguna untuk Indonesia saat ini…. maaf bknnya menjelekkan seorang guru…. masih “BANYAK” guru2 yang tidak memiliki kompetensi dalam mengajar….. dan juga masih “BANYAK” sekolah2 yang fasilitas di dalam mendukung kegiatan belajar mengajar…… kalau ke 2 itu sudah benar barulah bisa melakukan kegiatan UN…..

    intinya untuk sekarang ini UN merupakan produk yang benar2 tidak jelas apa tujuannya dah benar2 produk gagal…..

  558. Rima Annisa Putri says:

    Reblogged this on Let’s Explore #2.

  559. ankev says:

    Reblogged this on Me Writing and commented:
    Yeah, UN. Ujian Nyontek

  560. Seiyci says:

    Damu org pertama yg tau Seicyi itu sutan (diary-seiyci.blogspot.com)

    Sebenarnya kami (murid) adalah korban nmr 1, guru adalah korban nmr 2, orangtua korban dari anak..
    Nah disini permasalahannya sistem pendidikan, sistem pendidikan Indonesia terlalu terpaku pada IQ !
    Contoh :
    Budi sekolah di SDN XX, ia sangat menguasai pelajaran disekolahnya namun semenjak ia masuk SD.. Memang kemampuan IQnya jauh meningkat,tapi EQnya menurun (mungkin saja karena sombong thdp teman2nya) .. SQnya pun begitu (membangkang thdp ortu,penyimpangan)

    Nah, kembali ke topik pembicaraan ttg UN. Kalau UN ingin membuat generasi cerdas dan jujur sebenarnya itu salah.Umpamakan saja kami seperti Pohon Apel, dasar kehidupan/diri sendiri (tanah),usaha kita (batang) , IQ (air), EQ (pupuk), SQ (matahari,udara), pemerintah (petani X), ortu (pakar tanaman) ,Faktor X (…),Sukses (buah)
    Cukup dipahami saja, jika kita ingin sukses kita memerlukan itu semua secara adil dan sesuai takaran. Jika kita menyiram air terus menerus tanpa diseimbangkan dengan pupuk dan matahari,udara maka layulah. . Dan petani X mengabaikan kita bukan berarti kita hancur, kita bisa bertindak dengan mencari oksigen, matahari, menegakkan batang atau kita bisa mengulang dari awal.. Dan bisa Sukses ! Namun tanaman itu akan memilih tempat lain yang layak mungkin juga jauh dari petani X, pindah ke petani Y

    *Maaf karena ini dapat membingungkan pembaca dan ini hanya pendapat saya (seicyi)

  561. trd says:

    saya sangat terkagum kak. masih ada jiwa pengawas seperti itu.

    teruskan ya, kakak pelestari “karakter teladan”!

    semoga selalu diberkati dan memberkati banyak pihak.

  562. Senang sekali ada orang yang berani membuka kecurangan ujian nasional. 🙂

  563. Devi says:

    Saya pun baru tahu tentang praktek ini dan saya kaget…lho kok dulu gak ada beginian ya??hehehe
    Tapi saya bersyukur menjadi salah satu siswa yang 100 % jujur mengerjakan soal UN. Orang tua saya mengajarkan kalau ujian bukan semata-mata menguji pengetahuan exact, tetapi juga dalam pembentukan karakter, kalau saya bisa melaluinya, berarti saya lulus ujian serta level karakter saya pun naik. Adapun sekolah saya dulu adalah sekolah swasta yang menentang keras praktek kecurangan, saya jarang bisa melihat guru-guru sekolah kami berada di kawasan sekolah selama ujian.
    Tapi kalau praktek pembocoran kunci jawaban ini selalu ada, gak heran deh kalau anak didiknya jadi koruptor dkk, dari jaman sekolah aja karakternya sudah busuk.

  564. vera says:

    Pendidikan karakter yg telah dilakukan selama 3 tahun di sekolah, dirusak selama 4 hari ujian dan anehnya hal ini dilakukan oleh orang yg sama, orang yg selama di sekolah melarang siswanya mencontek. Ketakutan yang berlebihan telah merubuhkan prinsip dan mengaburkan tujuan. Ini miris, kejahatan yg justru dilakukan oleh orang2 yg dianggap sebagai pahlawan sepanjang massa, penyokong generasi muda. Orang2 yg diharapkan dapat melahirkan manusia2 pintar dan bermoral.

    Sekarang justru timbul ketakutan baru jika suatu hari orang2 yg telah rusak moralnya semenjak menjadi siswa ini, memimpin negeri kita yang sudah rusak ini? apa yg akan terjadi?
    wallahua’lam

  565. lalalalalalalal says:

    SEBENARNYA IBUK2, BAPAK2, YANG PATUT DISALAHKAN SAAT INI ADALAH PEMERINTAH, KENAPA MESTI MENGGOLONGKAN IPA?IPS DAN BAHASA COBAK? GURU SELALU MENUNTUT SISWA UNTUK MENGUASAI MATA PELAJARANNYA, PADAHAL GURU ITU SENDIRI HANYA MENGUASAI SATU MATA PELAJARAN. MAKANYA BANYAK ANAK YANG GAK JUJUR KARENA MEREKA TAKUT GAGAL DIMATA PELAJARAN YANG MEREKA GAK MINAT. SEHARUSNYA SISWA DIBERI KEBEBASAN BUAT MILIH MATA PELAJARAN APA YANG DIA MAU, DENGAN BEGITU DIA BISA BERTANGGUNG JAWAB DENGAN PILIHANNYA! SAYA JAMIN MEREKA BAKAL JUJUR.

  566. kurikulum selalu berubah, sehingga sebagai orang tua tdk dapat mewariskan buku2 lama, ini menjadi beban pendidikan, dan UN seharusnya hanya untuk mengukur kemampuan siswa secara nasional, dan hasilnya dipakai sebagai dasar pembuatan kebijakan dan arah kebijakan pendidikan.
    serahkan kelulusan kepada daerah masing dan soal2 dibuat oleh tim seluruh guru,
    mengenai prestasi murid tergantung dari kemampuan siswa masing2, sistim tidak naik kelas harus diberlakukan secara ketat, dan guru seharusnya tidak mengkatrol nilai dan tulis apa adanya nilai yg diperoleh dala rapor siswa.
    selama sarana dan prasarana tiap2 sekolah di indoesia tdk merata, maka UN akan selalu kisruh, dan anak2 akan stres.

  567. Terima kasih penulis, ini sangat menginspirasi, semoga ada hikmah nya buat saya dan semoga Allah selalu melindungi orang-orang seperti anda.

  568. deni says:

    saya tahun ini ikut UN
    dan alhamdulillah saya jujur dalam mengerjakan soal
    dan alhamdulillahnya lagi nilai UN saya paling tinggi di sekolah
    malah teman-teman saya yang pakai begituan, nilainya malah 4-5an
    jujur memang sangat penting
    saya juga bingung, emang ga takut ditipu sama yang begituan(kunci jawabannya) ya

  569. menye-menye says:

    halah sudah lah yang penting lulus, jangan munafik
    yang penting itu setelah lulusnya dpikirkan, kalau jaman sekolah mah Lalala yeyeye aja

  570. JB Sutarto says:

    Bagai hidup di dunia pencuri, orang jujur akan dianggap aneh.
    Itulah Indonesia.
    Mudah-mudahan Tuhan tidak melaknat negeri ini

  571. anonim says:

    kalau UNnya yang dihapus saya nggak setuju,,
    soal nya semua sekolah di indonesia standar kelulusannya nggak bakalan sama lagi,,
    tapi kalau diam saja kapan pendidikan indonesia bakal berkembang,,soal nya nggak selamanya kunci itu benar.

    karena saya pernah punya pengalaman waktu UN smp,,pas menghadapi ujian ipa,bahasa indonesia,sama bahasa inggris saya nggak pernah liat kunci,,tapi pas ujian matematika saya agak stress,,soalnya banyak yang nggak saya isi,,
    jadi saya kayak brain storming gitu dh,,antara liat kunci atau nggak,,
    karena setiap hari selama UN saya selalu bawa kunci jawaban tapi nggak pernah saya liat karna saya takut ketauan,takut kuncinya palsu,,dll..
    tapi pas ujian matematik ini saya nggak punya pilihan lagi,,
    jadi saya liat deh itu kunci,,alhasil pas pengumuman kelulusan nilai matematik saya lah yang paling rendah,, yaitu sekitar 5 koma sekian lah,, untung aja standar kelulusan itu 4,00 jadi saya lulus,,

  572. theyoto says:

    sebelum berkomentar panjang lebar,
    saya hanya merekomendasikan para kommentatorer membaca dahulu buku Pendidikan Kaum Tertindas karya paulo Freire terbitan mizan, atau pendidikan dialektika tulisan tan malaka,
    analisis saya tidak bisa memihak ataupun menentang tulisan dan komentar di atas karana sistem yang telah membuat pendidikan kita seperti ini,
    saya haram natinya perdebatan seperti ini mampu memunculka solusi demi generasi mendatang.

  573. theyoto says:

    oyaaa 1 lagi saya tunggu karya novelnya,
    sepertiny sang penulis berbakat bergelut di bidang itu . ..
    by. Theyoto taka fiusy

  574. eruvierda says:

    yah beginilah hasil dari sistem pendidikan berorientasi nilai
    bukan berorientasi pada pembangunan karakter dan keilmuan secara hakiki.
    apa-apa dinilai dengan satuan angka di atas secaraik kertas. Yang mereka pahami adalah yang penting saya dapat nilai bagus, murid saya nilainya bagus, sekolah dapat nama bagus. walaupun mereka harus memakan bangkai-bangkai bernama kecurangan. ya akhirnya lahirlah budaya korupsi, kolusi nepotisme. INGAT! selama masih ada budaya amplop2an di satuan pendidikan, jangan harap akan ada pejabat2 yang lebih tinggi jujur dan bermartabat yang akan lahir. karena dari masa belajar mereka di didik untuk curang.

  575. Fauziah Fauzan says:

    Bu Ninok… apa yg ibu ceritakan adalah potret kusam pendidikan indonesia. Namun di sekolah kami Diniyyah Puteri berbeda. Berlaku hukuman pecat di tempat bagi santri yg nyontek. Apakah itu ulangan harian, ulangan mid semester dan ujian semester. Apalagi UN. Juga berlaku pecat di tempat bagi guru yg lalai mengawas. Alhamdulillah sekolah kami tetap bisa lulus 100 persen. Ayo kita selamatkan pendidikan Indonesia dari kebangkrutan akademis dan bangkrutan moral.

  576. salut saya detail banget artikel nya tentang UN..semangat truss

  577. dtfoam says:

    salam kenal and semangat buat UN nya

  578. uni says:

    Harusnya sistem kelulusan sekolah di Indonesia direvisi,karena banyak yang mengeluh kenapa dari sekian lama mengenyam pendidikan tapi kelulusan ditentukan dalam beberapa hari saja.Hal itu yang menjadikan momok bagi siswa dan para guru sehingga banyak kasus kecurangan demi menjaga nama baik sekolah.

Leave a reply to rudicahyo Cancel reply